Begitu terkejut melihat sebuah tulisan di Kompasiana tentang tanggapan Prabowo soal Penyadapan. tulisan ini diramu bak sebuah orasi eksistensi.mari kita perhatikan Tweet Mantan Danjen Kopassus sekaligus Capres Partai Gerindra berikut ; 1. Mengenai Penyadapan, sikap saya ; jika harta kita dicuri, jika informasi kita dicuri, apakah itu salah pencuri atau salah kita sendiri. 2. Jika tidak ingin harta dicuri, kita harus bertindak cerdas dan menutup semua celah 3. hampir semua peralatan elektronik kita tidak aman. Staf IT saya pernah menunjukkan link ini 4. oleh karena itu dalam rapat-rapat strategis saya selalu minta semua peserta rapat untuk tidak membawa alat komunikasi. 5. Presiden Obama saja, pernah diminta oleh NSA untuk menyerahkan Blackberry yang ia gunakan karena dinilai tidak aman, diganti HP khusus. 6. kita harus berusaha berada selangkah di depan dari orang yang punya niat tidak baik 7. kita bangsa yang cerdas, kita bangsa yang kuat, mari kita gunakan kecerdesan dan kekuatan kita, untuk perkuat dan jaga harga diri. Membaca tweet di atas saya merasa seperti sedang mendengar sebuah ceramah seremoni tentang penyadapan, dan ini tentu banyak bertebaran di tengah-tengah masyarakat. saat masyarakat membutuhkan pemimpin solusi, yang banyak muncul malah pemimpin wacana. benar memang, dalam rangka perhelatan besar seperti pilpres, setiap kandidat harus bermain di seluruh opini dan isu, menujukkan kepedulian demi kepedulian. sesungguhnya spa yang dilakukan SBY beberapa tahun lalu seperti meneteskan airmata saat melihat warga tidak punya tempat tinggal, bicara demokrasi dan reformasi dsb telah menjadi catatan besar kepemimpinan di negeri ini bahwa pencitraan kandidat kadang sangat kejam. kebohongan dan jauh dari realitas kerap menjadi tontonan ketika mereka-mereka telah terpilih kembali ke soal tweet di atas, bahkan saya membaca sebuah tulisan di kompasiana yang terlihat begitu lugu, mengedepankan semangat pencitraan figur prabowo dalam tulisan tersebut. hanya bermodal tweet-tweet prabowo yang jauh dari esensi persoalan. Tanggapan Tweet-Tweet Prabowo menariknya lagi hal ini disampaikan secara menggebu-gebu, ditambah lagi dengan link soal tulisan tersebut langsung mendapatkan tanggapan balik dari Prabowo subianto. seperti sebuah mekanisme pencitraan, penuh dengan kosmetik dan drama jika kita menggunakan rumusan tweet Prabowo di atas, apakah persoalan penyadapan bisa terjawab? bahkan lebih menariknya lagi di akhir tweet Prabowo mengatakan Indonesia negara kuat dan harus menjaga harga diri, sementara Prabowo sendiri orang yang begitu tergesa-gesa menolak wacana embargo ekonomi ke australia. padahal jelas bahwa kedaulatan RI sendiri terhadap Australia bisa lebih ditegaskan lagi dengan memberhentikan impor Sapi yang masih terus berjalan hingga saat ini. ketergantungan impor terhadap australia bisa dihentikan sementara sampai ada kesekapakatan penyelesaian persoalan penyadapan. Austrialia sadap Indonesia. Indonesia balas stop impor. apapun itu, hitung hitungan kerjasa sama bisnis kadang lebih mempengaruhi hubungan bilateral sebuah negara, bahkan di atas hitungan-hitungan kekuatan militer sendiri. semoga kritik ini tidak dianggap sebagai pembunuhan karakter terhadap Prabowo, karena beberapa tulisan kritik soal Prabowo di Kompasiana sendiri banyak dikomentar akun tanpa tulisan, jika tulisan soal Pelanggaran HAM, maka akun-akun tanpa artikel akan berkomentar 'Itu masa lalu', jika kritik soal lain terhadap prabowo, maka akun-akun tanpa artikel tersebut akan balas komentar 'Ini pembunuhan karakter terhadap prabowo'. Begitulah pencitraan, bagaimana kandidat seeksis mungkin, tak peduli itu kosmetik atau raalitas, bahkan kritik terhadap kandidat "ditumpulkan' dengan komentar-komentar sesat. yang Penting Capres Anda Menang, begitulah mungkin. ruang publik dimanfaatkan untuk membangun opini, tak peduli itu opini salon. Salam Kompasianer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H