Lihat ke Halaman Asli

Putu Sandi

Tulisan seorang perantau, pemimpi, dan pekerja keras

Tentang Sayur Tiga Ribu...

Diperbarui: 11 Desember 2020   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Andai kebahagiaan bisa di beli" begitu kata seseorang yang saya kenal hidupnya sangat berkecukupan, dengan rumah tingkat dua dan mobil mewah yang selalu dibicarakan tetangganya. 

Harta ternyata bukan sebuah skala ukur yang dapat kita jadikan pedoman kadar kebahagiaan seseorang, banyak orang diluar sana yang bahkan belum mapan secara finansial namun berbahagia dengan jalan hidupnya. Bagaimana caranya? Saya menemukan banyak cara untuk menjadi bahagia meski dengan cara yang sangat sederhana. 

Saya akan menceritakan sebuah pengalaman mengharukan ketika Saya sedang makan di sebuah pasar yang terletak di Kabupaten Gianyar Bali, saat sedang menyantap menu nasi ayam campur, ada seorang nenek dengan pakaian lusuh membeli sayur untuk lauk makan dan hal yang tak terduga adalah beliau membeli sayur dengan menyodorkan uang pecahan lima ribu rupiah dan kemudian Si penjual memberikan kembalian sebesar dua ribu rupiah kepada nenek itu, artinya harga sayur tersebut adalah tiga ribu rupiah. 

Saya berhenti sejenak dan fokus mencerna transaksi jual beli yang terjadi, untuk menghilangkan rasa penasaran akhirnya Saya pun bertanya kepada Si penjual tentang sang nenek . 

Nenek yang saya lihat adalah seorang tunawisma yang memang tinggal disana, hidup sebatang kara dan sehari-hari mengumpulkan kardus bekas untuk dijual.

 Setelah selesai menyantap makanan, Saya bergegas mencari nenek tadi, dan benar saja beliau terlihat sibuk melipat kardus bekas di pojok sebuah toko elektronik dekat pintu masuk pasar, terlihat pula sayur yang ternyata lebih banyak kuah dibanding sayuran itu diletakkan tepat dihadapannya. 

Saya menepuk pundak beliau dan memberikan sedikit rezeki sambil berkaca-kaca, Saya teringat nenek di rumah yang dalam usia senjanya hidup sendiri dan tidak patah semangat. Nenek itu sempat menolak, namun akhirnya mau menerima dan memeluk saya sambil menangis. 

Hari itu, sayur tiga ribu rupiah  mengentuk pintu hati dan mendorong saya untuk melakukan sebuah hal besar yang tidak saya sangka akan terus membekas hingga hari ini.

Cerita tadi membuat Saya rindu kampung halaman, adik, dan nenek yang merawat kami setelah Ibu meninggal. Di usia sepuh nya, beliau masih merawat hewan ternak untuk bisa tetap menyambung hidup dalam kesendiriannya. 

Meski sering mengeluh sakit, beliau tidak mau merepotkan anak cucu namun tetap saja Saya ingin membalas budi baik dengan tetap memperhatikan beliau. Saya pun rutin mengirimkan minyak oles herbal khas Bali yang ampuh meredakan nyeri, ada kebahagiaan tersendiri ketika beliau mengatakan bahwa paket kiriman telah sampai di tangannya. 

Dan untuk itu, Saya ingin berterima kasih kepada jasa ekspedisi JNE yang hadir bahkan hingga ke pelosok desa di pedalaman Lampung dan menghadirkan pelayanan primanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline