Banyak klinisi dan sebagian besar orangtua, saat bayi atau anak mengalami gejala alergi langsung memvonis bayi atau anak mengalami alergi susu sapi. Sebagian besar hal tersebut ternyata terjadi overdiagnosis atau kesalahan diagnosis, faktanya tidak menderita alergi susu sapi tetapi didiagnosis alergi susu sapi. Hal ini terjadi karena spekulasi yang tidak benar karena tes alergi terbatas kemampuannya dan alergi makanan lainnya diabaikan sebagai penyebab. Kesalahan paling sering lainnya adalah saat anak mengalami gejala alergi diberikan susu Hipo Alergenik PHP atau susu kambing. Apakah dampak yang terjadi bila hal ini terjadi ? Bagaimana cara memastikan seorang anak alergi susu sapi atau tidak ?
Saat gejala alergi muncul seringkali susu sapi dianggap sebagai penyebab. Padahal menurut banyak penelitian di beberapa negara di dunia prevalensi alergi susu sapi pada anak dalam tahun pertama kehidupan sekitar 3% atau dari 100 anak hanya 3 anak yang mengalami alergi susu sapi. Tetapi faktanya penderita alergi yang divonis alergi susu sapi atau overdiagnosis susu sapi sangatlah besar dan banyak. Dalam penelitian penulis sekitar 80-90% anak mengalami overdiagnosis alergi sapi hanya dengan dugaan atau kecurigaan dan dengan cara yang salah dalam mendiagnosis. Dampak yang terjadi bila mengalami overdiagnosis alergi susu sapi tidak berbahaya kesehatan. Kesalahan diagnosis tersebut hanya berdampak pada masalah ekonomi. Pengeluran biaya pembelian susu menjadi mubazir karena susu formula khusus hipoalergenik jauh lebih mahal dibandingkan susu biasa
Beberapa orangtua heran sebelumnya bayinya minum susu sapi aman-aman saja. Tetapi saat beberapa bulan kemudian atau 6 bulan kemudian saat muncul merah-merah, berak darah, sering sakit, konstipasi, diare atau asma langsung divonis susu sapi. Sering terjadi overdiagnosis dalam menentukan anak menderita alergi susu sapi. Sebaiknya jangan terlalu cepat memvonis alergi susu sapi pada bayi. Reaksi alergi yang timbul bukan saja terjadi karena susu formula. Dalam pemberian ASI, diet yang dikonsumsi ibu atau bayi da anak terkena infeksi virus juga dapat mengakibatkan gangguan manifestasi alergi. Penderita alergi seringkali mengalami overdiagnosis alergi susu sapi, yang seharusnya tidak alergi susu sapi divonis alergi susu sapi. Paling sering terjadi saat keadaan bayi mengalami infeksi batuk, panas dan pilek sering mengalami gangguan seperti reaksi alergi khususnya pada alergi kulit, saluran cerna dan hipersekresi bronkus (lendir yang berlebihan). Tetapi saat itu langsung divonis alergi susu sapi. Padahal sebelumnya sudah beberapa bulan mengkonsumsi susu sapi tidak menimbulkan gangguan.
Secara klinis dan laboratoris seringkali sulit untuk memastikan anak menderita alergi susu sapi. Karena dalam keadaan tertentu tes alergi khusus tes kulit dan tes darah masih belum bisa memastikan adanya alergi susu sapi atau tidak. Hal inilah yang sering menjadikan perbedaan pendapat dan kontroversi tentang vonis alergi susu sapi apada bayi dan anak
Kesalahan terbesar lainnya adalah saat susu hidrolisat parsial atau susu PHP dianggap sebagai susu pilihan untuk anak alergi susu sapi. Padahal susu formula PHP seperti NAN HA (PHP) , ENFA HA (PHP) DAN NUTRILION HA (PHP) adalah untuk pencegahan alergi bukan untuk indikasi alergi susu sapi. Pencegahan alergi artinya bayi yang sudah terpapar protein susu sapi tapi belum mengalami manifestasi alergi kembali diberi ASI atau ganti mengonsumsi susu hipoalergenik. Di usia batita, anak perlu diperkenalkan dengan susu sapi agar sistem metabolisme tubuhnya mengenal protein susu sapi dan secara perlahan toleran terhadap susu sapi formula biasa. Bila benar anak mengalami alergi susu sapi melalui diagnosis yang cermat dan benar melalui oral food challenge, maka pilihan yang direkomendasikan adalah susu ekstensi hidrolisat (pregestimil) atau susu berbahan dasar asam amino nonalergenik (neocate)
Kekeliruan besar lainnya adalah susu kambing sebagai pengganti susu bila dinyatakan alergi atau Alergi Susu Sapi. Padahal anak yang alergi susu sapi pasti susu kambing juga alergi, sebaliknya bila tidak alergi susu sapi pasti tidak mengalami alergi susu sapi. Faktanya susu sapi dan susu kambing tidak jauh berbeda. protein susu kambing mirip dengan struktur protein susu sapi. Lebih dari 90 persen sistem imun menyebabkan reaksi terhadap susu kambing atau keju kambing pada seseorang dengan alergi susu sapi .
Pessler tahun 2014 mengungkapkan terdapat reaksi silang yang bermakna antara sapi dan susu kambing meski reaksi silang yang mengancam jiwa seelumnya belum pernah dilaporkan. Tetapi Pessler mengungkapkan penelitia yang mengejutkan. Bayi berusia 4 bulan yang mengalami alergi protein susu sapi dengan tidak ada paparan sebelum susu kambing sebelumnya terjadi anafilaksis setelah mengkonsumsi susu kambing komersial. Setelah pengujian skin prick menunjukkan reaksi tertentu terhadap susu kambing. Dengan demikian, silang alergenisitas antara sapi dan protein susu kambing dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa. Individu alergi terhadap protein susu sapi harus menghindari susu kambing dan produk susu kambing.
Menentukan vonis anak menderita alergi susu sapi tidaklah semudah yang dibayangkan. Tidak semua manifestasi alergi haruslah disebabkan karena alergi susu sapi. Sebaliknya saat ini setiap ditemui tanda dan gejala alergi, sebagian dokter atau orangtua selalu menjadikan susu sapi sebagai kambing hitam penyebabnya. Padahal untuk memvonis seorang alergi susu sapi tidak semudah itu.
Penyebab utama berbagai alergi seringkali disebabkan karena alergi makanan. Namun hal ini seringkali diabaikan klinisi dan orangtua karena saat dilakukan tes alergi sebagian besar makanan hasilnya negatif namun saat dicoba alami gejala alergi. Alergi makanan bisa mengganggu semua sistem tubuh tanpa terkecuali, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Bisa dicuriga alergi makanan bila gejala alergi kulit, asma, hidung dan lainnya disertai alergi atau hipersensitifitas saluran cerna. Alergi dan hipersensitifitas saluran cerna meliputi mudah mual, muntah, GER, konstipasi, berat ngeden, keras, warna gelap, nyeri perut , berak darah. sariawan, bibir kering, lidah berpulau, mukut bau berbeda dan gejala lainnya.
Mendiagnosis Alergi
Bila anak mengalami gejala alergi sebaiknya tidak langsung mendiagnosis sebagai alergi susu sapi. Sebaiknya dikonsultasikan ke dokter yang berpengalaman dibidang alergi dan imunologi. Diagnosis pasti alergi makanan hanya dipastikan dengan Double Blind Placebo Control Food Chalenge (DBPCFC) atau Oral Food Challenge atau dengan eliminasi provokasi makanan. Penghindaran makanan atau susu sapi penyebab alergi tidak dapat dilakukan hanya atas dasar hasil tes kulit alergi, apalagi dengan tes alergi lainnya yang tidak terbukti secara ilmiah. Seringkali hasil yang didapatkan tidak optimal karena keterbatasan pemeriksaan tersebut dan bukan merupakan baku emas atau gold Standard dalam menentukan penyebab alergi makanan.