TVOne dan beberapa tokoh Nasional tanpa disadari melakukan kampanye hitam tentang "Merokok Itu Sehat dan Berbudaya". Hal ini terjadi ketika acara berkualitas seperti Indonesia Lawyer Club (ILC) pada hari Selasa (10/7/2012) mengetengahkan acara diskusi RUU tembakau. Seharusnya acara tersebut didominasi diskusi tentang aspek hukum RUU Pengendalian Tembakau. Tetapi sayangnya Karni Ilyas sang empunya acara JLC yang biasanya cerdas kali ini tidak berdaya mempertahankan substansi pembicaraan ke ranah aspek hukum dan aspek sosial. Justru host hebat ILC itu ikut terseret debat kusir tidak berkualitas tentang aspek medis dampak kesehatan rokok pada manusia. Meski yang hadir adalah tokoh nasional tetapi debat masalah kesehatan tentang bahaya rokok menjadi sangat tidak bermutu bahkan menjadi informasi sangat menyesatkan. Para tokoh yang bicara bukan yang berkompeten dalam bidang kesehatan tetapi beropini aspek medis yang bertentangan dengan fakta ilmiah kesehatan. Bila masyarakat tidak cerdas dalam menangkap substansi acara itu akan timbul kesan bahwa TVOne dan Tokoh Nasional berkampanye hitam "Merokok Itu Sehat dan Berbudaya".
Ketika menonton acara ILC tersebut, seorang remaja yang pernah dimarahi ibu saat ketahuan merokok, langsung melonjak kegirangan seperti mendapat durian runtuh. Dengan antusias dia menyindir Ibunya.” Ma coba dengar fakta kebenaran para tokoh nasional itu!” Tokoh hebat seperti Reny Jayusman artis senior, Henry Yosodiningrat, ahli hukum mantan ketua BNN, Ridwan Saidi mantan anggota DPR dan budayawan Betawi, Arswendo Atmowiloto tokoh wartawan dan beberapa anggota DPR bak seorang ahli kesehatan mengatakan bahwa merokok itu tidak jahat, sehat, aman, berbudaya. Bahkan beberapa tokoh tersebut meremehkan para ahli kesehatan yang hadir dengan mengatakan bahwa dokter tidak tahu apa-apa tentang kesehtaan, buktinya saya sudah masih sehat meski saya tidak merokok. Mendapat asupan informasi tersebut si anak remaja tersebut langsung bertepuk tangan sambil menyindir ortangtuanya yang selalu menasehati bahwa merokok itu berbahaya, tidak berbudaya dan berdampak kanker Si orangtua hanya bisa mengeleng-geleng saja saat melihat acara JLC tersebut. Bukan itu saja, ternyata sebagian besar peserta yang nota bene orang berpendidikan dan berkedudukan tersebut selalu bertepuk tangan bergemuruh seperti anak remaja, setiap para tokoh itu mengucapkan opini kontroversial tentang aspek medis rokok. Yang lebih miris lagi saat wakil menkes, dan para tokoh dokter mengungkapkan fakta kebenaran ilmiah tentang dampak buruk rokok, langsung ditimpali dengan teriakan huuuuu.., celutukan tidak sopan dan nada mencemooh lainnya.
RUU PDPTK
RUU Pengendalian Dampak Produk Tembakau Terhadap Kesehatan (RUU PDPTK) yang telah diajukan oleh pemerintah untuk disetujui DPR periode 2004-2009 belum juga disahkan dan terus bergulir menjadi kontroversi. Hal ini karena mendapat intervensi dan tekanan dari berbagai pihak. Dari pihak pro rokok khususnya dari asosiasi petani tembakau Indonesia mengatakan bahwa pemerintah sangat menekan kepentingan petani rokok sedangkan para penggiat anti rokok mengatakan bahwa aturan tersebut sangat ringan dan tidak ada apa-apanya bila pemerintah berkeinginan menekan bahaya dampak buruk rokok bagi bangsa ini. Sebenarnya substansi utama RUU ini sering disalah artikan secara paranoid bahwa akan membunuh kepentingan para petani tembakau. Misi utama RUU tersebut yang harus disosialisasikan adalah meminimalkan dampak buruk rokok bagi masyarakat yang sehat dan yang bukan perokok khususnya anak, remaja, ibu hamil dan orang sehat lainnya.
Dua pihak pihak saling berkontroversi tersebut diikuti pro kontra masyarakat lainnya. Pro Rokok pasti diikuti oleh orang yang terancam kenikmatan dan kehidupan ekonominya. Sedangkan kelompok Anti Rokok bukan demi kepentingan individu tetapi demi kepentingan dan kepedulian kesehatan orang lain khususnya orang bukan perokok yang terancam bahaya dampak rokok khsusnya anak, ibu hamil dan orang sehat lainnya. Beda pendapat tersebut tidak akan pernah berujung. Masing-masing mengemukakan argumentasi yang berbeda dan berseberangan. Para perokok dan produsen rokok sebagai pihak yang pro rokok karena terdesak kenikmatan dan kehidupan ekonominya melakukan segala cara untuk mempertahankan diri. Karakteristik umum pihak ini selalu paranoid, melakukan analogi yang tidak rasional, tidak ilmiah dan cenderung menyalahkan fakta ilmiah yang telah dilakukan oleh para ahli kesehatan dunia di bidangnya. Sehingga demi kenikmatan pribadi dan kehidupan ekonominya terancam mereka cenderung melakukan pembelaan diri dengan melakukan kampanye hitam “Merokok itu Sehat dan berbudaya” yang justru akan menjeremuskan masyarakat ke dalam dampak buruk yang lebih besar.
Opini Menyesatkan
Dalam program acara JLC tersebut Henry Yosodiningrat, ahli hukum yang juga mantan ketua BNN mengatakan dengan bangga bahwa dirinya perokok tetapi kesehatan tidak terganggu sedikitpun karena selama ini telah melakukan medical Check up hasil sangat bagus. Selanjutnya dia mengatakan bahwa tetanggapun mati dalam usia muda meski bukan perokok. Dia juga sesumbar bahwa fisiknya lebih kuat dibandingkan temannya yang bukan. Bahkan dia berani bertaruh fisiknya lebih kuat dibandingkan perokok.
Ridwan Saidi mantan anggota DPR dan seorang budayawan Betawi malah bersuatra lebih keras lagi. Bahwa semua tidak ada yang boleh melarang ciptaan Tuhan untuk dinikmati. Bila ada kelompok orang yang melarang rokok berarti orang yang kufur melarang orang nikmat. Kalau memang benar pendapat tokoh ini, berarti ganja juga tanaman ciptaan Tuhan, Maka orang yang melarang ganja termasuk orang kufur. Kemudian lebih keras lagi dia mencemooh para dokter yang hadir di acara tersebut. Termasuk Wakil Menkes, Ketua IDI dan beberapa tokoh dokter lainnya. Dengan keras dia mengatakan bahwa dokter sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang kesehatan. Buktinya sampai saat ini dirinya sehat-saja meski perokok berat. Pendapat itu ditimpali lagi oleh Karni Iliaspun dengan mengatakan bahwa Fidel Castro, Mao Ze Dong dan tokoh tua lainnya sampai saat ini masih segar meski perokok.
Lain lagi dengan artis dan mantan penyanyi rock Renny Jayusmanpun ikut bersaksi. Bahwa dirinya perokok tetapi sampai sehat-sehat ini saja. Bahkan dirinya mengaku sudah beberapa kali foto rontgen paru-parunya baik-baik saja. Selain itu Reny Jayusmanpun juga menambahkan bahwa selama ini dia bangga menjadi perokok karena perokok melambangkan orang yang merdeka bisa bebas. Perokok adalah bentuk kemerdekaan seseorang. Jaya Suprana, budayawan dan pengusaha jamupun ikut berkomentar bahwa dirinya juga penderita kolesterol. Tetapi tidak dilarang, dan itu adalah hak dia untuk punya kolesterol dan orang lain ngga bisa mengatur. Demikian juga perokok tidak bisa diatur oleh orang lain
Dalam Acara tersebut para Tokoh Nasional, Anggota DPR dan Ketua Asosiasi Rokok Indonesia berulang sangat paranoid dan mengatakan bahwa rokok membantu petani tembakau dan kepentingan bisnis Amerika menghancurkan rokok Indonesia. Sebagian pihak mencurigai sebagian dana asing membantu yayasan nirlaba untuk bergerak social dalam bidang anti rokok. Bahkan Arswendi Atmowiloto mantan wartawan dengan keras mengatakan bahwa Amerika sengaja akan membunuh rokok kretek sebagai budaya Indonesia yang sangat luhur. Bahkan Arswendo mengatakan pihak asing juga melarang durian di pesawat, hotel atau tempat umum karena di sana durian tidak ada dan pihak asing takut buah durian bersaing dengan buah lokal mereka. Alasan yang paranoid itu berlebihan. Padahal alasan sederhana pelarangan durian tersebut hanya semata karena baunya yang sangat tajam bagi orang yang belum pernah familiar dengan bau buah tajam yanga sangat mengganggu.
Fakta Ilmiah dan Fakta Sosial Ekonomi