Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Nazaruddin dan Keteladanan di Hari Anak Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anak Indonesia di tengah hari Anak 23 Juli ini, setiap hari disuguhkan keteladan kebohongan dan ketidakjujuran oleh manusia dewasa.
Suguhan media masa yang berlebihan tentang nyanyian Nazaruddin, bantahan Anas Urbaningrum dan petinggi demokrat lainnya merupakan keteladanan sulitnya membedakan antara kejujuran dan kebohongan. Terbongkarnya kasus sontek massal Siswa kelas VI SD Negeri Gadel II, Kecamatan Tandes, Surabaya, Jawa Timur, menunjukkan keteladanan kejujuran sudah tidak begitu penting. Anak tumbuh karena kasih sayang sehingga butuh teladan kejujuran dan kasih sayang. Perilaku elite politik yang korup, saling tuding dan fitnah mempertontonkan perilaku kebohongan merupakan pelajaran sangat buruk bagi anak. Kebohongan dan ketidak jujuran elite yang dipertontonkan di depan publik, secara langsung merupakan pembelajaran yang menyebabkan krisis keteladanan.

Terkait peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 23 Juli, dapat menjadikan momentum bagi seluruh bangsa ini untuk mengutamakan kepdulian terhadap hak anak. Menjadikan inspirasi untuuk melakukan pemenuhan anak sebagai faktor utama dalam pengambilan kebijakan publik dan tingkah laku kehidupan manusia dewasa.

Perlindungan anak Indonesia harus menjadi kepedulian dan merupakan tanggung jawab bersama orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara. Kepedulian terhadap anak adalah juga melakukan perlindungan anak berupa, pemenuhan hak-hak dasar yang meliputi hak agama, kesehatan, pendidikan dan sosial. Perlindungan anak dari kekerasan, eksploitasi dan diskriminasi.

Bukan hanya hangatnya kasus nyanyian Nazaruddin tetapi terbongkarnya kasus sontek massal Siswa kelas VI SD Negeri Gadel, membuat harga kejujuran semakin mahal. Al siswa murid SD tersebut yang dikenal murid cerdas diminta gurunya memberikan
sontean kepada teman-temannya saat ujian nasional. Fenomena
menyedihkan ini justru telah dipaksakan mengotori kepolosan dan kejujuran dunia anak. Cerminan ini semakin menunjukkan bahwa saat ini untuk mencapai tujuanr
Harus menghalalkan segala cara termasuk merobohkan nilai kejujuran tersebut. Sayangnya ketidakjujuran tidak hanya mendominasi pada dunia politik dan dunia bisnis saja, tetapi sudah merasuk pada dunia pendidikan yang sangat luhur dan merampas
dunia anak yang penuh kepolosan

Selama ini di rumah, orang tua sudah berusaha mengajarkan kasih sayang dan kejujuran pada setiap anaknya. Tetapi media masa selalu mempertontonkan kekerasan dan ketidakjujuran oleh elit politik. Orang tua selalu meminta anak jujur, tapi di sekolah malah diajari untuk berbuat curang,

Kejujuran adalah mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai kenyataan dan kebenaran. Dalam kehidupan sehari-hari secara hukum tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Bila berpatokan pada arti kata yang baku dan harafiah maka jika seseorang berkata tidak sesuai dengan kebenaran dan kenyataan atau tidak mengakui suatu hal sesuai yang sebenarnya, orang tersebut sudah dapat dianggap atau dinilai tidak jujur, menipu, mungkir, berbohong, munafik atau lainnya.

Peristiwa contek masal SD gasel dan kasus nyanyian Nazaruddin menunjukkan bahwa di jaman modern ini harga kejujuran semakin langka dan semakin mahal. Karena semakin mahal maka ketidakjujuran meraja lela dan menjadi hal yang biasa. Ketidakjujuran semakin tumbuh subur ditengah miskinnya jiwa murni kejujuran. Kejujuran yang semakin langka malah dianggap asing bagi sekelompok manusia yang sudah menafikkan luhurnya kejujuran.

Pemberitaan media masa yang berlebihan tentang nyanyian Nazaruddin adalah ancaman dari sekelompok masyarakat yang mulai mendewakan ketidakjujuran. Cerminan ini menunjukkan bahwa saat ini untuk
mencapai tujuan harus menghalalkan segala cara termasuk merobohkan nilai
kejujuran tersebut. Fatsun politik yang sering mengatakan bahwa ketidak jujuran dalam kepentingan yang lebih besar adalah sebuah filosofi yang masih harus terus dipersoalkan.

Goethe mengatakan kata bijaknya bahwa, orang yang berbohong itu sentiasa ingin melarikan diri sedangkan tiada seorang pun yang mengejarnya namun orang yang benar itu berani seperti singa. Tampaknya kata bijak tersebut semakin nyata di dunia penuh kepalsuan ini. Untuk menegakkan ejujuran yang semakin mahal harus
segarang dan berani seperti singa.
Melihat perkembangan dunia modern ini membuat nilai luhur semakin terabaikan.

Fakta inilah yang mulai membuat miris bila hal ini dikaitkan dengan kehidupan
anak. kejujuran memang harus dilatih sejak dini. Meski dengan kejujuran kadang akan mendatangkan manfaat dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang akan menuai kehancuran. Kejujuran sepahit apapun yang akan dijalankan dan sebesar apapun resikonya akan membawa kebaikan, dan kebaikan akan membawa ke surga. Kejujuran hanya menyakitkan bagi dia yang telah mengabaikannya. Bila seseorang telah membiasakan diri dengan segala sesuatu perbuatan yang tulus dan ikhlas maka dia akan menuai kebahagiaan dan berada dalam pergaulan yang jujur.

Tetapi bagi seseorang yang sudah mendewakan ketidakjujuran maka sebenarnya ada perasaan terasing, perasaan terbuang dan terendahkan yang berkecamuk dalam otaknya. Bila kebaikan masih kuat dalam pikirannya, dia akan mendekat dan memandikan dirinya dengan air sejuk ketulusan dan keikhlasan yang sebetulnya telah lama
dirindukannya. Tetapi bila otaknya telah semakin keras akan berbagai perbuatan
mulia, dia akan menyingkir dengan upaya keras untuk melupakan kebaikan yang telah membuatnya gelisah. Buah dari melakukan kebohongan adalah kehinaan di dunia dan siksa di akherat. Kebohongan akan merusak segala hal dan akan memicu kemunafikan. Akibat dari kebohongan adalah cacian dan penyesalan. Orang yang selalu berbohong tidak punya rasa malu. Diam membisu lebih baik daripada berbohong, lisan yang jujur awal dari kebahagiaan.
Dalam kehidupan ekonomi dan bisnis manusiapun nilai luhur kejujuran semakin tipis. Kebiasaan berbohong memicu kemiskinan dan kebohongan merupakan penghancur keimanan. Mengharapkan keuntungan dengan ketidakjujuran, adalah awal dari
kerugian. Bila ada harta yang bisa dicapai dengan ketidak-jujuran, itu berarti bahwa sebenarnya ada harta yang juga bisa dicapai dengan kebaikan, bila sesorang ihklas, sabar dan berjalan di arah yang benar. Dengan kejujurannya, orang yang jujur akan menduduki posisi yang tidak akan didapatkan orang -orang yang berbohong dengan kebohongannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline