Dora Indrianti Tri Murni (26 tahun), mahasiswi semester VI Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Sumatera Barat, saat ini menjadi berita menghebohkan. Berita keringat darah yang dideritanya menjadi perbincangan masyarakat Indonesia khususnya kalangan medis. Tanda dan gejala yang dialami adalah kepala berdarah seperti keringat dan kepala rasanya sangat berat. Ketika mata yang berdarah, mata sangat merah dan pedih. Rasanya juga sakit sekali terutama ketika dibasuh.
Gejala darah keluar dari pori-pori kulit Dora sebenarnya sudah muncul sejak lama. Namun, gejala ini semakin sering terjadi pada tahun 2009. Darah kerap muncul dari pori-pori kepala. Dora jadi sering keluar-masuk rumah sakit dan biayanya sangat mahal. Untuk sekali perawatan, biayanya bisa mencapai Rp 10 juta. Sulung dari tiga bersaudara ini termasuk anak yang gigih. Untuk membiayai kuliah, Dora sering mencari tambahan biaya sebagai penarik ojek. Kadang-kadang dia menjadi pekerja bangunan dengan menyamar sebagai laki-laki.Dora mengaku
pernah melakukan berbagai pekerjaan pria seperti menjadi kernet angkutan kota, tukang bangunan, hingga satpam di PLTG Pauh, Kota Padang, untuk membantu kehidupan keluarganya. Kelainan yang mirip dialami Dora pernah dialami seorang Gadis India. Twinkle Dwivedi (13 tahun), si gadis India itu mengeluarkan darah secara spontan dari pori-pori kulitnya tanpa terluka atau tergores, harus menjalani transfusi darah setelah banyak darah mengalir dari mata, hidung, tengkuk, dan telapak kakinya.
Kelainan Darah
Para ahli mengungkapkan bahwa keringat darah itu merupakan kelainan darah langka dan jarang. Sampai saat inipun masih belum diketahui pasti apa penyebabnya. Meski belum pasti diagnosisnya, para ahli mengungkapkan gangguan itu mirip kelainan penyakit von Willebrand (VWD) atau tepatnya Tipe 2 von Willebrand. Penurunan protein yang disebut faktor von Willebrand yang penting selama tahap awal pembekuan. Prevalensi VWD adalah sekitar 1 dari 100 individu. Namun sebagian orang-orang ini tidak memiliki gejala. Prevalensi kasus klinis yang signifikan adalah 100 per juta. Dia pertama kali menggambarkan penyakit ini pada tahun 1926. Penyakit von Willebrand (VWD) adalah kelainan koagulasi herediter yang paling umum digambarkan pada manusia, meskipun juga bisa diperoleh sebagai akibat dari kondisi medis lainnya. Penyakit Von Willebrand adalah gangguan difungsi trombosit berupa kekurangan atau kelainan pada faktor von Willebrand di dalam darah yang sifatnya diturunkan. Faktor von Willebrand adalah suatu protein yang mempengaruhi fungsi trombosit. Gangguan itu merupakan kelainan trombosit herediter (keturunan) yang paling sering ditemukan. Faktor von Willebrand ditemukan di dalam plasma, trombosit dan dinding pembuluh darah. Jika faktor ini hilang atau jumlahnya kurang, maka tidak akan terjadi penyumbatan pembuluh darah yang terluka (proses melekatnya trombosit ke dinding pembuluh yang mengalami cedera). Sebagai akibatnya, perdarahan tidak akan segera terhenti sebagaimana mestinya, meskipun pada akhirnya biasanya akan berhenti. Pada sebagian besar kasus, kelainan fungsi trombosit yang terjadi tidak menyebabkan perdarahan yang hebat. Penyakit VWD terjadi karena kekurangan kualitatif atau kuantitatif faktor von Willebrand (vWF), sebuah protein multimeric yang diperlukan untuk adhesi trombosit. Hal ini diketahui mempengaruhi manusia dan anjing. Ada empat jenis VWD keturunan. Faktor-faktor lain termasuk kelompok-kelompok darah ABO juga mungkin memainkan bagian dalam keparahan kondisi. VWF gen terletak pada kromosom dua belas (12p13.2). Hal ini mencakup 52 ekson 178kbp. Jenis 1 dan 2 yang diwariskan sebagai sifat dominan autosomal dan tipe 3 adalah diwariskan sebagai resesif autosomal. Kadang-kadang tipe 2 juga mewarisi recessively.
Biasanya penderita memiliki orang tua dengan riwayat gangguan
perdarahan.Anak mudah mengalami memar atau mengalami perdarahan yang
berlebihan setelah kulitnya tergores, pencabutan gigi, pengangkatan amandel
maupun pembedahan lainnya. Pada wanita, darah menstruasinya sangat banyak. Di
lain fihak, perubahan hormonal, stres, kehamilan peradangan dan infeksi bisa
merangsang tubuh untuk meningkatkan pembentukan faktor von Willebrand dan untuk
sementara waktu bisa memperbaiki pembentukan bekuan.
Aspirin dan obat artritis lainnya bisa memperburuk perdarahan karena obat
tersebut mempengaruhi fungsi trombosit. Untuk mengurangi nyeri, kepada penderita
penyakit von Willebrand bisa diberikan asetaminofen karena obat ini tidak
mengganggu fungsi trombosit.
Dalam pemeriksaan laboratorium didapatkan jumlah trombosit yang normal tetapi
waktu perdarahan menjadi lama. Pemeriksaan lain adalah mengukur jumlah faktor
von Willebrand di dalam darah. Faktor von Willebrand adalah protein yang membawa
faktor VII, karena itu kadar faktor VII juga bisa menurun.
Penangananyang diberikan bila terjadi perdarahan hebat adalah transfusi
faktor pembekuan darah yang mengandung faktor von Willebrand. Pada gangguan
ringan diberikan desmopressin untuk meningkatkan jumlah faktor von Willebrand,
sehingga penderita bisa menjalani pembedahan atau prosedur gigi tanpa
transfusi.
Selain penyakit von Willebrand, beberapa penyakit yang bisa menyebabkan
disfungsi trombosit: diantaranya Leukemia, Mieloma multipel, Sirosis hati, Gagal
ginjal dan Lupus eritematosus sistemik.
Gangguan perdarahan yang disebabkan karena disfungsi trombosit bisa
disebabkan karena obat-obatan seperti Aspirin, Tiklopidin, Obat anti peradangan
non-steroid (yang digunakan untuk artritis, nyeri dan terkilir) dan Penisilin
dosis tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H