Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Anak Kota, Melimpah Sarana Rendah Prestasi Sekolah

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pengumuman Ujian Nasional (UN) 2011 tingkat SMP dilakukan serentak, Sabtu (4/6) . Rata-rata nasional nilai kelulusan UN SMP/MTs adalah 7,56. Tahun 2011 ini Provinsi DKI Jakarta dengan nilai rata-rata 7,19 menduduki posisi 24. Demikian pula di Jawa Timur, Surabaya hanya menduduki posisi ke tujuh di bawah kotamadya dan kabupaten lainnya. Bahkan tidak ada satupun wakil sekolah dari kota Surabaya yang masuk lima besar sekolah dengan nilai tertinggi UN di Jawa Timur.
Gambaran hasil tersebut di atas tampaknya menunjukkan kejanggalan yang patut dicermati. Kedua kota metropolitan itu tampaknya kalah bersaing dengan kota kecil lainnya. Padahal Jakarta dan Surabaya yang merupakan kota terbesar di Indonesia seharusnya secara umum mempunyai sumber daya manusia, sarana dan prasarana lebih baik. Demikian pula anggaran APBD dan APBN untuk pendidikan yang alokasinya paling besar dibandingkan kota lainnya. Tengok saja tenaga sumber daya guru biasanya tenaga berkualitas dan senior selalu berkumpul di kota besar.
Demikian pula dengan tingkat perekonomian kota besar tersebut secara umum lebih baik. Sehingga kemampuan peningkatan Gizi yang berkaitan dengan peningkatan kecerdasan anak juga tidak kalah dengan daerah lainnya. Dengan tingkat perekonomian lebih baik tentunya berbagai sarana lebih unggul seperti tempat belajar, sarana buku, sarana belajar ekstra sekolah atau bimbingan belajar. Tetapi mengapa tetap saja prestasi kedua kota besar tersebut kalah bersaing dengan kota lainnya yang sumber daya manusia, sarana dan prasarana lebih terbatas.
Fenomena tersebut tampaknya harus dikaji lebih dalam. Mungkin saja perlu dilakukan penelitian lebih cermat dan detil terhadap berbagai faktor yang berpengaruh. Faktor prestasi sekolah ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh faktor penunjang seperti sarana dan prasarana saja. Tetapi factor yang memperburuk prestasi juga harus dicermati.
Bila ditelusuri lebih jauh, kemajuan teknologi dan perekonomian kota metropolitan justru dapat dianggap sebagai faktor yang memperburuk prestasi belajar anak. Kemajuan teknologi elektronik dan komputer bak pisau bermata dua. Satu sisi bermanfaat bagi kehidupan modern tetapi sisi lainnya malah memperburuk kehidupan bila salah dalam menerapkannya. Menjamurnya warnet, kemajuan alat tehnologi internet dan gadget tampaknya lebih didominasi untuk kepentingan konsumstif, fashionable atau gaya hidup. Penggunaan internet dan gadget canggih tampaknya hanya digunakan untuk chatting, main game, mendengarkan music, atau komunikasi social facebook. Sisi positif untuk pendidikan jarang sekali diperankan. Belum lagi godaan berbagai hiburan dan pusat perbelanjaan yang menjamur akan mengurangi aktifitas belajar anak. Jam belajar anak akan disita waktunya lebih banyak ketika si anak mengalami kemacetan di jalan yang memboroskan waktu berjam-jam.
Bila dalam penelitian factor yang memperburuk prestasi sekolah anak tersebut terbukti maka kesalahan tersebut tidak bisa langsung ditimpakan pada anak, atau pada lingkungan serta sisi buruk teknologi. Tetapi orang tua dan guru harus bisa mengantisipasi dan mensiasati faktor tersebut agar dapat mengurangi resiko terganggunya prestasi sekolah anak.
Tampaknya orangtua harus disiplin dalam pembatasan penggunaan alat teknologi internet atau gadget elektronik yang tidak perlu dan hanya menyita aktifitas belajar. Manfaat internet bagi pendidikan selama ini tidak dimaksimalkan oleh para pendidik. Sehingga peserta didik tidak bias menghindar dari godaan pornografi dan permainan game yang banyak menyita waktu. Kondisi lalu lintas yang macet dan perjalanan sekolah yang jauh dan melelahkan sebaiknya juga dijadikan pertimbangan orang tua dalam memilih jarak dan lokasi sekolah. Jangan asal mengejar sekolah favorit tanpa mempertimbangkan kesulitan transportasinya. Meski sekoalhnya sangat baik dan favorit tetapi bila dalam perjalanan sekolah menyita waktu 4 – 5 jam sehari maka anak akan mengalami kelelahan dan kesulitan belajar.
Hal lain yang masih belum banyak diperhatikan bahwa peranan konsumsi diet yang dapat memburuk perilaku dan konsentrasi belajar pada anak tertentu juga harus mulai dipertimbangkan. Banyak penelitian menunjukkan saat pengaturan diet makanan alergi dan beresiko dikendalikan ternyata konsentrasi belajar dan prestasi sekolah anak dalam suatu sekolah dapat meningkat. Hal ini dapat dikaitkan dengan pola ketersediaan makanan yang melimpah, lebih beragam dan mudah didapat tetapi tidak menyehatkan ternyata dapat mengurang konsentrasi belajar anak.
Prestasi sekolah anak ternyata sangat berpengaruh dengan banyak faktor yang sangat penting untuk dikaji dan diteliti lebih jauh. Kejanggalan fenomena bahwa dengan membaiknya perekonomian, sarana dan prasarana tetapi berbanding terbalik dengan prestasi sekolah tersebut harus segera diantisipasi dan menjadi perhatian orang tua. Jangan sampai kemajuan budaya, teknologi dan pengetahuan malah akan memundurkan prestasi sekolah generasi muda harapan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline