Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Sukses Mubarak, Hancurkan Kariernya

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Detik-detik waktu sedang menunggu jatuhnya Hosni Mubarak dari tahta rezim kepresidenan yang didudukinya selama 30 tahun. Mubarak saat ini sedang mendapati cobaan terberat dalam pemerintahannya karena dituntut mundur bukan hanya oleh sebagian besar rakyatnya tetapi juga teman dekatnya Amerika. Ketidak puasan rakyat Mesir ternyata bukan hanya sukses dalam kediktatorannya tetapi juga sukses dalam penumpukan kekayaan yang luar biasa di tengah kemiskinan dan krisis pangan negeri itu. Selain itu sukses lainnya adalah secara gemilang berhasil menjaga kepentingan Amerika dan Israel di Timur Tengah. Tetapi justru kesuksesan itulah yang saat ini menghancurkan segala kariernya yang telah dibangun dalam puluhan tahun. Mubarak selama menguasai rezim pemerintahan Mesir selama 30 tahun sebenarnya melakukan tiga fungsi utama. Fungsi utama pemerintahannya sebenarnya adalah untuk mensejahterakan rakyat Mesir, Fungsi kedua adalah membela kepentingan Amerika dalam menjaga dengan kuat perjanjian Camp David agar tidak menyerang Israel. Sementara itu fungsi ketiga adalah menjaga kepentingan Amerika di Timur Tengah. Tetapi justru kesuksesannya membela Amerika dan Israel ini juga menumbuhkan sikap antipati yang sudah terpendam lama oleh rakyatnya. Tampaknya tugas kedua dan ketiganya untuk mengabdi Amerika dan Israel berhasil sangat sukses. Namun, tugas utamanya justru tidak berhasil untuk mensejahterakan rakyatnya. Dalam sepuluh tahun terakhir kemiskinan, krisis pangan dan angka pengangguran meningkat pesat. Sekitar 40% penduduk Mesir berada dalam garis kemiskinan, sedangkan 15% masyarakat masuk dalam pengangguran. Beberapa media asing mengatakan rakyat Mesir banyak menjerit ketika sebagian besar pemuda Mesir tidak bisa menikah hanya karena tidak bisa menyewa apartemen. Tetapi dibalik itu selama 30 tahun pemerintahannya Mubarak justru secara sukes berhasil mengeruk kekayaan Mesir. Penguasa yang sudah tiga dekade bercokol di Mesir ini ternyata mempunyai harta yang bertebaran di luar negeri. Di Inggris saja Mubarak diperkirakan telah mengumpulkan kekayaan £ 25.000.000.000 untuk keluarganya. Adapun Suzanne, Gamal dan Alaa, 49, telah menjadi simbol kemewahan dan korupsi keluarga Mubarak. Harian Telegraph memperkirakan total kekaayaan Mubarah adalah 20 miliar pounsterling, atau lebih dari 287 triliun. Mubarak menimbun hartanya itu di sejumlah bank di Swiss, Amerika Serikat, dan Inggris menjadi bankas penyimpanan uang tunainya. Sedangkan properti, dia memiliki istana yang sangat megah di Inggris, Los Angeles, Washington, dan New York. Sejak berkuasa pada 1981, Mubarak mampu membuat negara di Afrika Utara itu stabil. Rahasianya, dia membangun hubungan baik dengan negara-negara Barat dan Israel. Namun di balik kestabilan, korupsi, kemiskinan dan kekerasan oleh negara tumbuh subur di Mesir. Mubarakah terrenal royal dalam menservis habis-habisan kolega-kolega Baratnya. Misalnya ketika bekas Perdana Menteri Inggris Tony Blair menghabiskan liburan di Timur Tengah, ia diservis di vila mewah Mubarak di Laut Merah. Blair bersama keluarganya menginap di vila bernama Sharm-el-Sheikh. Kesuksesan lainnya adalah dalam kediktatorannya dalam memimpin rezim selama 30 tahun. Aksi demonstrasi jarang terjadi di Mesir, karena pemerintah Presiden Hosni Mubarak yang mulai berkuasa sejak 1981 sangat membatasi suara-suara yang menentang.  Dalam 30 tahun pemerintahannya bahkan Mubarak tidak pernah mengangkat seorang wakil presiden sekalpun. Karena, dia tahun bahwa wakil presiden adalah orang ke dua negera itu yang segera akan dapat menggantikannya.  Seperti saat dia menjadi wakil presiden yang menggantikan  Anwar Sadat ketika tewas tertembak. Mubarak kerap kali menangkapi lawan politiknya seperti para aktivis Ikhwanul Muslimin termasuk juga para pengemban dakwah yang menyerukan Syariah dan Khilafah seperti para pengamban dakwah Hizbut Tahrir. Rezim Mubarak telah dikenal kediktatoran dan dukungannya terhadap Barat, bahkan terhadap Israel sekalipun yang telah mencaplok negeri Muslim Palestina. Terkait pengepungan Gaza, penguasa Mesir, Husni Mubarak, tetap enggan membuka satu-satunya pintu masuk ke Gaza, yakni pintu Rafah yang berada dalam kekuasaan Mesir. Rezim Mesir itu tetap tuli dan diam seribu bahasa, sembari dengan tenang dan santainya menyaksikan warga Gaza mati secara perlahan karena blokade dan kekejian Israel. Karir Mubarak Mubarak lahir di Kafr-El Meselha, Al Monufiyah, 4 Mei 1928. Mubarak ditunjuk sebagai wakil presiden setelah pangkatnya naik di jajaran Angkatan Udara Mesir Kemudian, ia menjadi presiden untuk menggantikan presiden Anwar Al Sadat yang terbunuh pada 6 Oktober 1981 oleh kelompok radikal. Ia merupakan Presiden Mesir keempat untuk masa jabatan lebih dari 15 tahun sejak menjabat pada tahun 1981. Sebagai Presiden Mesir, ia dianggap sebagai pemimpin yang paling berkuasa di wilayahnya. Mubarak saat masih belajar di perguruan tinggi, bergabung dengan Akademi Militer Mesir hingga meraih gelar Bachelor's Degree dalam Pengetahuan Militer pada tahun 1949. Pada tahun 1950, ia bergabung dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali meraih gelar Bachelor's Degree untuk Pengetahuan Aviation serta Ia mengajar di Akademi Angkatan Udara pada periode 1952-1959. Pada tahun 1964, ia diangkat sebagai Kepala Delegasi Militer Mesir untuk USSR. Di bawah Konstitusi Mesir 1971, Presiden Mubarak memiliki kuasa yang luas atas Mesir. Bahkan, dia dianggap banyak orang sebagai seorang diktator, meskipun moderat. Ia dikenal karena posisinya yang netral dalam Konflik Israel-Palestina dan sering terlibat dalam negosiasi antar kedua pihak. Setelah bergabung di Akademi Militer FROUNZ (Uni Soviet), ia menjadi Komandan Pangkalan Udara Barat Kairo tahun 1964 dan menjabat Direktur Akademi Angkatan Udara pada tahun 1968. Pada tahun 1969, ia menjabat Kepala Staf Angkatan Udara dan Komandan Angkatan Udara serta Wakil Menteri Peperangan tahun 1972. Pada 1974, ia dipromosikan ke peringkat Letnan Jendral dan Wakil-Presiden Republik Arab Mesir. Pada 1979, ia menjabat Wakil-Presiden Partai Demokratik Nasional (NDP) dan langsung menjabat Presiden Republik Arab Mesir pada 1981. Pada 1982, ia menjabat Presiden Partai Demokratik Nasional dan terpilih kembali sebagai presiden tahun 1987. Periode 1989-1990, ia menjabat Ketua Umum Organisasi Persatuan Afrika "OAU". Ia terpilih kembali sebagai presiden pada 1993 dan menjabat lagi sebagai Ketua Umum Organisasi Persatuan Afrika "OAU" pada periode 1993-1994. Sejak Juni 1996, ia menjabat Ketua Umum Arab Summit. Ia terpilih kembali sebagai presiden pada 1999 dan menjabat Ketua Umum G-15 pada periode 1998-2000. Inggris Negeri ke Dua Keluarga Presiden Hosni Mubarak dilaporkan media internasional panik dan meninggalkan Mesir untuk ke perlindungan mewah mereka yang berharga 8,5 juta poundsterling di London. Mubarak dan istri berencana segera menuju London. Ada pula yang melaporkan bahwa di bandara Heathrow  telah melihat First Lady Mubarak tiba. Di rumah bergaya Georgian seharga 8,5 juta pounds atau sekitar Rp 122 miliar itu, Suzanne kini tinggal. Sementara sang suami, berusaha mempertahankan mati-matian tahtanya, di tengah goyangan jutaan rakyatnya hari ini. Mubarak menikah dengan Suzanne, yang berdarah campuran, Mesir-Inggris. Ayah Suzanne, Saleh Thabet, yang berprofesi sebagai dokter anak bertemu dengan Lily May Palmer, suster yang tumbuh dewasa di Wales. Mereka bertemu di London. Saleh kemudian menikah dengan Lily, dan lahirlah Suzanne. Ibu negara berusia 69 tahun itu mengaku sangat nyaman dengan dua budaya ini, dua bahasa, dua dunia yang berbeda. Pernikahannya dengan Suzanne Mubarak melahirkan memperoleh dua anak, yaitu Alaa dan Gamal. Tak heran, ketika negaranya bergolak, Inggrislah yang dituju. Suzanne, dan seorang anak perempuannya segera terbang ke London dengan jet pribadi begitu situasi di Kairo memanas. Mubarak memegang paspor Inggris karena ibunya warganegara Inggris.Gamal yang bekerja di Bank of America London itu memiliki paspor Inggris dan merasa bahwa Inggris adalah tanah airnya yang kedua setelah Mesir. Gamal Mubarak adalah putra Presiden Mubarak yang selama ini dicalonkan sebagai pengganti Mubarak pada pemilihan presiden Mesir tahun 2011. Beberapa orang telah melihatnya berada di London, namun ketika rumah tinggalnya di wilayah suburban yang exclusif. Gamal, Sekjen Partai Nasional Demokrat partai berkuasa pendukung utama Hosni Mubarak, telah tiba di Inggris dengan jet pribadi bersama keluarganya sendiri dilengkapi 97 buah bagasi. Dia memiliki rumah bergaya Georgia enam lantai tak jauh dari Harrods di Knightsbridge, London Barat, menurut harian Inggris Sun. Putra Presiden Mubarak yaitu Gamal Mubarak dikabarkan berada di London sejak seminggu yang lalu bersama istri dan anaknya. Bersama Suzanne, 100 kopor lebih menyertai. Dia dikabarkan pergi dengan dikawal menteri pertahanan Mesir, namun kemudian diketahui sang menteri ternyata terbang ke AS "untuk sebuah tugas khusus".




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline