Lihat ke Halaman Asli

Widodo Judarwanto

TERVERIFIKASI

Penulis Kesehatan

Gangguan Penyerta Penderita Asma dan Kontroversinya

Diperbarui: 28 April 2024   12:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Angka kejadian asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Selama ini yang diungkapkan tentang asma mungkin hanya seputar patofisiologi, manifestasi klinis, pengobatan dan pencegahan. Terdapat berbagai masalah medis dibalik penderita asma yang belum banyak terungkap dan diperhatikan. Penyakit asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu tumbuh dan berkembangnya. Gangguan tersebut tampaknya sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak penderita asma yang sudah banyak mengalami gangguan sistem pernapasan. Gangguan tersebut kadangkala lebih mengganggu dari penyakit asma itu sendiri.  Meski banyak penelitian telah mengungkapkan berbagai masalah tersebut  tetapi masih diterima sebagai hal yang kontroversial.  Gangguan fungsi tubuh lainnya adalah gangguan saluran cerna, hidung (sinusitis atau rinitis), kulit sensitif, gangguan susunan saraf pusat seperti sakit kepala, migrain, vertigo dan gangguan pembuluh darahn, jantung dan hormonal. Gangguan penyerta yang terjadi adalah daya tahan tubuh menurun sehingga mudah sakit, sering mendapatkan overdiagnosis TBC (tidak menderita TBC tetapi diobati sebagai penyakit TBC), berat badan lebih atau sebaliknya berat badan kurus, gangguan tidur, emosi tinggi, mudah depresi, gangguan konsentrasi dan gangguan perilaku yang ringan lainnya.  

Asma adalah salah satu manifestasi alergi. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Selain gangguan paru gangguan yang menyertai adalah gangguan organ tubuh lain, gangguan pertumbuhan, perkembangan, perilaku dan permasalahan kesehatan lainnya. Asma adalah penyakit yang mempunyai banyak faktor penyebab. Yang paling sering karena faktor atopi atau alergi. Penyakit ini sangat berkaitan dengan penyakit keturunan. Bila salah satu atau kedua orang tua,  kakek atau nenek anak menderita asma bisa diturunkan ke anak.  Faktor-faktor penyebab dan pemicu asma antara lain debu rumah dengan tungaunya, bulu binatang, asap rokok, asap obat nyamuk, dan lain-lain.  Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, buah-buahan, kacang juga dianggap berperanan penyebab asma. Polusi lingkungan berupa peningkatan penetrasi ozon, sulfur dioksida (SO2), nitrogen oksid (NOX), partikel buangan diesel, partikel asal polusi (PM10) dihasilkan oleh industri dan kendaraan bermotor.  Makanan produk industri dengan pewarna buatan (misalnya tartazine), pengawet (metabisulfit), dan vetsin (monosodium glutamat-MSG) juga bisa memicu asma. Kondisi lain yang dapat memicu timbulnya asma adalah aktifitas, penyakit infeksi, emosi atau stress. 

PERMASALAHAN PENDERITA ASMA 

Sering kambuh dan berulangnya keluhan asma, sehingga orang tua frustasi akhirnya berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Hal ini dilakukan karena sering kali keluhan alergi pada anak tersebut sering kambuh meskipun diberi obat yang terbaik. Bila penatalaksanaan tidak dilakukan secara baik dan benar maka keluhan asma akan berulang dan ada kecenderungan membandel. Berulangnya kekekambuhan tersebut akan menyebabkan meningkatnya pengeluaran  biaya kesehatan7. Penderita asma lebih beresiko mengalami terjadi reaksi anafilaksis fatal akibat alergi makanan yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telor. Manifestasi klinis reaksi makanan yang fatal adalah  timbulnya gangguan pernapasan  (sesak, wheezing) dan gangguan vaskular (pingsan, gangguan kesadaran, hipotensi hingga syok). Di Amerika Serikat dilaporkan sekitar 150 anak meninggal karena reaksi alergi makanan yang fatal ini. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Asma menyebabkan kehilangan 16 persen hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34 persen di Eropa, dan 40 persen di Amerika Serikat. 

Gangguan Gizi Ganda dan gangguan pertumbuhan  

Penderita alergi dan asma sering dikaitkan dengan gangguan gizi ganda pada anak. Gizi ganda dapat menimbulkan kegemukan atau obesitas, bahkan sebaliknya terjadi  gangguan kenaikkan berat badan atau malnutrisi. Penelitian yang dilakukan oleh Erika von Mutius dkk dari University Children's Hospital, Munich, Germany menyebutkan bahwa BMI tampaknya merupakan faktor resiko independent pada terjadinya asma. Sebaliknya didapatkan penelitian pada penderita asma terdapat resiko gangguan pertumbuhan tinggi badan. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Baum mengungkapkan penderita asma sering terjadi peningkatan platelet-activating factor (PAF) yang ternyata dapat menghambat produksi PGE2 dalam osteoblast. Prostaglandin E2 (PGE2) adalah salah satu faktor lokal yang berperanan penting untuk pertumbuhan tulang. Ellul dalam penelitiannya mengungkapkan keterkaitan asma dan penyakit celiac pada anak. Secara bermakna didapatkan kenaikkan resiko terjadinya asma pada penderita celiac. Celiac adalah gangguan saluran yang tidak dapat mencerna kandungan gluten dan sejenisnya. 

Manifestasi klinis yang timbul adalah gangguan saluran cerna, dermatitis herpertiformis dan gagal tumbuh. Sering dijumpai bahwa penderita asma pada anak mendapatkan overdiagnosis atau overtreatment. Tidak jarang ditemui penderita asma yang didiagnosis dan diobati sebagai tuberkulosis dan saat mengalami infeksi saluran napas atas sering didiagnosis pnemoni hanya berdasarkan foto rontgen dada. Hasil foto rontgen asma, brnkitis,  pnemoni dan tuberkulosis kadang hampir mirip karena terjadi peningkatan gambaran infiltrat paru. Bila tidak cermat maka maka sering terjadi overdiagnosis penyakit lainnya pada kasus asma. Pada penderita asma sering mengalami keadaan daya tahan yang tidak optimal, relatif mudah terkena infeksi. Infeksi yang sering terjadi adalah infeksi saluran napas berulang berupa faringitis, tonsilitis, sinusitis, dan infeksi saluran napas akut lainnya. Tetapi yang harus lebih dikawatirkan adalah meningkatnya resiko untuk terjadinya efek samping akibat pemberian obat. Tak jarang penderita asma mendapatkan pengobatan yang menyimpang, seperti pemberian antibiotika, anti alergi atau kortikosteroid peroral berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama. 

MANIFESTASI KLINIS LAIN YANG MENYERTAI  

Asma adalah salah satu manifestasi gangguan alergi. Keluhan alergi sering sangat misterius, sering berulang, berubah-ubah datang dan pergi tidak menentu. Kadang minggu ini sakit tenggorokan, minggu berikutnya sakit kepala, pekan depannya sesak selanjutrnya sulit makan hingga berminggu-minggu.  Bagaimana keluhan  yang berubah-ubah dan misterius itu terjadi. Ahli alergi modern berpendapat serangan alergi atas dasar target organ (organ sasaran).Reaksi alergi yang dapat menggganggu beberapa sistem dan organ tubuh anak dapat menyertai penderita asma. Organ tubuh atau sistem tubuh tertentu mengalami gangguan atau serangan lebih banyak dari organ yang lain. Mengapa berbeda, hingga saat ini masih belum banyak terungkap. Gejala tergantung dari organ atau sistem tubuh, bisa terpengaruh bisa melemah. Penderita asma juga sering disertai gangguan alergi pada organ tubuh yang lain seperti sering disertai hay fever, rinitis, sinusitis, dermatitis, conjungtivitis, migrain dan gangguan hormonal. Pada gangguan saluran kencing didapatkan gejala sering kencing, sistitis atau bedwetting.  Gangguan saluran cerna yang sering didapatkan adalah gastroesofageal refluk, Irritabel Bowel Syndrome, nyeri perut berulang, mual, mulut berbau, bibir kering, sariawan, sulit BAB (konstipasi), mudah diare, sering glegekan,  dan gangguan saluran cerna lainnya. Pada sistem otot dan tulang didapatkan keluhan myalgia atau artralgia pada kaki, tangan, atau pada leher dan nyeri dada ("pseudo heart attack"). Pada gangguan sistem vaskular didapatkan gejala palpitasi, mudah pingsan, kolap dan hipotensi.    

PERMASALAHAN DALAM PERIODE KEHAMILAN DAN PERSALINAN  

Faktor resiko yang dapat mengakibatkan asma dan beberapa faktor yang terkait dengan maternal asma dapat diamati dan terjadi saat periode perinatal. Bayi dengan berat lahir sangat rendah merupakan faktor resiko terjadinya asma dan kejadian wheezing pada usia anak. Kesimpulan lain didapatkan riwayat keluarga asma juga sering dikaitkan dengan kelahiran prematur, bayi lahir sangat rendah dan kejadian bronchopulmonarydisplasia dan penyakit paru kronik pada bayi prematur. Transient tachypnea of the newborn atau transient respiratory distress of the newborn tampaknya juga sering dikaitkan dengan kejadian asma.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline