[caption id="" align="aligncenter" width="523" caption="Ilustrasi, Ibu Memberi ASI (Kompas.com)"][/caption]
Kampanye Hitam Imunisasi: Beri ASI, Stop Imunisasi
Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan. Imunisasi sudah terbukti manfaat dan efektivitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan kejadian berbasis bukti. Tetapi masih banyak saja orangtua dan kelompok orang yang menyangsikannya. Salah satunya adalah maraknya kampanye hitam imunisasi yang terjadi bukan hanya di Indonesia tetapi juga di belahan dunia lainnya. Banyak mitos dan kontroversi yang tidak benar secara ilmiah yang diangkat oleh para pelaku kampanye hitam imunisasi. Salah satunya adalah masih saja terdengar slogan "Beri ASI Ekslusif, Stop Imunisasi". Ternyata mitos yang tidak benar tersebut akan berdampak merugikan orangtua dan khususnya bayi yang menolak diberikan imunisasi.
Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 persen anak belum mendapatkan vaksinasi. Salah satu masalah utama yang menghambat keberhasilan program imunisasi adalah penyebaran informasi yang tidak benar dan menyesatkan tentang imunisasi. Hal itu adalah wajar terjadi karena demikian banyak informasi yang beredar yang tidak berdasarkan pemikiran dan dasar ilmiah meski dilakukan oleh seorang dokter. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya.
Biasanya, kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang berdiri dibelakang oknum pelaku naturopathy, food combining, homeopathy atau bisnis terapi herbal.
Sampai saat ini masih saja para pelaku kampanye hitam imunisasi terus mengungkapkan dan menyebarkan informasi dan slogan yang tidak benar tentang imunisasi. Saat ini mitos yang banyak beredar di media sosial dan dunia maya lainnya adalah slogan Berikan SSI Ekslusif Stop ASI. Ternyata slogan tersebut hanya mitos yang idak benar, tidak berdasarkan latar belakang pemikiran ilmiah dan bukti berbasis penelitian.Tidak ada yang salah dengan slogan berikan ASI ekslusif. tetapi slogan tersebut bermasalah dan menyesatkan ketika dibumbuhi dengan slogan stop imunisasi, karena pemberian ASI sudah cukup untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit.
Meskipun menyusui memiliki banyak faktor kekebalan tubuh untuk bayi, menyusui tidak boleh dianggap sebagai pengganti imunisasi. Penelitian menunjukkan bahwa ketika bayi yang diberi ASI divaksinasi, mereka akan menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari antibodi dibandingkan dengan susu formula bayi.
Sudah banyak diketahuin dan diyakini bahwa bayi yang mendapatkan ASI lebih kecil kemungkinannya untukmendapatkan infeksi daripada bayi susu formula. ASI mengandung banyak faktor nutrisi yang luar biasa yang dapat membantu untuk mendukung sistem kekebalan tubuh bayi. Seorang ibu memberikan pada bayinya beberapa jenis protein, lemak, gula dan sel-sel yang bekerja melawan infeksi ketika dia menyusui bayinya misalnya antibodi,sel darah putih, laktoferin, lisozim, oligosakarida, probotics dan prebiotik).
Ketika seorang ibu masuk dalam lingkungan yang terdapat kontak dengan penderita yang mengalami sakit atau menullarkan kuman di lingkungannya, dia membuat antibodi untuk melawan kuman. Antibodi ini masuk ke ASIdan karena itu ke bayi. Karena ibu dan bayinya umumnya berhubungan dengan kuman yang sama, Hal inimembantu melindungi bayinya dari penyakit mereka berdua terkena. Jenis utama dari antibodi dalam ASI adalahIgA. Antibodi IgA melindungi permukaan internal tubuh, seperti mulut, perut, usus dan paru-paru. Mereka tidakdicerna oleh bayi, mereka hanya mantel usus dan memblokir masuknya infeksi yang dinyatakan bisa menyebabkan penyakit. Selain itu, ada sejumlah faktor lain dalam ASI yang membantu bayi yang diberi ASI menghasilkan sistem kekebalan tubuh lebih efisien. Misalnya, bayi yang diberi ASI memiliki kelenjar thymus lebih besar daripada yangformula bayi makan. Kelenjar timus membuat jenis sel darah putih yang membantu melindungi terhadap infeksi.
ASI Bukan Pengganti Imunisasi
Meskipun menyusui memiliki banyak faktor kekebalan tubuh untuk bayi, menyusui tidak boleh dianggap sebagai pengganti imunisasi. Penelitian menunjukkan bahwa ketika bayi yang diberi ASI divaksinasi, mereka akan menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari antibodi dibandingkan dengan susu formula bayi. Tetapi hal tersebut tidak bisa memberi kekebalan yang lebih dan tidak bisa menjamin bahwa bayi bisa terhndar f=dari berbagai penyakit berbahaya.
Rekomendasi dan pernyataan Australia Breastfeeding Association menyatakan: 'Menyusui saja tidak memberikan kekebalan cukup untuk penyakit anak dan orang tua perlu mencari bimbingan yang tepat untuk imunisasi darimedis mereka penasihat'. Meskipun menyusui sering mengurangi keparahan penyakit pada bayi, adalah penting untuk memahami bahwa menyusui tidak memberikan pengganti imunisasi. Dengan kata lain, menyusui tidakmemberikan kekebalan total bayi terhadap penyakit dapat dicegah dengan vaksin. Vaksin yang dikembangkanterhadap berat, mengancam kehidupan penyakit polio, difteri, campak dan lain-adalah cara penting lain untukmelindungi kesehatan anak-anak kita. Menyusui dapat meningkatkan respon bayi terhadap beberapa imunisasi.Ketika bayi menyusu divaksinasi, mereka menghasilkan tingkat yang lebih tinggi dari antibodi dalam menanggapi beberapa vaksinasi dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula.