Tak banyak yang familiar dengan nama Monica Puig. Sebagai petenis, ia hanya menduduki peringkat 33. Baru dua turnamen WTA (Women’s Tennis Association—Asosiasi Tenis Wanita) yang dimenangkannya, dan penampilan terbaiknya di turnamen Grand Slam pun hanya mentok di babak keempat Wimbledon tahun 2013. Negara asalnya, Puerto Rico, juga boleh dibilang tidak memiliki tradisi tenis yang kuat. Namun, petenis kelahiran San Juan 22 tahun yang lalu tersebut saat ini merupakan petenis wanita yang paling hangat dibicarakan setelah membuat kejutan dengan memenangkan medali emas tenis tunggal putri di Olimpiade Rio de Janeiro, Brazil.
Sebagai petenis non-unggulan, tentunya tak banyak yang menjagokan Puig untuk menjadi juara Olimpiade. Nama-nama besar seperti Serena Williams dari Amerika Serikat, juara Australia Terbuka Angelique Kerber dari Jerman, dan juara Prancis Terbuka Garbine Muguruza dari Spanyol ramai diprediksi akan memenangkan ajang olahraga akbar empat tahunan tersebut.
Namun nomor tunggal putri di Olimpiade tahun ini memang dipenuhi kejutan. Serena yang digadang-gadang akan menang mudah setelah menyamai rekor petenis legendaris Jerman Steffi Graf dengan 22 kemenangan Grand Slam tunggal malah harus tunduk kepada petenis muda Ukraina Elina Svitolina di babak ketiga. Puig sendiri menang meyakinkan tanpa kehilangan satu set pun di dua babak pertama, sebelum akhirnya bertemu lawan berat Garbine Muguruza di babak ketiga. Muguruza memiliki modal meyakinkan berupa gelar Prancis Terbuka yang dimenangkannya tahun ini. Tak heran, dunia tenis terperanjat saat Puig mampu menghajar Muguruza dengan skor telak 6 – 1, 6 – 1. Publik pun mulai bertanya-tanya, siapa gerangan petenis non-unggulan nan tangguh asal Puerto Rico tersebut.
Lawan berat selanjutnya muncul di babak semifinal. Puig harus melawan petenis asal Republik Ceko, Petra Kvitova, yang juga merupakan salah satu petenis terbaik dunia saat ini dan telah dua kali menjadi juara Wimbledon. Banyak yang memprediksi servis keras Kvitova akan mengakhiri perjalanan Puig di Olimpiade, namun Puig dengan sukses melaju ke final walaupun sempat direpotkan Kvitova dan harus rela kehilangan satu set.
Dengan melaju ke babak final, Puig dipastikan menjadi atlet wanita pertama dari Puerto Rico yang berhasil menang medali Olimpiade. Sebelum Olimpiade Rio, negara yang sebenarnya merupakan wilayah insular Amerika Serikat tersebut baru memenangkan delapan medali, dan semuanya dimenangkan oleh atlet pria.
Tak tanggung-tanggung, lawan Puig di final adalah petenis peringkat dua dunia dan juara Australia Terbuka Angelique Kerber. Kerber tahun ini membuat kejutan dengan mengalahkan Serena Williams di final Australia Terbuka, dan berhasil menjadi runner-up di Wimbledon. Dengan kemenangan spektakulernya di babak-babak sebelumnya, makin banyak yang menjagokan Puig untuk memenangkan medali emas.
Seperti banyak diprediksi, pertandingan final berlangsung alot, namun akhirnya Puig berhasil mengalahkan Kerber dengan skor 6 – 4, 4 – 6, 6 – 1 dan menjadi juara tunggal putri Olimpiade Rio. Dengan berlinangan air mata, Puig merayakan kemenangannya di Olympic Tennis Centre di Barra Olympic Park bersama dengan ribuan fans asal Puerto Rico yang berkumpul di Rio untuk menyaksikan momen bersejarah tersebut.
Setelah 68 tahun berpartisipasi di ajang Olimpiade, akhirnya Puerto Rico berhasil menggondol medali emas. Tak tanggung-tanggung, medali emas tersebut dimenangkan oleh atlet wanita setelah sebelumnya tidak pernah ada atlet wanita yang bisa menyumbang medali untuk Puerto Rico. Negara kecil di Amerika Latin itu pun bergembira, sekaligus terkejut luar biasa atas prestasi Puig.
“Saya hanya ingin menyampaikan bahwa medali ini saya persembahkan untuk Puerto Rico. Negara kami sedang melewati masa-masa sulit dan sangat membutuhkan prestasi. Saya rasa saya berhasil mempersatukan negara saya,” ujar Puig dalam wawancaranya dengan stasiun televisi Amerika NBC setelah pertandingan final. Memang benar, Puig berhasil mempersatukan bangsa dan negaranya dengan prestasinya yang mengagumkan di Olimpiade. Puerto Rico yang selama ini tak pernah jadi sorotan tenis dunia kini menjadi hangat dibicarakan. Di negaranya sendiri, tentunya Puig menjadi inspirasi bagi para atlet wanita yang selama ini kurang berprestasi di ajang Olimpiade.
Kemenangan Monica Puig di ajang olahraga terbesar di dunia merupakan angin segar bagi Puerto Rico, negara kecil yang nyaris tidak pernah diperhitungkan di kancah olahraga internasional. Hampir dipastikan makin banyak orang-orang Puerto Rico yang akan serius menekuni olahraga, terutama tenis, setelah kesuksesan Puig di Olimpiade. Sebelum tahun 2016, tidak ada yang menyangka bahwa Puerto Rico akan mampu mengejutkan dunia di ajang olahraga setaraf Olimpiade. Kini, negara pulau kecil tersebut berhasil membuat dampak besar di Olimpiade, dengan lahirnya Puig sebagai Ratu Tenis di Rio de Janeiro.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H