Lihat ke Halaman Asli

Sandi Saputra

Tenang saja, aku hanya belajar.

Cognito Ergo Sum: Maskulinitas Tuhan

Diperbarui: 24 Oktober 2019   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Bapak Ren Descartes, sabda mu telah membangunkan jiwa-jiwa yang mati oleh kerangkeng bisu hak cipta Tuhan.

Renjana dalam kultus abadi konsep monotheis sudah merusak kegagahan diskursus metapikiran dan pembunuhan tragis terjadi melalui kontrol sosial oleh perusahaan Abraham dari Timur.

Vitam impendere vero! Aku ingin mengunjungi lembah tua terjemahan dari Vesta dan Parsi. Zarathustra menciptakan lelucuan monotheis, antithesis dari politeisme, paganisme, dan animisme. Terjadi pencurian copyrights oleh Abraham Company yang membuat dagangan baru dengan tiga management investasi kontrol sosial yang mengusung konsep pembela penury diberi label Jews, Christian dan Islam. Produk utamanya adalah utopis Paradiso atau Svarga dan ancaman halusinasi Inferno.

Tridharma pertama kali mengalir di bawah pohon Bodhi. Kidung-kidung lahir dari kemiskinan, kekecewaan dan kemanusiaan. Siul-siul tua yang danggap bajik dari Siddharta Gautama, Laozi dan Ruisme yang membangun diskursus baru dan serangan terhadap kelas-kelas manifestasi dari agama Kasta lama.

Produk baru pernah diajukan dan diuji coba di pasar dogma oleh Nietzsche dan manusia modern dari Utara bernama Anton Szandor LaVey. Hasilnya? Hanya kutukan tua seperti menghisap madu gila milik suku Gurung di pegunungan Annapurna.

Dari semua halusinasi yang diajukan tujuannya cuma satu kontrol sosial dan perbudakan pikiran. Lalu dimana posisi mereka tentang KESETARAAN GENDER? Ilusi tua yang menyeramkan. Karna Tuhan diciptakan oleh lelaki dalam gulungan maskulinitas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline