Lihat ke Halaman Asli

Ibadah Berhadiah

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Peserta shalat zuhur berjemaah dengan hadiah ongkos haji dan umrah serta mobil Innova dan Avanza di Bengkulu didominasi pegawai negeri sipil Kota Bengkulu. Mereka yang berjumlah ribuan itu memadati Masjid At Taqwa tempat peluncuran perdana shalat dzuhur berhadiah menarik tersebut, kompas.com, Rabu (12/2/2014).

Ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kpd Allah, yg didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (http://kbbi.web.id/ibadah). Sedangkan bakti itu sendiri didefinisikan sebagai tunduk dan hormat; perbuatan yg menyatakan setia (kasih, hormat, tunduk): -- kpd Tuhan Yang Maha Esa; -- seorang anak kpd orang tuanya; 2 memperhambakan diri; setia: sbg tanda -- kpd nusa dan bangsa, ia berusaha berprestasi sebaik-baiknya (http://kbbi.web.id/ibadah). Jadi bisa dibilang bahwa ibadah adalah sesuatu yang lahir dari kesadaran diri sendiri (kesadaran otonom) yang lahir dari atas eksistensi Tuhan. Ibadah adalah sebagai sesuatu konsekuensi logis dari pengakuan manusia akan keberadaan Tuhan. Bahkan dalam jika melihat definisi kedua kata bakti maka ibadah adalah sebagai bentuk perhambaan manusia kepada Tuhan.

Saya mendukung penuh semua tindakan yang mendorong ketaatan manusia untuk menjalankan agamanya akan tetapi dalam hal ini saya mempertanyakan motif mereka. Memang bukan kapasitas saya untuk mempertanyakan motif manusia dalam beribadah namun saya ragu atas ketulusan orang-orang yang beribadah yang tercantum dalam berita di atas. Apakah orang-orang tersebut beribadah karena menghambakan diri kepada Tuhan atau menghambakan diri kepada mobil dan/atau iming-iming lainnya?

Ibadah bukankah kita lakukan untuk mencapai sesuatu yang lebih abadi daripada sebuah mobil? Jika kita beribadah terdorong dengan iming-iming sesuatu apakah Tuhan menerima ibadah kita?Apakah pahala yang kita terima jika kita beribadah karena diiming-imingi sesuatu?

Ibadah adalah sesuatu yang bersifat personal, saya tidak berhak untuk menilai. Saya di sini hanya menganjurkan untuk kita berhenti untuk berpura-pura. Berpura-pura bahwa kita mencintai Tuhan kita dan taat terhadap perintah-perintahnya. Kita sudah lama tinggal dalam kepura-puraan tersebut. Sifat inilah yang menjadikan kita sebagaimana kita sekarang.

Saya melihat agama sekarang hanya menjadi topeng, topeng untuk membenarkan sesuatu, topeng untuk mendapatkan sesuatu, bahkan topeng untuk menolak sesuatu. Jadi tidak heran ada tokoh agama yang ditangkap karena korupsi. Hal itu bisa terjadi karena dia sendiri tidak menyadari esensi dari agama yang dia anut. Bukankah seharusnya ancaman pintu neraka yang berapi-api harusnya menakutkan dia sehingga dia menjauhkan diri dari tindakan tercela seperti itu?

Cobalah kita jujur sejenak, apakah kita benar-benar beragama? Apakah kita benar-benar percaya akan eksistensi Tuhan? Berpengaruhkah agama dan kepercayaan kita kepada Tuhan terhadap tingkah laku kita sehari-hari? Saya yakin kalau kita bisa jujur terlebih dahulu soal itu mungkin keadaan kita bisa lebih baik daripada saat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline