Sumber: google.com
Dollar Trend yang sangat mencemaskan sedang terjadi saat ini. Dollar AS menembus angka 10,287.45 (xe.com) per Selasa 30 July 2013. Semua pakar finansial sedang memprediksi dan mengantisipasi apabila tragedi moneter 1997 terjadi kembali. Dengan trend kenaikan Dollar ini, ada banyak pelaku bisnis terancam overload cost. Tetapi tentunya trend semacam ini tidak berjalan satu sisi saja, tetapi ada sisi yang lain dengan nuansa yang lain juga. Mengalihkan perhatian kita sejenak ke bagian pelosok tanah air seperti di bagian perbatasan timur indonesia di Kabupaten Kepulauan Talaud, daerah NKRI yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Filipina. Perkembangan ekonomi daerah kabupaten ini sangat tergantung dengan pergerakan harga dari komoditi lokal. Sebagai contoh komoditi Pala dan Cengkeh yang merupakan dua komoditi unggulan daerah Talaud. Trend kenaikan Dollar membawa dampak yang lain bagi petani komoditi unggulan ini. Mereka merasakan dampak yang fantastis, kenapa demikian? Harga Cengkeh normal adalah berkisar 30,000 - 50,000 / kg. Akan tetapi dengan naiknya nilai Dollar hal yang sama terjadi dengan nilai jual Cengkeh, menjadi 150,000 - 200,000 / kg. Penghasilan rata-rata petani untuk setiap musim panen Cengkeh adalah 1 - 5 ton /KK, dengan perhitungan 1 ton seharga 30jt sampai 50jt. Bisa dibayangkan hal yang fantastis yang saya katakan tadi terjadi jika harga jual bergerak naik ke angka 200,000 /kg? maka setiap Ton Cengkeh petani akan menghasilkan 200jt. Ini merupakan pemandangan sisi lain yang benar-benar berbeda dengan daerah perkotaan dimana semua bisnis terancam dengan kenaikan Dollar. Sempat ada cerita yang tersebar di Kabupaten Talaud yang membuat kita bisa tertawa bahwa: Di daerah Kepulauan Talaud pada waktu Indonesia mengalami krisis moneter yang membawa nilai Rupiah menempati level 16,000/Dollar AS, waktu itu daerah Talaud masih merupakan salah satu daerah tertinggal sehingga belum semua bagian dari daerah ini terhubung dengan jaringan listrik PLN. Tetapi akibat kenaikan harga Cengkeh yang begitu fantastis, maka masyarakat pelosok ini sampai sampainya membeli Kulkas walaupun belum ada tenaga listrik. Sehingga kulkas tersebut digunakan sebagai lemari pakaian :). Ketika ditanya alasan mengapa mereka membeli kulkas walaupun disana belum ada tenaga listrik, mereka menjawab kalau hasil panen Cengkeh membuat mereka manjadi milioner yang tinggal di pelosok. Karena itu meskipun disana belum ada listrik tetapi mereka membeli barang-barang selayaknya orang-orang yang tinggal di perkotaan. Kisah ini menggambarkan dualisme dampak kenaikan Dollar. Di satu sisi kenaikan dollar menjadi pukulan berat bagi pelaku bisnis dan keuangan, tetapi di lain sisi kenaikan ini membawa dampak fantastis bagi orang-orang pelosok. Sander ©2013 Twitter @Talaud_01
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H