Lihat ke Halaman Asli

Finally I'm in Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1329071191466563946

11 Februari pukul  20.55 waktu Indonesia bagian barat, akhirnya saya menginjakan kaki di bandara SOETTA Cengkareng Jakarta Barat. Setelah sebelumnya ± 4 jam menikmati perjalanan di udara dengan kemewahan dan kenyamanan yang diberikan maskapai International Garuda Indonesia.

_ _

11.45 waktu Hongkong, saya meninggalkan rumah dengan perasaan berkecamuk, Sedih dan senang lebur menjadi satu. Satu sisi saya senang karena keinginan untuk menikmati kebebasan akan segera saya wujudkan, sedangkan sisi lain saya sangat sedih karena harus meninggalkan majikan yang sudah saya anggap Ibu saya sendiri dan saya sangat menyayanginya, tapi ini sudah waktunya saya harus pulang. Masih jelas teringat saat saya mengucapkan “I’m sorry I have to go“ kepada majikan saya yang di balas dengan anggukan dan senyum hangat darinya, air mata pun tak bisa dibendung lagi kemudian dia memeluk saya dengan tulus (persis sinetron ya...). 2 tahun sudah saya mengabdi untuk keluarga tersebut, walau harus bekerja untuk 2 rumah sekaligus dari pukul 6 pagi hingga pukul 10-11 malam setiap harinya, dan menikmati hari libur mingguan yang dibatasi hanya 8 jam, tapi saya menjalani setiap detik yang baru 2 tahun itu saya rasakan dengan penuh rasa syukur atas karunia-Nya, ditambah perhatian dan kebaikan seluruh anggota dirumah tersebut yang selalu membuat saya nyaman bekerja.

Setelah meninggalkan rumah, saya langsung menuju tempat dimana kedua sahabat saya Dwi dan Aulia sudah setia menunggu, dan tanpa menunggu lama kami pun segera beranjak ke stasiun bis Tinhau untuk menaiki Bis dengan Nomor E11 menuju Bandara International Hongkong. Yaa… namanya juga perempuan kalau sudah ketemu dengan sejenisnya pasti jadinya rame, tidak di Bis tidak juga di dalam Restoran dimana kami makan siang, berbincang, berdiskusi, bercanda dan mencela satu sama lain sehingga lupa dengan orang-orang disekitar, ya.. mungkin kami ini termasuk orang yang posesif, sehingga merasa fasilitas umum itu milik kami sendiri hahaha... sebenarnya saya sedikit khawatir kalau-kalau kelakuan kami mengganggu orang-orang disekitar kami, tapi berhubung tidak ada satu orangpun yang protes jadi yaa.. kami santai saja.. hehehe

..

Saat berbincang dengan Aulia dan Dwi banyak informasi yang saya terima mengenai kelakuan mafia-mafia bandara yang secara langsung maupun tidak telah memberikan ‘kengerian’ tersendiri bagi TKI yang hendak melewati bandara Cekareng, tidak terkecuali bagi saya sendiri, apalagi ini perjalanan pulang pertama kali bagi saya. Tapi rupanya Dewi Fortuna kali ini berpihak pada saya, sehingga saya bisa terhindar dari ‘kejahilan’ mafia bandara Soetta tersebut.

Cerita berawal ketika Sebelum check in, secara tidak sengaja saya bertemu dengan seorang Ibu yang juga akan bertolak ke Jakarta dengan Maskapai Penerbangan yang sama, “Mau ke Jakarta juga mba” begitu sapa nya saat itu yang saya jawab singkat “iya, ibu juga?”. Beliau diantar oleh kedua anak nya yang merupakan penduduk asli Hongkong, Mereka sangat ramah dan baik pada saya, kemudian mereka meminta saya untuk check in bareng, dengan harapan saya bisa duduk bareng dengan sang Ibu di pesawat nantinya.

Karena masih tersisa sekira 2 jam sebelum jam keberangkatan, saya, Dwi dan Aulia memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, jadi kami berpisah dengan Ibu tersebut beserta anaknya yang mempunyai rencana sendiri, dengan perjanjian akan bertemu kembali di ruang Departure.

..

Waktu menunjukan jam 3.30, setelah berpelukan dengan Dwi dan Aulia,saya pun memasuki ruang Departure, dengan diiringi lambaian tangan dan derai tangis sahabat saya tersebut (hahaha… yang ini asli lebay :D ). Di Ruang Departure tersebut kembali saya menjumpai Ibu yang saya kenal saat Check in, danentah kenapa walaupun baru kali itu kami berkenalan, kami merasa sangat akrab dan bisa berbincang panjang lebar, bahkan hingga berbagi alamat rumah dan nomor telepon. Kepada Ibu yang kemudian saya ketahui bernama Ibu Ling ling itu, saya ceritakan tentang kekhawatiran saya akan ulah mafia-mafia bandara yang (mungkin) akan saya temui nanti, jadinya saya meminta kepada beliau supaya bisa terus bersama-sama saat dibandara nanti, agar tidak dicurigai kalau saya ini TKI, dan untungnya sang Ibu setuju, bahkan beliaupun meminta saya supaya tidak takut dengan berkata seperti ini “ya udah nanti kamu jangan jauh-jauh dari saya sampe kita keluar bandara”… ah.. leganya hati saya.

Setibanya saya di bandara Soetta, saking deg-deg-an-nya saya terus mengekor pada si Ibu, sampai-sampai ketika dia mendekati meja petugas Imigrasi guna pemeriksaan kelengkapan dokumen, saya juga mengikutinya hihihi… padahal semestinya saya menunggu hingga si Ibu selesai baru saya maju melewati garis kuning pembatas hihihi… Ngudik banget deh saya :p

Selama Proses Imigrasi, ambil bagasi serta melewati petugas Costum, Alhamdulillah.. berkat doa Orang tua dan doa teman-teman semua, tidak ada kendala berarti  yang saya temui selama perjalanan, semua lancar-lancar saja sampai saya keluar Bandara bersama Ibu Ling ling. Saat sang Ibu mengetahui saya tidak dijemput keluarga, sebenarnya sang Ibu menawari saya untuk ikut saja dengan mobil anak yang menjemputnya saat itu. Tapi dengan sopan saya menolak tawaran nya mengingat lokasi rumah sang Ibu yang ke arah Priok, sedangkan saya sendiri ke arah Kembangan-Meruya, jadinya saya putuskan untuk naik Taxi saja sendiri.

karena saking excited bercampur rasa was-was, dan pandangan mata yang berkeliling kesana kemari, sambil terus berbincang dan menemani Ibu Ling ling, saya jadi lupa untuk mengabadikan keadaan dalam bandara melalui kamera saya, hanya keadaan atap luar bandara yang bocor saja yang sempat saya ambil gambarnya dibawah ini.

Oh ya.. FYI aja nih… jumlah TKI (yang saya ketahui karena satu maskapai dengan saya) saat itu tidak terlalu banyak, bisa dihitung jari, mungkin karena saat ini belum musim liburan sekolah. Dan saya pun tidak menangkap peristiwa ‘penggiringan’ teman-teman TKI tersebut ke terminal yang lain, dalam artian mereka bisa keluar dengan wajar seperti penumpang lain pada umumnya. Kemudian saya jadi berfikir sejenak.. apa 'preman bandara' itu hanya dimusim-musin tertentu saja ‘beroperasi’ nya ya ?, sepertinya mungkin mereka sudah hafal kapan musimnya TKW pulang kampung… entahlah.

1326026285947031622

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline