Akang Sayang.… dimanakah dirimu sekarang, aku menantimu malam dan siang, saat bangun tidur wajahmu selalu terbayang, saat makan senyummu selalu terkenang, hingga tanpa sadar aku sering tersedak tulang, aku sangat merindumu sayang…
Keputusanmu untuk merantau ke negri orang, sungguh membuatku bimbang, mengapa engkau tega meninggalkanku sayang, hanya demi selembar surat hutang dari tukang kutang, lantaran kado valentine untukku tahun lalu, Kutang Pink berenda yang kau bilang import dari Jepang, aduh sayang… kado itu sungguh indah dan mewah dipandang, tapi kenapa harus berhutang, seharusnya kau tak perlu membeli produk import dari Jepang, cukup kutang made in Karawang, hatiku sudah cukup senang.
Pernah aku memintamu untuk kembali pulang, tapi kau bilang masih harus melunasi hutang, entah berapa harga itu kutang made in Jepang, sehingga hutangmu tak jua lunas dari buku bon tukang kutang, wajahmu memang tampan akang, tapi sayang… ternyata kau hobi berhutang.
Sayang… tolong mengertilah tentang aku yang kini semakin kelimpungan, pikiranku melayang mengingatmu yang tak pernah mau pulang, badanku pun kering kerontang lantaran jarang makan, bukan karena mikirin kamu sayang… tapi karena aku trauma tersedak tulang.
Aduh Akang sayang… jangan kau buat hatiku terus meriang, terlebih setelah malam kemarin pak Lurah Desa kita datang meminang, orang tua ku menyuruh untuk melupakanmu yang telah terbang, dan menerima pinangan pak Lurah sang Pawang hujan yang sudah beristri sembilan, tapi aku menolak sayang.. karena aku masih mencintaimu dan masih menunggumu datang.
Akang sayang… lupakah engkau dengan janjimu di kala purnama dibawah pohon pisang yang rindang, di hari kasing sayang sebelum keberangkatanmu ke negeri orang, Kau berjanji akan segera pulang dan meminang, dan kau berkata hanya aku satu-satunya wanita yang kau sayang, tapi kini kau ingkari janji yang waktu itu kau bilang, karena kepergianmu ternyata lebih lama dari janji yang kau bilang, Merananya hatiku mengingatmu yang mengikuti jejak bang Thoyib yang juga enggan pulang.
_ _ _
Kini telah lima tahun berlalu sejak kau hilang, maafkan aku sayang, aku menerima pinangan Pemuda asli Malang yang minggu kemarin baru datang dari Jepang, aku tak bisa lagi untuk setia menunggumu datang, Semoga engkau lekas mendapatkan penggantiku yang bergigi jarang dan berkulit belang… Selamat tinggal sayang….
*****
*kolaborasi : Dwi, Aulia & Sanchai
*****
*****
^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H