Lihat ke Halaman Asli

Belajar Mengkritik

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Melihat beberapa postingan para kompasianer yang menyampaikan keberatan atas ‘genre’ sebuah tulisan yang mengusung tema kosek-kosek (maaf saya ga tega mau bilang esek-esek), dimana opini/komentar beberapa kompasianer atas artikel masing-masing telah ‘menyenggol’ ketenangan salah satu ‘paguyuban solid’ di Kompasiana dimana saya juga ikut bernaung di dalam nya.

Dan seperti yang telah disampaikan teman-teman saya di kolom komentar yang tercerai berai kemarin siang, menyampaikan kritik atau keberatan sah-sah saja, tapi akan lebih baik jika di jelaskan kepada siapa kritik tersebut disampaikan, supaya artikel tersebut tidak samar atau bias dalam penerimaan nya, dan ujungnya menjadi fitnah dan sakit hati.

Karena hal tersebut, saya jadi ikut terpancing untuk mengkritik bahkan mungkin mencela salah seorang Kompasianer yang akan saya jelaskan disini.

Saya mengenalnya beberapa bulan yang lalu, sepanjang yang saya amati dari awal dia bergabung hingga saat ini tidak ada satupun tulisan nya yang berkualitas, baik dari segi penggunaan kata, alur cerita, plot, rima dan sebagainya. Entah itu tulisan berupa prosa, cerpen, puisi, menurut saya semuanya berkualitas rendahan. Tulisan genre humornya pun benar-benar garing ga bikin ketawa, bahkan cicak aja klo bisa baca juga ogah ketawa. Pernah dia mengikuti beberapa event2 yang di selenggarakan di kompasiana, tapi tetap saja itu tak merubah kualitas tulisan nya.

Sepanjang pengamatan saya, seumur dia hidup di kompasiana ini hanya ada satu tulisan saja yang di HL-kan admin, heh.. itupun karena dia menyogok admin dengan semur jengkol buatan nya. Dan yang semakin buat saya ga habis pikir kadang tulisan nya itu masuk Ter- Ter- ala Kompasiana, padahal saya menilai tulisan nya lebih pantas masuk Ter-pojok.

Beberapa tulisan nya bahkan pernah saya laporkan ke admin, baik lewat inbox, FB, Twitter, surat Pos, Burung Merpati, SMS, MMS, PMS, BBM, sampai BBQ, tapi aneh nya admin tetap cuek sampai tulisannya berlalu begitu saja dari dashboard, dan mirisnya beberapa hari kemudian admin mengirim inbox ke saya dengan inti kalimat sebagai berikut :

“mohon maaf, Laporan anda untuk sementara ini belum bisa kami proses, karena saat ini kami sedang sibuk menjahit kolor-kolor kami yang sobek”

Ttd. Admin.

Duuuhh.. tepok jidat deh saya, gimana coba klo sampai tulisan nya dilihat oleh anak-anak Playgroup, TK, SD, SMP dan SMA, bukankah tidak mungkin mereka akan mengikuti gaya menulisnya yang selebor asal jadi??.

Karena tidak ada tanggapan dari admin, akhirnya saya berhubungan via Japri dengan Kompasianer ini :

Saya : Halo mba, apa kabar?

Dia : kabar baik

Saya : mba, maaf sebelumnya ya, klo saya lihat koq tulisan2 anda seperti kurang kualitas, bisa ga tulisan nya itu sedikit di revisi gaya bahasanya gitu, biar lebih terlihat intelek dan ga terlalu bugaarrr...

Dia : loh itu kan memang gaya saya, keluar dari otak saya, ga bisa dirubah donk titik ga pake t

Saya : klo gitu nanti saya ga mau lagi liat tulisan anda

Dia : Karep mu…!

Itulah percakapan singkat tanpa solusi, dia benar-benar tidak bergeming. Sampai akhirnya dia mempublish 2 tulisan yang bikin saya geregetan, ini dia kedua tulisan nya :

1. tulisan berjudul : MMS

2. tulisan berjudul : Lesbian dan Lapak Koran

Terlebih tulisan yang kedua ini, selain isinya bikin pembaca jadi malu, dia juga meletakan gambar setengah bugil dan sangat-sangat bugar (maaf saya ga tega untuk bilang vulgar L ).

Bahkan dalam setiap komentarnya saya perhatikan dia sering menggunakan kata-kata yang menjurus ke mesium, anda mau bukti, ini buktinya :

Maka dari itu sekarang saya membuat postingan ini, yang saya harapkan jalan terakhir saya untuk menegurnya. Dan anda mau tau siapa Kompasianer yang saya maksud disini?... Ini dia orang nya :

Tuh… lihat saja gaya nya di pp yang sok aduhai, yang bikin para imron jadi pengen… pengen nabok maksud saya.

Dan kepada kompasianer yang saya sebutkan diatas, silahkan berikan klarifikasi anda atas keberatan2 saya tersebut di kolom komentar di bawah ini, atau anda buat postingan tersendiri, atau bisa juga anda berikan klarifikasi kerumah saya dengan membawa 2 box Brownies rasa Keju atau rasa coklat juga boleh, o iya jangan lupa Magnum nya 2 juga… dibungkus ya… karetnya dua.

Mba Sanchai yang imut, manis, cantik, baik, ramah, sayang Ibu Bapak dan tidak sombong (pembaca dilarang protes..!! ), kalau boleh saya memberikan saran untuk peningkatan kualitas tulisan anda di masa mendatang… perbanyaklah.. jalan-jalan, nonton film dan pacaran (kalau punya pacar), jangan servis kompor melulu ok... Semangat terus ya… Terima kasih dan maaf sebelumnya.

Salam Kompasianthir … ^_^

Pesan moral : Kritik diri sendiri dulu sebelum mengkritik orang lain.

--------------------------------------




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline