Lihat ke Halaman Asli

Sanam

Mahasiswa | Penulis

TNI atau Pakar Digital, Siapa yang Sebaiknya Bergabung?

Diperbarui: 22 Agustus 2023   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi angkatan siber: freepik.com

Keamanan siber telah menjadi isu kritis di era digital saat ini. Dengan berkembangnya teknologi, tantangan baru muncul dalam bentuk ancaman siber yang dapat merusak sistem infrastruktur, mengambil data pribadi, hingga mengganggu stabilitas nasional. Pertanyaan muncul: siapa yang sebaiknya bergabung dalam upaya melindungi keamanan siber? Apakah TNI atau para pakar digital?Keamanan siber tidak hanya melibatkan pertahanan terhadap ancaman, tetapi juga melibatkan pemahaman mendalam tentang teknologi digital. 

TNI, sebagai institusi pertahanan negara, memiliki pengalaman dalam menghadapi berbagai ancaman dan konflik. Namun, keamanan siber memerlukan pemahaman teknis yang mendalam tentang dunia digital. Inilah di mana peran para pakar digital menjadi penting.

Pakar digital adalah individu yang memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang teknologi informasi, keamanan siber, dan hacking etis. Mereka memiliki kemampuan untuk menganalisis ancaman siber, mengidentifikasi kerentanan dalam sistem, dan mengembangkan solusi untuk melindungi infrastruktur digital. Namun, integrasi mereka ke dalam struktur TNI tidak boleh diremehkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, ide membentuk matra keempat Angkatan Bersenjata yang berfokus pada keamanan siber telah muncul. Konsep ini mengusulkan pembentukan pasukan yang ahli dalam pertahanan siber, mirip dengan angkatan laut, darat, udara, dan angkatan kepolisian. Ini adalah solusi yang menarik, karena mengakomodasi kebutuhan akan keahlian teknis yang mendalam. Namun, perlu diperhatikan dampak dari pembentukan matra keempat ini terhadap aktivitas siber sehari-hari. Salah satu potensi dampak positif adalah peningkatan keamanan sistem digital nasional. Matra keempat dapat merespons cepat terhadap ancaman, mencegah insiden serius, dan melindungi data sensitif. Namun, ada juga keprihatinan tentang penyalahgunaan kekuatan, potensi konflik kepentingan, serta potensi pelanggaran privasi dalam penggunaan data warga.

Pertanyaan yang muncul adalah bagaimana kita dapat memastikan integrasi yang efektif antara TNI dan para pakar digital. Apakah mungkin untuk menciptakan sinergi yang kuat di antara mereka? Mungkin solusinya adalah kerja sama lintas sektor yang melibatkan pemerintah, industri teknologi, dan masyarakat sipil. Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama, dan semua pihak memiliki peran yang penting dalam menjaga integritas dan keamanan infrastruktur digital.

Pertimbangan dalam memutuskan apakah TNI atau para pakar digital yang sebaiknya bergabung dalam melindungi keamanan siber adalah langkah penting untuk menghadapi ancaman digital yang semakin kompleks. Dalam proses ini, pembiayaan menjadi hal yang tidak dapat diabaikan. Pengembangan matra keempat atau pembentukan pasukan keamanan siber akan memerlukan investasi dalam pelatihan, peralatan, dan infrastruktur teknologi. 

Oleh karena itu, perlu adanya alokasi anggaran yang cukup untuk memastikan efektivitas upaya perlindungan siber. Tentu, batasan tupoksi (tugas dan fungsi) juga perlu diperjelas untuk memastikan bahwa peran dari matra keempat atau unit keamanan siber tidak tumpang tindih dengan tugas dari lembaga lain, seperti BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) dan Direktorat Polri Tindak Pidana Siber. Koordinasi yang baik antara semua pihak akan menjadi kunci dalam menghindari potensi konflik dan mencapai efisiensi dalam menjaga keamanan siber.

Dalam memilih siapa yang akan bergabung dalam matra keempat atau unit keamanan siber, ada pertimbangan yang perlu dipertimbangkan. TNI memiliki struktur dan disiplin yang kuat dalam menghadapi berbagai ancaman, termasuk ancaman siber. Namun, para pakar digital memiliki pengetahuan yang mendalam tentang dunia siber dan mampu merespons dengan cepat terhadap ancaman yang terus berkembang.

Pilihan yang paling ideal adalah sinergi antara TNI dan para pakar digital. Dengan demikian, kekuatan yang kuat dalam pertahanan dan pemahaman teknis dapat saling melengkapi. Kolaborasi ini dapat ditingkatkan melalui pelatihan bersama, program pendidikan, serta berbagi informasi dan keahlian. Dengan cara ini, kita dapat menghadapi ancaman siber dengan efektif tanpa mengorbankan privasi dan kebebasan individu.

Kesimpulanya, dalam era di mana teknologi menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, perlindungan terhadap data dan sistem digital menjadi semakin penting. Tantangan keamanan siber akan terus berkembang seiring perkembangan teknologi. Oleh karena itu, kerjasama yang efektif antara TNI, para pakar digital, dan berbagai pihak terkait akan menjadi kunci dalam menjaga keamanan siber Indonesia ke depannya. Apapun pilihan yang diambil, yang terpenting adalah keamanan dan kedaulatan negara terjaga, tanpa mengorbankan hak privasi dan kebebasan individu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline