Lihat ke Halaman Asli

Samurai Jagoan

Tukang Makan Enak

Ketika Allah Memberikan Jalan

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Jadi inget waktu bulan puasa tahun lalu. Situasinya sama dengan bulan puasa tahun ini cuman kondisinya yang bikin berbeda. Bukan bermaksud mengingat-ingat masa lalu, sebab berdasarkan petuah para orang bijak masa lalu itu sudah lewat dan gak bisa terulang jadinya gak perlu diingat-ingat lagi. Cuman kejadiannya masih anget terasa dan begitu berbeda ramadhan tahun lalu dengan ramadhan tahun ini rasanya.

Ramadhan tahun lalu diawali dengan pindahnya saya dan keluarga kerumah baru yang lebih besar dari rumah kami yang lama.

Yang membuat berbeda adalah kalo sebelum pindah kami tinggal dirumah milik sendiri tapi sekarang kami tinggal di sebuah rumah kontrakan, walopun rumahnya memang lebih gede dari rumah kami sebelumnya.

Yang membuat berbeda adalah karena kami harus pindah dan menempati rumah kontrakan yang lebih gede ini disebabkan karena rumah kami yang lama sudadh laku di beli orang di balai lelang . Iya di balai lelang, rumah kami itu harus terjual disana sebab kami memang gagal dalam memenuhi kewajiban kami pada sebuah bank milik pemerintah.

Yang membuat berbeda adalah kami haruis pindah dalam kondisi hampir-hampir gak punya uang lagi, banyak hal penyebabnya, tapi yang terutama karena saat itu awal bulan dan sudah hampir satu bulan orderan lagi sepi-sepinya. Seperti biasa saat bulan ramadhan memang selalu begitu setiap tahunnya.

Yang membuat berbeda, saat sedang gak punya uang hampir sama sekali, kebutuhan yang harus dikeluarkan begitu besarnya, seperti ongkos pindahan, biaya renovasi selain biaya kebutuhan bulanan yang rutin. Hehehe ...

Situasi yang seru ini pastinya mempengaruhi mental kami sekeluarga, banyak hal baru yang harus kami hadapi apalagi kami pindah bukan sebagai pemenang melainkan kami pindah sebagai orang yang gagal (begitu pandangan dan pendapat banyak orang) kalo dalam keluarga sendiri saya dan istri menghadapi kondisi harus bisa menjelaskan kepindahan kami ini pada si mcllyn, anak sulung kami.

Walopun rumah yang kami sekarang jauh lebih gede segala-galanya dari rumah kami yang lama, tapi anak-anak kami terutama mcllyn tau persis kenapa kami harus pindah. Jadi PR kami adalah harus bisa bikin anak-anak tetep yakin bahwa pindah itu adalah hal terbaik yang harus dilakukannya 

Jadi selama bulan puasa tahun lalu itu kami harus menyiapkan segala-galanya dalam kondisi hampir nol, memulai sesuatu yang baru di tempat yang baru dan belom tau mesti berbuat apa untuk melakukan sesuatu agar bisa bangkit lagi.

Nah dalam situasi seperti itu, kira-kira dua minggu sebelum hari raya, saat kami masih berkonsentrasi untuk mencari dana buat bekal mudik ke solo, tiba-tiba saya dapat telepon dari istri, kalo dia dan si barej anak bungsu kami sedang di kepung oleh debt collector dari pihak mobil, hehehe kami memang menunggak pembayaran mobil hampir 4 bulan, walopun diawal bulan ramadhan kami sudah melakukan pembayaran sebesar 1x angsuran. Trus singkat cerita mobil kami lantas diambil oleh gerombolan debt collector tersebut, dengan sebuah trik jitu mereka yang seolah-olah mengajak kami menghadap ke kantor leasing.

Seru banget kan, dalam kondisi gak punya duit buat mudik, dalam kondisi kehabisan duit sehabis pindahan, dalam kondisi sepi orderan dan dalam kondisi siap-siap mudik lebaran kami harus kehilangan mobil kami, sarana transportasi paling penting yang akan kami pake buat mudik. Dengan kehilangan mobil itu maka kebutuhan duit menjadi doublem 2x lipat dari sebelomnya, hehhehe...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline