Lihat ke Halaman Asli

Samuel Edward

Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Peluang Industri dan Lapangan Kerja Baru Penunjang Industri Hulu Migas

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Sektor minyak bumi dan gas alam (migas) masih memegang peranan kunci dalam perekonomian Indonesia. Bukan saja karena migas masih menjadi bahan bakar andalan bagi transportasi dan industri. Melainkan juga karena arus finansial mengalir deras di seputar industri migas yang padat modal. Dan juga karena migas termasuk padat karya sehingga mampu mewadahi banyak tenaga kerja.

Termasuk, dan teristimewa, di bagian hulu dari industri migas. Mulai dari eksplorasi, pengeboran, penambangan, hingga pengangkutan bahan mentah ke tempat pengolahan selanjutnya, industri hulu migas sangat butuh modal dan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Itu yang secara langsung berkenaan dengan industri hulu migasnya sendiri. Ada pula kegiatan-kegiatan usaha lain yang menunjang kelancaran pekerjaan di industri hulu migas tersebut. Kegiatan-kegiatan usaha yang bergerak sebagai “satelit” dari industri hulu migas itu pun sejatinya tak kalah besarnya mengalirkan uang dan membuka lapangan kerja.

Dan usaha-usaha “satelit” itu pun butuh perhatian dan dukungan yang besar dari pemerintah, perusahaan operator penambangan, dunia usaha pada umumnya, dan seluruh masyarakat secara keseluruhan.

Salah satunya adalah seperti yang berikut ini.

Kebugaran fisik yang prima adalah satu-satunya kondisi yang kondusif untuk pikiran agar dapat menangani pekerjaan berat yang memerlukan konsentrasi maksimal dan ketelitian tinggi, seperti yang dihadapi para pekerja industri hulu migas. Sebelum mencapai keadaan bugar, tubuh harus lebih dulu sehat. Dan untuk sehat, asupan nutrisi yang optimal adalah keharusan. Makanan dan minuman mesti memiliki nilai gizi optimal yang sesuai kebutuhan masing-masing individu. Zat-zat berbahaya dan kontaminasi mikroba patogen harus benar-benar dalam kadar nol, tanpa toleransi dan kompromi. Itu baru syarat untuk kesehatan standar. Terlebih lagi untuk orang yang beban pekerjaan fisik dan psikisnya tinggi.

Idealnya, orang-orang dengan pekerjaan yang menuntut tubuh dan pikiran yang selalu prima, seperti mereka yang bekerja di industri hulu migas, tidak perlu lagi dibebani perkara keseharian remeh-temeh semacam kesulitan mencari makanan, menentukan menu apa yang hendak dikonsumsi setiap kali waktu makan tiba, keharusan melakukan perhitungan keadaan dompet dan situasi ekonomi keluarga di rumah secara saksama setiap kali mau membeli makanan saban “tanggal-tanggal tua” lantaran harus berhemat karena pendapatan yang tidak memungkinkan untuk terus-terusan setiap hari membeli makanan bergizi dan berkualitas dalam porsi memadai.

Lapangan pertambangan migas pasti jauh dari pemukiman, apalagi perkotaan. Terlebih lagi untuk lokasi pengeboran lepas pantai. Karena itu, kesulitan mencari makanan jarang dialami para pekerja industri hulu migas, terutama yang berada di lapangan. Sebab, perusahaan pasti sudah memfasilitasi ketersediaan ransum bagi para karyawannya. Permasalahannya, situasi ini sangat mungkin menimbulkan beberapa masalah lain, yang awalnya barangkali kecil, namun akan dengan cepat menjadi masalah yang signifikan jika terus dibiarkan sehingga terakumulasi dan menjadi kronis.

Masalah pertama adalah sangat mungkin kurang tercukupinya kadar gizi yang ideal bagi para pekerja dengan tuntutan pekerjaan fisik dan psikologis yang berat seperti di industri hulu migas. Masalah kedua adalah potensi terjadinya keracunan makanan, yang kalau terjadi, pasti akan bersifat massal, menimpa banyak sekali pekerja. Masalah ketiga adalah potensi timbulnya kebosanan pekerja pada menu yang dihidangkan, berhubung sangat kurangnya variasi dari hari ke hari.

Dua masalah pertama berkaitan dengan pengawasan dan kontrol. Sementara, masalah ketiga terkait dengan komunikasi. Tapi, solusi untuk ketiga masalah ini sebenarnya sama. Perusahaan tinggal mencari dan menghubungi jasa katering yang harus bisa memenuhi tiga syarat.

Pertama, usaha katering tersebut harus memiliki spektrum variasi menu yang lebar sehingga sanggup menangani permintaan konsumen agar menu yang sama harus hanya berulang minimal dalam kurun tertentu, misalnya dua minggu sekali, jadi pekerja tidak akan menemukan kejadian di mana, umpamanya, hari ini baru makan sayur asem dan tempe goreng, lusanya makan itu lagi, sehari berikutnya lagi kembali ketemu menu yang sama.

Kedua, industri katering bersangkutan harus bersertifikat halal, menyanggupi untuk memberikan jaminan bertingkat keterpercayaan tinggi (misalnya, dengan cara bersedia secara proaktif mengundang petugas BPPOM/”Badan Pengendalian dan Pengawasan Obat dan Makanan” dan dokter ahli gizi independen untuk secara rutin melakukan pengujian kelayakan dan kadar gizi makanan) bahwa makanan yang mereka sajikan selalu higienis, tidak mengandung zat-zat berbahaya, bernilai gizi tinggi, dan segar.

Dan ketiga, perusahaan katering itu harus bersedia dimediasi satu meja dengan para pekerja, barangkali yang bisa juga diwakili serikat buruhnya, untuk semata-mata menampung usulan menu, keluhan, atau saran-saran lain yang disampaikan para pekerja perusahaan industri hulu migas yang bersangkutan.

Perusahaan industri hulu migas tinggal mengumumkan ketiga syarat di atas. Mekanisme perekrutan jasa katering itu bisa melalui tender secara terbuka, bisa pula dengan cara perusahaan menunjuk langsung pihak katering tertentu. Hanya saja, adalah jauh lebih baik apabila semua industri hulu migas di tanah air menggunakan jasa katering milik anak bangsa sendiri, tidak dari perusahaan kuliner atau restoran besar cabang negara asing. Pula, adalah jauh lebih baik lagi bilamana tiap lapangan migas dipasok makanan pekerjanya dari perusahaan katering yang berbeda dengan lapangan migas lainnya. Dengan demikian, sudah pasti tidak ada satu jasa katering yang memasok konsumsi untuk perusahaan industri hulu migas yang berbeda-beda. Semua masing-masing hanya memasok satu perusahaan hulu migas. Ini artinya, akan sangat banyak usaha katering yang terlibat dan termotivasi untuk terlibat. Selain akan ada pemerataan, industri katering sendiri akan menjadi maju karena banyak yang terdorong untuk meningkatkan standar mutu makanan, penyediaan variasi menu, dan kualitas pelayanan.

Masih berkaitan dengan penyediaan konsumsi gizi bagi primanya fisik para pekerja adalah ketersediaan minuman stimulan selain kopi dan teh. Yaitu jamu.

Indonesia adalah pusat fitofarmaka (obat-obatan ramuan herbal) dunia berkat ramuan jamunya yang terkenal sangat bermanfaat. Dan kini, pemerintah kembali mulai gencar melancarkan kembali kampanye minum jamu demi kesehatan dan kesegaran tubuh.

Hal ini pun perlu mendapat perhatian industri hulu migas. Ketahanan dan keprimaan fisik dan psikologis para pekerja dapat sangat terbantu oleh jamu. Oleh sebab itu, perusahaan-perusahaan patut mempertimbangkan untuk memantapkan kualitas tenaga kerjanya dengan jamu. Bukan dengan jamu instan bubuk dalam sachet, melainkan dengan jamu segar yang diracik dan diramu secara manual oleh tangan manusia, langsung dari bahan-bahan alami yang masih segar.

Berhubung jumlah tenaga kerja di industri hulu migas itu besar, kebutuhan akan jamu pun pasti besar pula. Permintaan yang besar itu harus ditangani oleh tenaga peracik jamu yang jumlahnya juga banyak. Pihak manajemen perusahaan industri hulu migas dapat menghubungi para pengrajin jamu dan mengajukan standar pelayanan, keduanya dengan pola prinsip yang sama dengan saat merekrut jasa katering.

Masih banyak lagi celah yang sebetulnya bisa diisi oleh industri-industri dalam negeri sebagai penunjang industri hulu migas, selain usaha katering tadi. Sebab, berhubung para pekerja industri hulu migas itu jumlahnya banyak, dengan beban kerja yang juga terbilang besar, maka kebutuhannya pun pasti banyak dan beragam. Dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itulah industri-industi satelit bisa ikut andil. Misalnya, industri penerbitan untuk memasok bahan-bahan bacaan bagi para pekerja industri hulu migas, selain agar ilmu dan wawasan mereka terus disegarkan dan tambah diperkaya, juga supaya mereka bisa mendapat sarana yang sehat dalam pemenuhan dahaga intelektualitas akan hiburan. Atau, industri-industri yang bergerak di bidang musik, bisnis pertunjukan, teater, atau distribusi perfilman, yang dapat menyuplai alternatif hiburan lain, misalnya dengan mengadakan pemutaran film, pementasan teater, atau pertunjukan musik di tempat-tempat pengeboran, berhubung para pekerja industri hulu migas itu bisa diibaratkan “berada jauh dari peradaban”.

Dengan demikian, industri hulu migas akan menjadi lebih humanis dan lebih kondusif sebagai tempat kerja. Ini tentu akan meningkatkan kinerja para pekerja. Sehingga, dapat dipastikan, kualitas kerja dan produktivitas yang meningkat dari para pekerja itu akan mendongkrak pula tingkat percepatan produksi dan mutu produk perusahaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline