Lihat ke Halaman Asli

samuel purba

PNS, pemerhati sosial

Orangtua adalah Konselor Terbaik bagi Anak

Diperbarui: 28 Oktober 2022   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Beberapa waktu terakhir anak perempuan saya terlihat kurang bersemangat. Anak kedua saya yang duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar ini biasanya selalu ceria dan bersemangat. Yang sedikit membuat saya tertegun adalah ketika melihat tidurnya tidak pulas di malam hari. Dia terlihat gelisah, marah, dan "mencak-mencak" meskipun sedang tertidur.

Puncaknya adalah ketika suatu malam anak perempuan saya tersebut mengatakan bahwa dia tidak mau sekolah besok dengan alasan atribut baju pramukanya tidak lengkap. Memang dalam beberapa bulan terakhir saya agak mencium gelagat kurang semangatnya putri kami ini dalam mengerjakan urusan pendidikannya. Nilai ujian harian maupun semesternya juga tidak terlalu memuaskan.

Akhirnya saya dan istri pun membahas kondisi anak saya tersebut secara serius. Beberapa informasi yang sebelumnya telah diterimanya tentang kondisi sekolah dan pergaulan anak-anak saya akhirnya membawa kami kepada dugaan bahwa putri saya tersebut dalam kondisi psikologi yang kurang baik.

Pada saat itu juga saya memanggil putri kami tersebut dan menanyakan apa yang dia rasakan selama berada di sekolah. Lantas dia menceritakan semua kekesalan, kebingungan, dan ketakutan yang dirasakan, baik yang berasal dari guru maupun teman-teman seangkatannya.

Setelah mendengar cerita putri saya tersebut, lalu saya menelepon wali kelasnya. Dan dari wali kelasnya tersebut saya mendapat keterangan bagaimana perilaku putri saya tersebut, yang menurut gurunya masih perlu dibenahi. Setelah itu saya memberikan nasihat kepada putri kami tersebut dan mendorongnya untuk belajar dari pengamalaman dan memperbaiki apa yang menjadi kekurangannya. Beberapa minggu setelah itu saya selalu memantau perkembangan kondisi anak saya tersebut. Dan syukurnya terlihat dari hari ke hari dia semakin ceria, bersemangat ke sekolah, lebih disiplin, yang akhirnya berpengaruh kepada perbaikan nilai hasil ujiannya.

***

Saya dan istri kebetulan berstatus pekerja, yang mana rutinitas kegiatan sehari-harinya mulai pagi hingga menjelang malam, sebagaimana kebanyakan orang-orang di kota besar semisal Jabodetabek. Harus diakui bahwa waktu khusus untuk berbincang-bincang dengan anak-anak adalah hal yang cukup sulit untuk kami miliki.

Tidak jarang justru akibat kelelahan dan banyaknya beban pekerjaan membuat fisik dan mental sudah menurun ketika tiba di rumah. Akibatnya yang sering muncul justru sikap yang kurang baik seperti kesal, cuek, bahkan marah. Padahal masih banyak hal yang harus diurus di rumah, terutama kebutuhan anak-anak.

Padahal, belajar dari pengalaman putri saya di atas, ada begitu banyak situasi maupun peristiwa yang mereka hadapi setiap hari, yang mana mereka harus belajar untuk menerima, memahami, maupun mengatasinya sendirian.

Di sekolah misalnya, meskipun di dalam kelas ada wali kelas yang bertanggungjawab atas anak saya, namun dengan sistem pendidikan yang belum terlalu ideal semisal perbandingan jumlah guru dan murid ataupun rasio jumlah murid per kelas, maka kita tidak bisa berharap banyak seorang wali kelas dapat masuk kepada perkembangan psikologi murid-muridnya.

Belum lagi di sekolah, dengan latar belakang teman-temannya yang berbeda-beda membuat nilai-nilai dan pergaulan yang terbentuk juga belum tentu sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran yang kita kembangkan di rumah sebagai orang tua. Dan dengan semua situasi tersebut, anak-anak akhirnya harus mengambil keputusan sendiri, mana yang harus diikutinya, mana pula yang perlu dijauhinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline