Dalam beberapa waktu terakhir banyak diberitakan pelantikan pejabat baik di instansi pemerintah pusat maupun daerah. Dari para pejabat yang dilantik tersebut banyak yang menerima promosi. Dan di antara mereka yang promosi tidak sedikit merupakan birokrat muda.
Adalah wajar bagi publik meletakkan harapan kepada pundak para pejabat muda tersebut untuk membawa perubahan berupa peningkatan layanan kepada publik. Namun harapan tersebut sedikit banyak telah berubah menjadi kekecewaan manakala di beberapa tempat justru kelompok muda tersebut terlibat dalam kasus-kasus seperti pidana maupun moral/etika.
Bagi penulis, secara umum setidaknya ada beberapa keuntungan yang dimiliki oleh birokrat muda. Pertama, birokrat muda lebih cepat belajar. Tidak dipungkiri bahwa reformasi birokrasi yang sudah berjalan dalam dua dekade terakhir telah memaksa birokrasi berbenah lebih cepat.
Perubahan tersebut dalam Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Pusat meliputi 8 (delapan) area perubahan yakni: manajemen perubahan, penataan dan penguatan organisasi, penataan peraturan perundang-undangan, penataan sumber daya manusia, penataan tata laksana (proses bisnis), penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik.
Selain itu instansi pemerintah juga terus dievaluasi melalui berbagai survei persepsi layanan publik serta indeks anti korupsi. Ada banyak lembaga pemerintah dan non pemerintah yang melakukan pemantauan dan evaluasi atas kinerja instansi pemerintah.
Semua hal tersebut sekali lagi telah memaksa birokrasi melakukan banyak perubahan, apalagi saat ini hasil penilaian reformasi birokrasi sudah mempengaruhi tingkat kesejahteraan Aparatur Sipil Negara (ASN) pada instasi pemerintah tersebut.
Tantangan birokrasi juga dipengaruhi fenomena global yang identik dengan evolusi, perubahan, dan ketidakpastian (seperti ketersediaan pangan, air bersih dan energi; perubahan iklim; politik global dan ekonomi makro; globalisasi, revolusi teknologi 4.0, transisi demokrasi dan urbanisasi global dalam perlintasan peradaban) telah menciptakan gelombang perubahan dahsyat bagi landscape internal suatu negara.
Oleh karenanya, seluruh bangsa di dunia, dimana semua bentuk pemerintahan negara (yang orientasinya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat) harus melakukan proses adaptasi yang strategis dan fundamental pada tata kelola negaranya, sehingga dapat terwujud suatu pemerintahan yang semakin dinamis, profesional, modern, akuntabel, efektif, efisien, serta berkinerja tinggi. Kelompok birokrat muda tentunya akan lebih cepat beradaptasi (belajar) dengan berbagai tuntutan perubahan tersebut.
Kedua, birokrat muda lebih fleksibel. Anak-anak muda yang berprofesi sebagai ASN cenderung lebih terbuka dan komunikatif. Hal ini sangat berperan besar dalam memutus gerbong ego sektoral yang sudah mendarah daging dalam tubuh birokrasi selama ini, sehingga kata "koordinasi" yang sering disebut-sebut itu menjadi barang langka. Birokrat muda lebih terbuka dengan pengetahuan baru dan siap menerima tantangan terhadap nilai-nilai kebaharuan.
Ketiga, birokrat muda cenderung lebih berani. Kebanyakan birokrat yang senior sudah lebih banyak merasakan asam garamnya sebagai ASN. Mereka sudah sangat memahami kultur birokrasi (baca: pejabat) sehingga memiliki kecenderungan untuk bersikap Yes Boss!, tanpa pernah berani mengkritik pimpinan, bahkan jika kebijakan pimpinan tersebut keliru.