Jakarta, dua hari menjelang akhir tahun aku bersiap-siap pulang ke Medan untuk bertemu keluarga. Terbayang rasanya melepaskan letih bekerja di ibukota dengan menghabiskan waktu bersama istri dan ketiga buah hatiku.
Pesawat yang membawaku ke Medan sesuai jadwal take off pukul 06.15 Wib. Karena belum sempat check in, aku berencana bangun lebih awal sekitar pukul 03.30 Wib, dengan pertimbangan waktu tempuh dari kostku ke airport. Sialnya karena kelelahan beberapa hari terakhir ini, aku baru terbangun pukul 04.15 Wib.
Segera aku berbenah dengan terburu-buru. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, kusempatkan sejenak berdoa agar diberi kelancaran dan keselamatan di perjalanan.
Tepat pukul 04.45 Wib aku memesan taksi secara online. Tak lama kemudian seorang driver merespon. Sayangnya kendaraan yang digunakan sedikit diragukan apakah bisa cepat sampai ke bandara. Lantas kubatalkan karena ragu.
Setelah kupesan ulang, ternyata driver yang merespon adalah orang dan kendaraan yang sama. Apa boleh buat, mau nggak mau akhirnya kuambil. Lima menit kemudian mobil tersebut sudah tiba di depan kostku.
Tak lama setelah di dalam taksi, aku mengamati si bapak sopir agak kaku dalam membawa mobil tersebut. Apa lagi ini pikirku? Benar, kemudian si bapak dengan canggung mohon maaf karena baru seminggu ini dia bawa taksi online. Dan pagi ini adalah pengalaman pertamanya mengantarkan pelanggan ke airport. Oh God..
Sepanjang jalan si bapak terlihat ragu terutama di jalan tol. Berkali-kali dia melambatkan kendaraan (yang jalannya memang sudah pelan) untuk memastikan jalur yang dilewati tidak salah. Aku yang tadinya pengen tidur di mobil akhirnya terjaga setengah cemas, jangan sampai telat sampai di airport.
Setengah kesal akhirnya kuputuskan menemani si bapak ngobrol dan mengawasi jalur di tol. Berkali-kali dia minta maaf dan minta dimaklumi. Dan akhirnya sampai di terminal keberangkatan aku tetap menjadi navigator beliau. Syukur kepada Tuhan perjalanan ternyata lancar. Ketika turun aku berpesan agar di kemudian hari si bapak sudah lebih lancar lagi membawa penumpang ke airport.
Ketika masuk ke bandara untuk check in, melewati pemeriksaan x ray, seorang nenek berjalan di depanku. Langkahnya sudah agak goyang, mungkin karena usia, mugkin juga karena hari masih subuh. Ketika hendak mengambil bawaanku, aku kaget ternyata nenek ini memiliki barang bawaan yang banyak. Kalau tidak salah ada tiga buah tas ukuran besar dan sebuah kardus yang juga berukuran besar.
Ibu dengan siapa? tanyaku. Ternyata dia sendirian. What?? Tak tega, akhirnya kuambil troli dan mengangkat barang bawaannya tersebut. Segera kemudian petugas bandara membantu si nenek. Berkali-kali diucapkannya terima kasih. Aku hanya tersenyum karena merasa tidak layak menerimanya.
Di ruang tunggu, aku sadar belum mengisi perut. Kupesan segelas cokelat hangat dan merebahkan tubuh di kursi persis di depan tv. Seorang laki-laki muda duduk di sampingku. Tak lama dia bertanya apa benar di sini Gate B3? Sedikit kaget, kemudian dia kembali bertanya nanti pesawatnya yang mana? Akhirnya kujelaskan pelan-pelan sistem keberangkatan pesawat di bandara Soekarno Hatta ini. Dia mengaku ini pertama kali naik pesawat untuk pulang ke Sumatera Utara setelah 5 tahun merantau di ibu kota.