Lihat ke Halaman Asli

Samuel Henry

TERVERIFIKASI

Tutup Mulutmu!

Diperbarui: 7 Agustus 2015   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

** Update: Tadinya judul artikel ini adalah: Tutup Mulutmu Bang**t! Tapi diedit oleh admin Kompasiana. Tentu sebagai warga yang baik saya manut saja. Kritikan "halus" dari admin adalah bantuan yang tidak diminta tapi bermanfaat. Salam!

Ehh.. perkataan saya itu menghina ngga ya? Sepertinya sih enggak deh! Kan tidak jelas ditujukan kepada siapapun? Kalau situ merasa saya mengarahkan kepada dirimu ya terserah hehehe... Itu kan persepsimu toh?

Tidak ada yang suka menerima ucapan seperti itu. Biarpun tidak jelas ditujukan kepada siapa. Tidak di dunia nyata atau di dunia maya sekalipun. Tidak harus didengar seluruh bangsa atau hanya segelintir teman. Belakangan ini kembali marak soal pasal penghinaan presiden. Woalah... argumentasi pro dan kontra bejibun banyaknya. Puyeng kepala barbie deh..

Kok bisa ya sekarang kita mudah njeplak asal bunyi? Kadang terkekeh membaca berbagai kritik kasar yang diberikan para anak bangsa ini kepada pemimpinnya yang "kerempeng" itu (ini maksud penghinaan bukan? Kan memang Pak Jokowi kurus toh). Yang paling bikin saya terpingkel-pingkel bin sakit perut adalah si empunya cangkem malah ngga ada bobot yang seimbang buat menghina.. eh salah.. mengkritik katanya. Sejak kapan kritik semakin afdol bila digabungkan dengan kata kasar dan kotor ya? Ahaik!

Ngaca Dong Bro!

Gara-gara bahasa Inggris yang dianggap kurang fasih layaknya natipe spikere asli dari negara bule sono, kembali lagi si mantan walikota ndeso tadi diledek. Woalah... kok bisa? Ya pasti bisaaa... Biarpun yang kritik belum tentu fasih berbahasa Inggris dan hanya hapal mati kalimat ohh yess ohh no saja alias bokep style , melampiaskan emosi ke pemimpin tertinggi negeri ini lebih asyik. Malah menurut mbah Wardi, tetangga di padukuhan saya tinggal, kalau ada ayam dimaling pasti terkait dengan kesalahan Jokowi. Wong dia ngga becus mimpin negara katanya.... Katanya? Kata siapa? Siapa yang berhak memutuskan begitu? Dirimu atau MPR? Asyik diriku dongg... Ahaik!

Gimana nggak asyik bro? Kritik itu adalah seni. Seni merendahkan diri sendiri secara aktif via media sosial dan teknologi lainnya. Kan keren tuh... Kapan lagi kita bisa mengkritisi seperti sekarang? Kalau jaman orba bakal masuk bui lahh... Jadi, mumpung bebas ya manfaatin aja. Kalo ada yang protes, masih banyak kok alasan bisa digunakan, yang penting tenar dulu coy!

Tak pikir-pikir bro: Ciri-ciri orang yang kritis adalah orang yang rada labil alias tidak aman. Kata pakar dari sononya, orang yang percaya diri alias cuek beibeh bin konfiden itu biasanya kalem dan tidak suka grasa-grusu. Hmm.. berarti yang teriak-teriak muncungnya saat ini mungkin sedang labil ya? Bisa jadi deh. Biaya hidup yang makin mahal, mata pencaharian yang makin sulit salah satu alasan yang biasa kita dengar. Bener juga sih...

Tapi anehnya, kok di warung-warung nggak seperti itu ya nuansanya? Saya itu suka nongkrong juga sesekali di angkringan atau warung kecil. Sejenak menikmati sore hari sambil mendengar celoteh kerumunan penikmat kopi dan jajanan kecil. Tukang becak sekalipun tidak kasar dan mengucapkan kata kotor. Malah, biarpun mereka rakyat jelata, sibuk memberikan argumentasi bak pengamat ekonomi dan analis politik tingkat nasional. Wuihh.. rame balas-balasan dan debat argumentasi. Tapi asyik dan suka dibumbui humor walaupun rasanya nyelekit. Lebih mirip pukulan smash waktu bermain badminton lho... keras tapi menohok, lawanpun ngaku kalah deh dengan jentel!

Sekarang memang jaman unik! Sarjana baru lulus sudah ngomentarin ekonomi layaknya dia yang paling rugi kalau anggaran negara itu dialokasikan ke departement lain. Ada lagi yang sekilas mirip orang alim tapi ngetik di halaman fb-nya ngalah-ngalahin gaya debt collector ngancam.. hehehe... Ngakunya beragama, tapi hobby sebar fitnah.. wuihh. Kita jadi bangsa munaknik sekarang (munaknik itu satu level diatas munafik).

Trus apa ya efeknya? Si "petugas partai" jadi denger tuh? Jadi berubah tuh? Ahaik!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline