Dikisahkan oleh :
Widyatama
Aku meronta ronta, aku ingin menjauh sentuhan tangan suamiku pada lenganku. Namun dokter begitu kuat memegangku bersama suamiku. Aku menggeram, mencengkeram seprei putih dengan eratnya. Lalu suntikan dokter itu menyebabkan semua mereda.
Aku mengalami gangguan mental parah saat aku baru sebulan menikah.
Aku merasakan kebencian yang amat sangat terhadap suamiku. Padahal tidak ada pemicunya. Aku dan suami dalam posisi baik baik saja. Kami merencanakan menikah dengan matang dan melangsungkan pernikahan dengan baik semua.
Kami bahagia. Menempati rumah baru yang cukup menyenangkan, karena kami berdua dapat menatanya dengan baik. Hubungan kami sebagai suami istri baru pun berjalan lancar dan mengasyikkan. Semua hal indah, bahagia dan seperti sesuatu yang bersensasi terus menerus.
Namun semua berjalan hanya sebulan. Awalnya aku kehujanan saat pulang kerja. Basah kuyup ditubuhku membuat aku menggigil kedinginan. Esoknya aku panas tinggi, kami kira itu demam biasa, namun ternyata demam berkepanjangan.
Awalnya aku menggigil lalu kesadaranku diambang hilang. Orang bilang setengah sadar, entahlah. Aku melihat sosok pria yang datang padaku adalah bekas mantanku. Yang aku sudahi hubungannya karena perilaku nya kasar. Aku takut kelak akan menjadi KDRT bila kami menikah. Namun dia tidak menerima putusan ku dan mengancam akan merusak hidupku. Tapi semua itu sudah berlalu 2 tahun dan kini aku telah menikah dengan suamiku yang aku cintai, orangnya lembut penuh perhatian dan aku bahagia.
Saat ini sosok itu datang kembali dan berusaha mencekik aku. Aku teriak, badanku meronta ronta. Saat suami menenangkan aku, aku melihat suamiku menjadi beda. Aku tiba tiba memiliki rasa benci pada nya. Benci akan sentuhannya, benci akan suaranya.
Dengan dipaksa oleh suamiku aku dibawa ke Rumah Sakit.
Dokter yang memeriksaku, mengatakan hanya demam biasa, namun saat aku tiba tiba mengamuk diruang kerja dokter itu, hanya karena suamiku memegang lenganku, dokter itu baru tersadar ini bukan hal biasa.
Aku dimasukkan dalam kamar Lalu setiap pagi dan sore mendapat suntikan untuk menenangkan aku.
Aku meminta dokter untuk mencegah suamiku datang menjengukku.
Setiap hari bayangan mantanku datang dan melakukan kekasaran dan kekerasan padaku.
Kemudian, ada laki laki tua datang menemui aku. aku tidak tahu siapa yang mendatangkan orang tua bernama pak Sastro.
Beliau baik, ramah dan beliaulah yang menyadarkan aku setelah tiga hari aku mengalami kekacauan pikiran, kemelut rasa marah dan menghindari sentuhan suamiku.
Pak Sastro menerangkan bahwa bekas pacarku, saat pernikahanku, dia datang diam diam dan berhasil mengambil salah satu dari tubuhku. Perkiraan beliau adalah rambutku. Dan dia lah yang melakukan semua ini.
Semua terjadi saat badanku drop pada titik dibawah normal, maka santet bekas pacarku bekerja.
Aku jadi merinding, aku jadi bergidik, takut juga jijik pada bekas pacarku.
Namun pak Sastro menguatkan bahwa ada suami yang mencintaiku. Itu pertahanan paling ampuh. Kekuatan cinta akan mengalahkan hal hal seperti itu.
Aku peluk suamiku, aku bersyukur ada cinta suamiku. Suamiku hanya tersenyum. Air mataku berlinang, bila tidak ada suamiku, entahlah aku akan menjadi seperti apa.
Aku cium pipi suamiku, aku mencintainya. Aku bahagia dengan dia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H