Dikisahkan oleh :
Tika
Usiaku baru dua puluh satu tahun, namaku Tika. Kepanjangannya aku tidak tahu. Bahkan nama sebenarnya aku pun tidak tahu pasti.
Aku anak jalanan, dari kecil sudah tidur dibawah kolong langit. Tulis menulis dan membaca aku tidak bisa. Yang aku tahu adalah angka di mata uang.
Aku tidak pernah sekolah, aku tidak pernah punya teman tetap, dan aku tidak punya tempat tidur tetap.
Hidupku terlahir di jalanan. Anak siapa pun aku tidak tahu.
Tapi semua itu sudah berakhir, sejak usiaku delapan belas tahun.
Banyak orang bertanya, kok bisa berubah? Apa mimpiku semalam?
Aku cuman berkata itu lah kehebatan dan kebesaran Tuhan, yang sering aku dengar dari kecil, bahwa yang menciptakan kita itu luar biasa dan dapat berbuat apa saja yang tidak terpikirkan oleh manusia.
Aku tidak tahu wujudnya, aku hanya setiap hari berharap ada suatu perubahan dalam diriku. Perubahan yang bagaimana? Aku tidak tahu, caranya seperti apa, akupun tidak tahu. Aku hanya meminta setiap hari dan akupun tidak memikirkan seperti apa dan bagaimana caranya.
Tapi semua menjadi nyata, seperti aku katakan di atas, tepat usiaku delapan belas tahun. Aku mendapat suatu perubahan yang sangat mengagumkan dan aku sendiri tidak pernah terpikirkan.
Ini lah kisahku.
Aku sudah terlahir di jalanan, tanpa kepastian, artinya, aku akan makan apa, tidur dimana, dengan siapa aku bertemu dan lainnya. Itu untuk hari ini dan hari selanjutnya. Untuk hari hari lalu ku, aku pun sama gelapnya.
Aku ini anak siapa, lahir di mana, kapan aku lahir. Semua tidak ada yang pasti.
Namun karena aku alami sejak lahir, sehingga aku menjalaninya biasa saja, itulah hidup keseharian ku. Aku tidak pernah berfikir yang tidak tidak, semua aku jalani dengan hati yang biasa saja.
Suatu hari di siang yang panas, aku berteduh di emperan toko sebuah minimarket. Banyak orang lalu lalang masuk dan keluar. Ada beberapa yang iba padaku dan memberikan uang kecilan kembalian padaku.
Saat terkumpul, kadang aku belikan minuman yang dingin dari pada aku belikan makanan.
Saat itu ada seorang ibu yang sedang belajar memarkirkan mobilnya. Aku melihatnya sangat sulit dia membawa kendaraannya. Kendaraannya mewah bagiku, sedan putih entah apa mereknya. Bersih jika dibandingkan dengan tubuhku yang kotor karena jarang mandi.
Setelah berhasil memarkirkan mobilnya, ibu tersebut turun dan sempat melihat aku saat dia menutup pintu mobilnya. Aku tersenyum, biasanya orang langsung memalingkan muka saat aku berikan senyuman. Namun ibu ini membalasnya. Aku merasa puas dengan balasan senyum dari ibu tersebut.
Aku kemudian asyik kembali dengan minuman dingin ku.
Saat aku lelah, aku ambil kardus disamping kananku, untuk aku jadikan alas tidur.
Pada saat aku merebahkan badanku, aku melihat bagian depan bawah mobil ibu tersebut ada terlihat ekor dari ular.
Aku penasaran, lalu aku maju dan mulai melihat ke bagian bawah depan mobil. Dan wow ada ular sawah besar melingkar di daerah mesin mobil tersebut.
Memang saat itu kap penutupnya terbuka atau sengaja tidak dipasang.
Ular itu menatapku. Aku lalu mundur dan aku berusaha mencari batang kayu.
Setelah itu aku coba mengeluarkan ular itu dengan batang kayu, tapi kurang besar sehingga kayunya yang patah tersentuh bagian perut ular. Aku berusaha mencari batang yang lebih besar dan kuat. Aku kembali lagi dan berusaha menurunkan tubuh ular itu.
Saat itulah ibu tersebut melihat aku, dia tampak marah, mungkin dikiranya aku akan mencuri atau mencoba mencelakai ibu itu.
Aku ceritakan apa yang aku lihat. Ibu itupun menjerit, serta kebingungan, aku katakan ibu tenang, aku akan keluarkan.
Ibu itu kembali ke dalam toko, dan beberapa pria penjaga toko keluar bersama ibu itu.
Tepat saat mereka sampai didepan mobil, ular itu berhasil aku keluarkan, aku tarik badannya. Cukup berat saat menariknya, ular itu sangat besar bagiku.
Aku dibantu karyawan toko tersebut untuk menarik keluar. Akhirnya ular tersebut berhasil kami keluarkan.
Lalu ibu tersebut berterima kasih padaku. Diberinya aku uang dua ratus ribu...wow aku terkejut, aku menolaknya, namun ibu itu memaksa untuk aku mengambilnya.
Akhirnya aku ambil dan aku bersama karyawan toko tersebut kembali fokus pada ular sawah yang besar itu.
Ibu itu melaju meninggalkan area itu sambil melambaikan tangan dan berucap terima kasih pada semuanya.
Mengenai kejadian diatas, aku sudah lupa dan tidak terpikirkan lagi. Yang penting aku mendapat uang besar, sehingga aku dapat menikmati banyak hal yang selama ini hanya melihat tanpa bisa membelinya.
Beberapa hari berselang, aku didatangi kembali oleh ibu tersebut bersama suaminya.
Sepertinya mereka bukan akan berbelanja, namun sengaja menemui aku.
Mereka jongkok didepanku. Saat itu aku sedang duduk minum es dingin.
Hatiku cukup gembira, karena ibu itu datang lagi. Yang terpikir olehku adalah semoga aku diberinya uang besar lagi. Aku tersenyum sendirian.
Ternyata ibu itu memperkenalkan suaminya padaku dan mereka mengajak aku untuk makan siang bersama. Aku langsung menolaknya, aku tidak pantas masuk dalam mobilnya. Aku terlalu dekil dan bau, dibandingkan mobil itu yang selalu mandi setiap hari nya.
Namun ibu itu mengatakan tidak masalah dan terus memaksa aku. Akhir nya aku ikuti kemauan mereka.
Saat di dalam mobil hingga sampai ditempat makan, mereka menanyai aku secara terus menerus, aku kadang kesulitan menjawabnya karena aku memang tidak tau kepastian masa laluku juga masa depanku. Aku ada hanya untuk hidup saat ini.
Mereka akhirnya berhenti menanyakan padaku lagi. Mungkin mereka akhirnya menyimpulkan bahwa aku memang tidak ada kejelasan.
Setelah makan siang mewah bagiku, aku diajak ke salon untuk mandi, keramas dan di potong rambutku. Kemudian mereka membawa aku untuk membeli pakaian.
Aku senang sekali hari itu, wajahku berubah drastis, bau ku berubah drastis dan aku tampak lebih muda, lebih segar dan aku ternyata cantik, dalam hatiku aku tertawa sendirian. Setelah semua berubah drastis, sore itu aku diajak ke rumah mereka. Sesampainya di rumah mereka, aku takjub sekali saat masuk, aku baru kali ini memasuki rumah mewah. Semuanya tampak bersih dan indah. Kemudian aku diajak ke lantai dua. Disanalah aku diberi tahu bahwa kamar itu adalah kamarku.
Hatiku girang, sampai aku menangis tersedu sedu di pelukan ibu itu.
Aku diajari cara memakai pendingin ruangan, mengganti seprai dan lainnya yang tidak pernah aku tau caranya.
Mereka akan mengangkat aku sebagai anaknya.
Mereka tidak memiliki keturunan. Mereka adalah bapak Karim dan ibu Yasmin.
Singkat cerita, akhirnya setelah tiga bulan lebih, aku telah resmi dan sah menjadi anak angkat pak Karim. Prosesnya memang panjang dan berbelit. Beberapa kali aku harus hadir dalam sidang tertutup.
Kini aku telah memiliki KTP sebagai manusia Indonesia dengan identitas lengkap. Mereka menyekolahkan aku. dengan mengundang guru ke rumah. Untuk mengejar ketinggalanku, aku belajar banyak, selain belajar pelajaran dari dasar dengan guru yang datang ke rumah yakni pak Mul, aku belajar juga agama Islam, kini aku memeluk agama Islam, sebelumnya aku tidak tau mengenai agamaku sendiri. Aku di bimbing oleh mbak Nur.
Aku juga sudah dapat membuka rekening bank sendiri karena telah memiliki identitas. setiap minggu ada saja uang yang masuk ke rekeningku. Aku dibelikan ayahku ponsel, duniaku semakin luas berkembang. Wawasanku mulai bertambah dan bertambah.
Itu lah rangkaian ceritanya.
Tapi itu semua biasa biasa yang luar biasanya adalah. Mereka memberiku kasih sayang yang luar biasa, perhatian mereka, pokoknya aku dianggap anak sendiri oleh mereka. Aku bahagia bersama mereka, aku sangat bersyukur.
Saat aku telah tinggal bersama dengan mereka kira kira tiga tahun lebih, orang tuaku pergi ke luar negeri dan mengalami kecelakaan disana, mereka berdua tidak tertolong nyawanya. Aku kaget, shock dan sedih.