Dikisahkan oleh :
Alfrida Rosyid
Panggil aku Frida, aku telah berumah tangga selama sepuluh tahun, usiaku kini tiga puluh lima tahun, memilki satu anak laki laki. Usianya masih 6 tahun. Aku mengalami sulit hamil sempurna, beberapa kali aku mengalami hamil anggur. Catatan : Hamil anggur, atau istilah medis disebut mola hidatidosa, adalah komplikasi kehamilan yang terjadi akibat pertumbuhan abnormal. Hamil anggur disebabkan oleh kelainan pada proses pembuahan. Terjadi akibat pembuahan pada sel telur tanpa inti (kromosomnya kosong). Akibatnya, hanya terbentuk jaringan trofoblas abnormal yang berbentuk kista dan tidak ada janin.
Syukur Alhamdulilah, akhirnya aku dapat melahirkan seorang laki laki normal. Untuk itu dokter kandunganku menyarankan untuk berhenti memiliki anak. Atau ditunda minimal satu tahun.
Aku dan suami sudah sepakat akan melakukan penundaan, sehingga kami memakai pencegah kehamilan saat melakukannya.
Inti permasalahan timbul berawal dari hal diatas. Suami selalu mengeluh kurang pas, kurang....dan kurang yang dia keluhkan.
Sayangnya, kami tidak secepatnya mendiskusikannya dan mencari solusinya.
Merupakan kesalahanku juga, seakan akan hal itu bukan masalah besar, seakan akan nantinya dapat beradaptasi dengan sendirinya.
Namun aku akui itu salah besar.
Selama perjalanan pernikahanku, tidak pernah terdengar, apa lagi terjadi skandal dari suamiku. Beliau setia dan sayang keluarga. Namun setelah hal diatas, aku mulai mendengar, baik dari teman maupun saudara yang beberapa kali melihat, suamiku dengan wanita lain.
Petaka mulai timbul, prahara pernikahanku mulai datang menghantui.
Aku mencari waktu yang tepat untuk aku utarakan pada suamiku, untuk menanyakan kebenarannya. Bukti bukti aku persiapkan, memang hanya beberapa foto dan video dari kamera ponsel yang tidak jelas sekali.
Hari demi hari, namun aku belum menemukan waktu yang tepat. Saat malam pun terasa selalu kurang tepat.
Hampir 3 bulan lamanya dari persiapanku mempertanyakan pada suami ternyata selalu terkendala. Waktu semakin terentang panjang.
Malam ini, saat aku terbangun ditengah malam dan aku ke toilet, aku melihat celana panjang suamiku tergantung di kamar mandi.
Setelah aku ambil bagian dalam sakunya, terkejut lah aku, ada 2 struk pembayaran hotel dengan tanggal yang berbeda namun tempat yang sama.
Malam itu juga segera aku bangunkan suamiku, dengan nada marah aku berikan struk hotel tersebut.
Ternyata, suamiku bukan suamiku lagi. Orang asing yang berada di depanku. Dulu suamiku lembut, semuanya dapat dibicarakan baik baik. Semua didiskusikan dengan kepala dingin.
Namun kali ini sangat jauh berbeda seperti air dan api. Dia yang marah......aneh bagiku.
Kemarahannya, sangat membuat aku terperanjat, kaget, heran dan yang sejenisnya.
Semua barang barang yang ada di dekatnya malam itu jadi sasaran penghancuran, tangannya pun beberapa kali bergerak kearah ku. Tangisan anakku tidak didengarkannya lagi.
Kemudian dia pergi begitu saja ditengah malam yang pekat.
Hingga kini, telah 3 hari, suamiku tidak memberi kabar keberadaannya. Ponselnya mati.
Semua hanya soal pencegah kehamilan, yang terlambat didiskusikan, terlambat mencarikan solusi. Harus seperti itukah? aku harus bagaimana? saat ini aku dalam kekalutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H