Kebersihan adalah sebagian dari iman. Bukan hanya untuk diri sendiri, tapi kebersihan bumi dan lingkungan juga merupakan tanggung jawab manusia yang mendiaminya.
Akhir-akhir ini pegiat lingkungan ramai membicarakan Net-Zero Emissions, yakni harapan dimana emisi dapat dibersihkan dan diminimalisir dari bumi dengan menggunakan berbagai kegiatan manusia dan teknologi canggih, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan dan akhirnya tidak menimbulkan pemanasan global.
Setiap individu, masyarakat, bangsa dan negara menginginkan kehidupan yang aman dan tentram. Untuk itu, negara-negara di dunia bernegosiasi mengenai cita-cita ini dibawah naungan Konvensi Perubahan Iklim PBB (United Nations Convetion on Climate Change -- UNFCCC).
UNFCCC bersidang setiap tahun melalui Committtee on Parties. Indonesia sendiri menargetkan Net-Zero Emissions (NZE) pada 2060 nanti. Target itu tidak mudah, mengingat butuh ongkos mahal dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Apa itu Net-Zero Emissions? Sebenarnya Net-Zero Emissions tidak berarti bahwa umat manusia berhenti memproduksi emisi karbon. Karena saat bernafas saja, manusia menghasilkan karbon dioksida. Maksud dari Net-Zero Emissions disini adalah emisi karbon yang diproduksi manusia bisa diserap sepenuhnya secara alamiah maupun melalui usaha dengan teknologi sehingga tidak ada emisi yang mencapai atmosfer dan merusaknya.
Lalu mengapa penyerapan emisi itu penting? Hal sangat penting karena emisi karbon ini menyebabkan naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, sehingga mengakibatkan pemanasan global.
Terdapat 6 gas rumah kaca yang memiliki koefisien pemanasan global tinggi, yakni karbon dioksida (CH4), nitrogen dioksida (N2O), metana (CH4) dan freon (SF6, HFC dan PFC).
Karbon dioksida berkontribusi paling rendah dalam hal menyebabkan kenaikan suhu bumi, walaupun demikian jumlahnya paling banyak di atmosfer.
Gas rumah kaca sebenarnya berfungsi untuk menjaga kestabilan temperatur bumi. Berkat gas rumah kaca, manusia, hewan serta tumbuhan bisa hidup.
Gas rumah kaca dibutuhkan untuk menunjang kehidupan dibumi. Namun, terlalu banyak gas rumah kaca tentu tidaklah baik. Gas rumah kaca menyerap panas infrared yang dipancarkan oleh permukaan bumi, panas akibat penyerapan radiasi matahari oleh atmosfer itu sendiri, dan panas yang diserap oleh awan.
Penyerapan ini menyebabkan atmosfer di dekat bumi menjadi hangat. Gas rumah kaca ini menebal sehingga kemampuan menyerap panas dari matahari dan emisi bumi, serta melepaskannya ke semesta luar angkasa menjadi berkurang.