Pemilu AS yang berlangsung tanggal 3 November lalu, telah memberikan warna baru dalam sistem demokrasi di Amerika Serikat. Kedua, partai tersebut baik demokrat maupun republican sama-sama mengklaim telah memenangi pemilihan presiden AS. Namun, proses perhitungan suara antara Joe Biden dengan Trump masih belum usai.
Kedua kandidat tersebut hanya selisih sekian persen. Berdasarkan data yang dikutip oleh CNBC Indonesia seperti yang dilansir oleh AP pada Jumat ini menyebutkan bahwa hingga saat ini beberapa negara-negara bagian yang masih menghitung jumlah perolehan suara diantaranya Nevada, Georgia, North Carolina, dan Pennsylvania.
Namun, yang menarik dari pemilihan AS adalah jumlah pemilih Muslim meningkat total ada sekitar 69% dari keseluruhan jumlah populasi Muslim AS sedangkan 17% Muslim lainnya memilih Trump seperti yang dikutip oleh Media Indonesia.
Mayoritas pemilih Muslim memilih Joe Biden ketimbang Trump, padahal sebelumnya pemilih Muslim ketika itu memilih Trump. Ada beberapa poin mengapa Umat Islam Amerika saat ini lebih memilih Joe Biden ketimbang Trump?
KEBIJAKAN KONTROVERSIAL TRUMP TERHADAP UMAT MUSLIM
Pertama, pada awal Maret tahun 2017 lalu, Trump melakukan kebijakan yang dianggap kontroversial terkait dengan pelarangan kaum migran di AS sontak, kebijakan ini dianggap sebagai upaya tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh Trump.
Trump berdalih saat itu diberlakukannya kebijakan tersebut agar tidak membebani tunjangan warga negara karena perlu diketahui bahwa kebanyakan para migran sering kali mengalami kesulitan terkait regulasi dalam bekerja di AS.
Tentunya, kebijakan tersebut berdampak pada Umat Muslim di AS karena kebanyakan imigran yang datang ke Amerika adalah mayoritas negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar, tak ketercuali dengan Indonesia.
Namun, dampak kebijakan tersebut juga dialami oleh negara tetangganya Meksiko yang merupakan migran terbanyak di AS dari sekian migran yang ada. Selain, karena dekat para migran asal Meksiko juga mendapatkan perlakuan yang sama terkait dengan kebijakan tersebut.
Kedua, disaat yang bersamaan kebijakan Trump yakni menolak perpanjangan visa bagi 7 negara diantaranya Somalia, Irak, Syria, Yaman, Iran, Libya, dan Sudan.
Sontak kebijakan tersebut mendapatkan reaksi yang sangat keras bagi parlemen di Amerika, salah satunya adalah Ilhan Omar yang merupakan anggota kongres AS keturunan Somalia menolak keras bagi kebijakan tersebut karena dianggap sebagai suatu tindakan yang rasis. Ilhan Omar juga seringkali mendapatkan tindakan diskrimanitf oleh para pendukung Trump dengan mengatakan ''Send Her Back''.