Lihat ke Halaman Asli

Samudra Eka Cipta

Pecinta Travel dan Jalan-Jalan

Charlie Hebdo dan Gelombang Kekerasan di Eropa

Diperbarui: 7 November 2020   02:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar diolah dari realitiabadi.blogspot.com

Beberapa waktu lalu dihebohkan dengan munculnya cover majalah yang berisikan tentang penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang merupakan pembesar umat Islam. Sontak menimbulkan berbagai reaksi terutama oleh Islam karena dianggap sebagai bentuk penghinaan. Charlie Hebdo yang merupakan surat kabar mingguan satir Prancis, menampilkan kartun, laporan, polemik dan lelucon. 

Secara nyaring non-konformis dalam penyuaraan sehingga seringkali majalah tersebut selalu membuat kegaduhan bagi para pembacanya. Majalah ini kerap kali mengkritik sayap kanan, termasuk politik, budaya, dan beberapa agama meliputi Katolik, Yudaisme, dan Islam. Dilansir dari The Signal, Charlie Hebdo meyakini bahwa freedom of speech atau kebebasan berbicara dalam jurnalistik tidak memiliki batasan apapun.

BAGAIMANA PERKEMBANGAN AWAL MAJALAH CHARLIE HEBDO?

Charlie Hebdo merupakan sebuah majalah satire yang sudah didirikan sejak tahun 1960 oleh Francois Cavanna dan George Bernier yang merupakan jurnalis sekaligus kartunis. 

Mereka sepakat mendirikan harian Koran yang bernama Hara-Kiri yang merupakan suatu istilah yang lazim dipakai oleh masyarakat Jepang merupakan sebuah tradisi bunuh diri. 

Dalam tradisi Masyarakat Indonesia pemilihan sebuah nama merupakan bentuk doa. Wajar saja majalah tersebut tidak bertahann lama sehingga pada tahun 1961 majalah tersebut resmi bubar. Penyebab dari dibubarkannya majalah tersebut dikarenakan adanya perselisihan antara Cavanna dengan Bernier terkait dengan manajemen kepenulisan.

Kemudian pada tahun 1970 barulah didirikan Majalah Charlie Hebdo, pertama kali majalah ini muncul adalah ketika itu pada November 1970, mantan presiden Prancis Charles de Gaulle meninggal di desa asalnya, Colombey-les-Deux-glises, delapan hari setelah bencana di sebuah klub malam, kebakaran yang terjadi di wilayah tersebut menyebabkan kematian 146 orang. 

Setelah kematian Mantan Presiden Prancis tersebut majalah itu sudah mulai menunjukkann sikap anti terhadap Charles de Gaulie pada tahun 1981 sehingga otoritas Prancis menangkap para editor yang terlibat sekaligus memberhentikan majalah mingguan tersebut. Hingga akhirnya pada tahun 1992, Charlie Hebdo kembali beroperasi, dan menerbitkan publikasi pertamanya yang berhasil terjual 100 ribu eksemplar (dikutip dari https://bagikanberita.pikiranrakyat.com ).

KONTROVERSI MAJALAH CHARLIE HEBDO

Pada tahun 2015 silam setalah munculnya insiden jatuhnya Malaysian Airlines yang hingga saat ini belum ditemukan puing-puingnya majalah ini menampilkan gambar yang berisikan penghinaan terhadap Pemerintah Malaysia terkait dengan insiden jatuhnya pesawat tersebut yang menganggap kelalaian Malaysia dalam dunia penerbangan yang saat itu dieditori oleh Stephane Charbonnier.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline