Lihat ke Halaman Asli

Cisah Temukan Nisan Kakek Sultan ‘Ali Mughayat Syah

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama-Lamuri-yang-disebutkan-pada-batu-nisan-di-Pante-Raja-Pidie-Jaya-kanan-dan-Lamuri-dalam-sebuah-karya-geografi-ditulis-Burzuk-Syahriyar-Ar-Rahmhurmudziy-pada-abad-ke-5-H. (Sumber: CISAH)

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Nama-Lamuri-yang-disebutkan-pada-batu-nisan-di-Pante-Raja-Pidie-Jaya-kanan-dan-Lamuri-dalam-sebuah-karya-geografi-ditulis-Burzuk-Syahriyar-Ar-Rahmhurmudziy-pada-abad-ke-5-H. (Sumber: CISAH)"][/caption] PIDIE JAYA – Tim Central Information for Samudra Pasai Heritage (CISAH)  berhasil menemukan makam Sultan Munawwar Syah di Desa Meunasah Hagu, Kecamatan Pante Raja, Kabupaten Pidie Jaya, Sabtu (16/11/2013). Sultan Munawwar Syah adalah kakek dari Sultan ‘Ali Mughayat Syah, pelopor kebangkitan Aceh Darussalam di awal abad ke-16 Masehi. “Penemuan ini pada awalnya didasari  informasi dari buku Tawarikh Aceh dan Nusantara yang ditulis H.M. Zainuddin pada dekade 60-an abad ke-20 Masehi. Tim CISAH berusaha menulusuri  kebenaran informasi itu lagi, dan akhirnya menemukan makam Sultan Munawwar Syah,” ujar Sukarna Putra dari CISAH kepada Misykah.com, belum lama ini. Sukarna Putra menyebutkan, setelah menaiki bukit terjal yang disebut dengan Buket Tu di desa tersebut, pihaknya tiba di sebuah kompleks pemakaman kuno. Komplek makam itu dikenal masyarakat setempat dengan Jirat Teungku Meurhom.  “Jirat ini dulunya sering diziarahi untuk melepaskan nazar atau hajatan lainnya,” ujar Ilyas, warga setempat. “Tapi sekarang sudah agak jarang orang yang melespakan nazar,” tambahnya lagi. Pantauan tim CISAH, pada nisan makam sebelah selatan atau kaki, baik sisi depan maupun belakangnya, terdapat tulisan menyebutkan secara terang bahwa Sultan Munawwar Syah adalah putera dari Sultan Muhammad Syah Lamuriy. Dari data sejarah yang pernah dihimpun CISAH dari kawasan situs sejarah Lamreh dan Kuta Leubok, Sultan Muhammad Syah berpusara di lokasi situs pemakaman Kuta Leubok, Aceh Besar, setelah meninggalnya pada 908 Hijriah. “Temuan ini dengan demikian memastikan bawah kawasan situs Lamreh dan Kuta Leubok merupakan kota tinggalan sejarah kerajaan Lamuri yang pernah disebut dalam prasasti Tamil peninggalan kerajaan Chola di India Selatan (1000-1200 M) dan laporan-laporan Arabo-Persia,” kata Sukarna Putra. Penyebutan “Lamuriy” pada epitaf nisan tersebut, menurut peneliti sejarah kebudayaan Islam, Taqiyuddin Muhammad, sejauh ini merupakan satu-satunya dan adalah kali pertama ditemukan di Aceh. Di samping telah menyingkap suatu kenyataan sejarah yang baru bahwa indatu para penguasa Aceh dalam masa abad ke-16 adalah Sultan Muhammad Syah yang dimakamkan di Kuta Leubok, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Editor    : safar iqbal Sumber : www.misykah.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline