Lihat ke Halaman Asli

Jalan Itu Penuh Terjal (Sebuah Refleksi tentang Hidup Membiara)

Diperbarui: 16 September 2021   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Menjadi pengikut Kristus bukanlah sebuah perkara yang mudah, kurang lebih seperti itulah jawaban yang akan kita dengar serta kita peroleh ketika kita mencoba bersoal jawab dengan orang-orang yang telah berjanji membaktikan hidupnya hanya kepada Allah. 

Menjadi pengikut Kristus dalam hal ini ialah pilihan hidup untuk menjadi seorang imam dan biarawan/biarawati atau lebih dikenal dengan istilah "kehidupan membiara". 

Barangkali sebagian besar kaum terpanggil, demikian sebutan untuk mereka yang memilih hidup menjadi imam dan biarawan/biarawati, pada mulanya berpikir bahwa kehidupan yang akan dijalaninya itu pasti dijauhkan dari yang namanya kesulitan-kesulitan dan tantangan-tantangan. Anggapan seperti ini biasanya muncul pada saat awal, ketika benih panggilan itu mulai dirasakan kehadirannya di dalam kehidupan seseorang. 

Ambil misal, seorang bocah laki-laki mulai merasa terpanggil ketika dia melihat tokoh yang menjadi inspirasinya katakanlah melihat seorang imam yang bertugas sebagai pastor parokinya hampir selalu bahagia setiap saat, tidak pernah sekalipun sang pastor paroki didapati tengah menyajikan raut muka yang muram. 

Wajah para imam yang dikenal luas oleh umat yang dilayaninya adalah hampir selalu memancarkan kebahagiaan dan kedamaian di dalam situasi dan kondisi apapun. Anggapan seperti ini biasanya akan terus berkembang sejauh seseorang belum masuk dalam salah satu komunitas biara ataupun seminari tinggi. Namun setelah seseorang mulai masuk dan menjalani kehidupan di dalam tembok biara, agaknya pandangan seperti demikian perlahan-lahan akan berubah.

Menjalani kehidupan membiara ternyata tidak semudah membalikkan telapak tangan, menjalani kehidupan membiara bagi kebanyakan orang bagaikan menempuh sebuah perjalanan yang penuh terjal. 

Bagi kaum terpanggil hidup membiara merupakan sebuah perjalanan penuh liku, perjalanan penuh tantangan, perjalanan yang menuntut perjuangan yang tidak sedikit serta sebuah perjalanan yang membutuhkan semangat juga kesetiaan. 

Berani memilih menjadi pengikut Kristus berarti berani juga menanggung, menerima serta mencicipi setiap kesulitan yang kapan saja akan datang menghampiri. Karena bagaimanapun juga setiap pilihan pasti selalu mengandung konsekuensinya. 

Menjadi apa dan menjadi siapa pun kita di dunia ini, suatu waktu atau bahkan dalam seluruh waktu akan senantiasa menjumpai serangkaian kesulitan yang tidak akan pernah bosan mendatangi kehidupan kita.

Salah satu kenyataan yang seringkali kita jumpai di tengah masyarakat dan telah menjadi realitas yang sangat sulit untuk disangkal ialah orang-orang menganggap bahwa hidup menjadi seorang imam atau biarawan/biarawati merupakan sebuah pilihan hidup yang sangat mudah. Mudah dalam arti tidak adanya kesulitan atau tantangan yang berarti, sebagaimana dialami oleh orang-orang kebanyakan yang memilih hidup berkeluarga. 

Seringkali orang berkata; menjadi imam atau biarawan/biarawati itu gampang, sebab mereka hanya sibuk mengurus diri mereka sendiri. Agaknya sebagian besar masyarakat kita sudah terlanjur bergerak dalam koridor berpikir seperti ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline