Lihat ke Halaman Asli

7 Hari Prosa Pendek Cinta [Kelima: Kelingking]

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

: samudera

Ada apa dengan kelingking?

Tidakkah kamu merasa kelingking adalah bagian tubuh paling romantis? Tidak seperti mata, yang katanya dapat berbicara, atau bibir yang desah merekah, atau lengan yang mendekap, kelingking adalah anggota terkecil dari keluarga jemari yang sering dianggap tidak banyak memberikan sumbangsih.

Tapi, tidakkah kamu setuju kalau kelingking itu kusebut manis adanya?

Kalau jempol memberi cap bagus, telunjuk menunjuk, jari tengah menandakan superioritas dan jari manis sebagai pengikat, bagiku, justru kelingking yang sederhana adalah pelambang cinta.

Iya. Pelambang cinta.

Tidak percaya?

Bayangkan, sepasang kekasih berjalan di senja hari, ketika warna matahari tumpah membercaki langit, menjadikannya kejingga-jinggaan dan sebagian jatuh di atas pepohon, bunga-bunga dan juga pasir pantai. Sepasang kelingking mereka saling bertautan. Tidak perlu pelukan atau genggaman penuh setangan. Kelingking, membahasakan cinta yang tergenang-genang.

(dengan kelingking, aku berjalan bersamamu, selalu, samudera.

memberikan cinta lewat tautan sederhana, yang artinya tidak pernah sederhana)

*klingking*

Psttt.. sudahkah kamu berjalan-jalan di kampung fiksi?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline