Lihat ke Halaman Asli

(PARADOKS) Petualangan Kwekie

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_104626" align="aligncenter" width="350" caption="www.dailygalaxy.com"][/caption]

Apakah bebek karet bisa mati? Apakah kematian itu? Bagaimana nantinya bila aku terus berenang tanpa pernah lagi kembali ke rumah berdinding kuning dan tempat tidur dengan seprai lembut yang terbuat dari kain hijau muda dengan bunga bunga kecil berwarna putih?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang terus ditanya Kwekie ketika perlahan ia bergoyang di riak-riak air, menjauh dari teriakan Sammy yang terdengar semakin sayup. Terakhir yang dilihatnya adalah tangan Sammy yang terangkat dan terus melambai, sebelum semakin ia diayun ombak menjauhi pantai, menjauhi semua hal yang selama ini telah menjadi dunianya.

Belum pernah rasanya Kwekie merasa begitu sendirian. Di sekelilingnya, hanya ada air dan air yang berwarna biru. Kwekie memang menyukai warna biru. Tapi bukan biru yang sedemikian banyak seperti ini. Langit di atasnya juga berwarna biru dan tampak begitu jauh dari tempatnya saat ini.

Apakah Sammy akan mencariku? Bagaimana caranya Sammy menemukanku? Oh, rasanya Kwekie tidak sanggup lagi bertanya lebih banyak. Semua pertanyaan seperti semakin membuatnya semakin menjauh dan menjauh. Dan untuk pertama kalinya, Kwekie merasakan emosi yang belum pernah dirasakannya. Kwekie takut.

Kwekie meyakinkan dirinya akan baik baik saja. Sammy akan menemukannya dan bersama, mereka akan kembali ke kamar tidur Sammy yang nyaman. Ini, kata Kwekie dalam hati, mirip dengan permainan Sembunyikan Kwekie yang biasa dimainkan oleh Satya, abang Sammy. Satya akan menyembunyikan bebek karet kesayangan adiknya di suatu tempat yang tidak terduga oleh Sammy. Tapi Sammy memang anak yang hebat! Dia selalu berhasil menemukan Kwekie, entah di sudut paling terpencil ia disembunyikan sekalipun. Kali ini juga akan sama, Kwekie berkata dalam hati. Sammy akan sampai di sini, tak lama lagi.

Jam-jam berlalu. Lalu malam dan kembali terang. Hari-hari berlalu. Dan minggu demi minggu. Bulan pun berganti.

Sammy belum menemukan Kwekie.

Dalam ayunan ombak yang tak mengenal jeda, Kwekie berenang, terapung dan terombang-ambing sendirian, satu-satunya benda asing berwarna kuning di bentangan biru yang maha luas. Kwekie telah melewati berbagai macam cuaca yang belum pernah dialaminya sebelumnya; siang hari yang terik dengan sinar matahari yang terasa membakar, malam yang sunyi dengan kerlip bintang-bintang yang terlihat begitu tinggi dan jauh, juga senja yang yang merubah air menjadi genangan berwarna keemasan yang memukau. Terkadang hujan turun dengan deras. Tetesannya yang besar menghujami tubuh karet Kwekie dan laut menengadahkan gelombangnya tinggi-tinggi, seperti ingin menggapai langit. Saat-saat seperti itu, Kwekie merasa begitu tak berdaya. Rasanya ingin saja ia tenggelam. Paling tidak, ada ikan-ikan yang dapat menjadi temannya di sana. Mungkin di dalam kedalaman air, langit dan laut dengan deru angin yang kencang dan suara guntur yang mengagetkan, tidak terasa begitu menggentarkan.

Kwekie telah mengalami berbagai macam emosi yang sebelumnya tidak pernah dikenalnya; mulai dari rasa takut, kesepian, gelisah dan marah. Sekarang, yang tertinggal hanyalah rasa putus asa.

Kwekie, karena tidak ada yang dapat dilakukannya, mulai berpikir tentang banyak hal. Ia berpikir tentang dongeng penghantar tidur yang paling disukainya, tentang seekor itik kecil buruk rupa yang berubah menjadi angsa. Apa kabarnya setelah ia mempunyai sepasang sayap putih lebar yang besar? Akankah ia hidup bahagia selama lamanya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline