(kau, mungkin aku)
Kaos kaki yang kemarin putih itu sekarang memucat, letih. Di ruang tamu, sepatu biru saling dekap dalam peluk haru, seolah-olah lama tak bertemu.
Kau lihat itu, topi hitam di gantungan? Ia sering menyamarkan segala pitam kemarahan.
Ah, syal merah itu selalu mengingatkan padamu, saat kita saling berserah sepenuh gairah.
Buku hijau, catatanmu yang tak pernah kuhirau. Teramat banyak cerita kelabu kita sembunyikan di balik kelambu.
Jaket coklat bergaris kuning, tentu kau masih ingat, saat kita berpeluk erat berjalan seiring.
.
(aku, bisa saja kau)
Selembar puisi cinta merah muda adalah degup dada yang birama ketika romantisme berisyarat di malam kita yg purnama muda.
Oh, kartu pos berwarna senja yang pernah kau kirimkan, ketika rindu lagi-lagi bekerja dan mengambil semua mimpi menjelma desah yang hasrat.
Payung lembayung yang menutup di sudut kamar, menghentikan masa ketika kau dan aku merinai sore yang gerimis, basah oleh rona yang larung.
Dan sekotak kado jingga yang sekarang berdebu, adalah lepasnya waktu yang selibat, menghambur lepas kita, juga.
****
aku
rindu
kau
sendu
dalam
ungu
[caption id="attachment_97413" align="aligncenter" width="435" caption="www.true-gritt.com"][/caption]
[duet Jogedan/ Jogja - Medan]
lelaki budiman dan saya
Saksikan karya-karya FFK lainnya sebagaimana yang tertera pada link berikut ini:http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2011/03/18/festival-fiksi-kolaborasi-jumat-18-maret-2011/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H