Lihat ke Halaman Asli

Nasib Pengusaha Kecil di Desa

Diperbarui: 26 Juni 2015   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1299134324651735300

Satu bulan yang lalu saya diminta tolong Paman saya untuk mengantar ke sebuah Bank Swasta yang membuka unit di seluruh pasar di Indonesia, dengan slogan "sehangat sahabat sedekat keluarga" menjadikan saya tidak berfikir lagi ke bank lain untuk keperluan paman saya meminjam modal usaha.

Karena selama ini saya menjadi nasabah-nya sudah sangat banyak menerima manfaat, sehingga saya rekomendasikan saja ke bank tersebut. Besar harapan paman saya adalah untuk segera diproses dengan cepat terlepas apakah disetujui apa ditolak itu urusan nanti. Setelah mengajukan berkas kami dijanjikan untuk disurvei tentunya setelah paman saya ditanyai dengan berbagai pertanyaan khas pegawai bank. Menurut standar proses bank tersebut cuma memakan waktu 4-5 hari kerja dengan ketentuan radius tempat usaha dengan bank, tidak melewati batas yang telah ditentukan oleh bank tersebut. OK, kami tunggu sampai kapan proses ini diproses...setelah kami telpon berkali-kali ke pihak marketing baru mereka memutuskan  untuk survei ke lokasi. Selesai? belum..mereka berjanji pula untuk disurvei oleh atasan mereka. OK kami tunggu, setelah kami telepon berkali-kali baru mereka menjawab : maaf pak, pengajuan bapak ditolak, tanpa menjelaskan lebih lanjut.  Huufff....sudah nunggu sebulan lebih ....baru ada jawaban. Sebenarnya bukan masalah disetujui atau ditolak...tapi waktu 1 bulan untuk menunggu jawaban itu yang bagi paman saya terlalu lama, kenapa nggak dari awal aja...huuuh...membuat kami benar2 kecewa.... Sebagai pengusaha kecil yang tinggal jauh dipelosok desa, sungguh suatu ketidakadilan yang menyesakkan dada..mau marah...marah kepada siapa???...mau berontak???...apa hasilnya???? Pemerintah Daerah seperti menutup mata dan telinga mengenai hal ini.....Aaahhh...sudahlah...rakyat kecil apalagi tinggal dipelosok desa....hanya bisa menahan kemarahan dan kekecewaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline