Lihat ke Halaman Asli

Memahami Isyarat Tangisan Bayi

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1339164118595057500

Berbagai pandangan tentang menangis sangat beragam diartikan. Tangisan terkadang dianggap sebagai sebuah kelemahan, hingga sebagian orang tidak menyukai melihat perilaku menangis. Andri Wongso menyatakan sebenarnya menangis memiliki manfaat tersendiri, misalnya membuat nyaman orang yang menangis. Selanjutnya dilihat dari aspek kesehatan dikatakan bahwa air mata berperan sebagai katup pelepasan yang membantu tubuh membuang hormon stres. Menangis biasanya diikuti aktivitas sistem nervous parasympathetic yang bisa menenangkan tubuh setelah terkena stres. Beberapa studi menunjukkan bahwa menangis juga meningkatkan kadar oxytocin dalam tubuh yang menghambat hormon cortisol pemicu stres. Aksi menangis memang memiliki efek positif pada seseorang. Sebenarnya saat seseorang menahan tangisan malah akan membuat suasana hati menjadi stres yang berakibat detak jantung meningkat serta menimbulkan keringat. Namun, jika seseorang menangis maka napas akan melemah dan tidak tegang lagi sehingga membuat suasana hati lebih santai. Menangis bisa membuat tingkat stres seseorang menurun karena saat menangis, zat kimia yang dikeluarkan tubuh saat menagis yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin akan berkurang. Tapi, yang ingin saya posting adalah tangisan pada bayi serta sebab dan akibatnya. Inilah tujuh isyarat tangisan pada bayi yang dihimpun dari berbagai artikel kesehatan ibu dan anak. Pertama, tangisan bayi karena sakit perut. Biasanya bayi menangis dengan tempo yang bervariasi antara 2 sampai 3 menit dengan keringat di dahi, kulit terlihat pucat dan jika disentuh perutnya bayi bertindak diam serta akan terlihat marah jika menjauh dari pandangannya. Kedua, tangisan bayi karena kesulitan bernafas. Suara tangisan bayi terdengar bernada rendah dengan tempo yang pendek. Ekspresi wajahnya seperti berusaha keluar dari kesakitan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen. Tegakkan leher bayi lurus dengan meletakkan bantal empuk di bahunya dan melepas semua beban yang menyelimuti tubuhnya serta hindari untuk memeluk bayi. Ketiga, tangisan bayi karena nyeri pada punggung dan pantat. Tangisan ini disebabkan oleh adanya gangguan pada dubur, seperti abses perianal (masuknya bakteri ke daerah anus), fisura anus (pembengkakan pada anus) sehingga saat buang air besar atau kencing selalu menangis karena terasa sakit oleh adanya radang urethra (suatu kondisi yang menyebabkan saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke penis atau vagina menjadi sempit) Keempat, tangisan bayi karena radang mulut dan tenggorokan. Tangisan ini diikuti dengan air liur yang selalu keluar serta rahang yang menjadi basah sehingga terdengar tangisnya setiap kali makan atau minum. Isyarat tangisan ini kemungkinan disebabkan oleh gangguan pada mulut seperti bisul dan herpes (herpes simpleks labialis) atau terjadi pembengkakan gusi. Kelima, tangisan bayi karena radang telinga. Biasanya tangisan ini terjadi malam hari dengan perilaku menggaruk dengan kepala yang digoyang ke kiri dan ke kanan. Tangisan pun tidak terlalu keras karena akan terasa lebih sakit. Hal ini disebabkan oleh saluran eksternal yang bengkak karena otista media akut yaitu radang ISPA atau reaksi alergi serta adanya kotoran purulen atau nanah. Keenam, tangisan bayi karena radang persendian. Bayi menangis dengan anggota tubuh tidak bergerak, tangan terangkat, kaki seperti mengayuh dan apabila anggota tubuh disentuh akan terlihat tangisan bayi berhenti. Hal ini disebabkan oleh adanya peradangan tulang atau otot seperti dislokasi (pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun sendi), osteomielitis (infeksi jaringan tulang), artritis (peradangan pada satu atau lebih dari sendi-sendi tubuh. Biasanya diikuti dengan nyeri dan kaku terutama pada pagi hari) serta infeksi jaringan lunak. Ketujuh, tangisan bayi karena asupan kalsium. Tangisan ini juga terjadi malam hari dengan sikap gelisah dan berkeringat. Hal ini disebabkan oleh defisiensi kalsium yang berlebih atau kurangnya asupan kalsium pada tubuh bayi. Kalsium yang cukup sangat baik untuk kesehatan, terutama untuk tulang. Tetapi, jika asupan kalsium berlebihan, maka berbagai gangguan akan muncul seperti sulit buang air besar (konstipasi) serta penumpukan kalsium pada pembuluh darah. Sementara apabila kekurangan kalsium dapat berakibat tubuh menjadi lesu, lemah, berkeringat, kram otot, nyeri perut, gangguan tidur, malah bisa terjadi kejang. posting ini ada di blog 'parigal samsuni' dengan judul yang sama http://www.samsunisarman.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline