Lihat ke Halaman Asli

Mh Samsul Hadi

TERVERIFIKASI

Torres, "The Real King"

Diperbarui: 26 Juni 2015   20:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"INI bukan hanya pesta kemenangan Spanyol. Ini juga pesta untuk dunia sepak bola. Ini kemenangan berkat kesatuan tim (Spanyol). Musim ini fantastis bagi saya, di Liverpool maupun tim nasional. Saya masih menginginkan banyak gelar lagi. Saya ingin menjadi yang terbaik di Eropa."
 


(Fernando Torres, Vienna, 29 Juni 2008)
KATA-KATA itu mengalir lancar dari bibir striker Spanyol, Fernando Torres, di hadapan lebih dari 100 wartawan dalam jumpa pers seusai kemenangan Spanyol 1-0 atas Jerman pada final Piala Eropa 2008 di Stadion Ernst-Happel, Vienna, Austria, Minggu (29/6) atau Senin dini hari WIB. Torres, yang dijuluki "El Nino" (Si Bocah) berkat wajahnya yang kekanak-kanakan dan innocent, penentu kemenangan Spanyol lewat golnya di menit ke-33.

Berkat gol itu, Spanyol menjadi juara Eropa dan mengakhiri paceklik gelar yang merajam sepak bola negeri itu selama 44 tahun. Kegembiraan dan kebanggaan Torres tak terwakili oleh kata-kata yang dia ucapkan dalam bahasa Spanyol dan Inggris malam itu. Ia mengaku, masuk skuad timnas sudah hal yang istimewa baginya, apalagi mencetak gol penentu gelar bersejarah pada negaranya.

Di saat seluruh pemain Spanyol lainnya meluapkan pesta kegembiraan dengan tofi Henri Delaunay yang mereka peluk dan mereka cium secara bergantian, Torres tak pernah melepaskan diri dari balutan bendera Spanyol. Seorang relawan berusaha meminta bendera itu, tetapi Torres tak mau melepas bendera tersebut hingga ia menerima trofi pemain terbaik final di ruang jumpa pers.

Trofi itu ia terima dan ia balut dengan bendera Spanyol. "Sungguh sebuah kehormatan bisa memperkuat timnas. Ini momentum paling indah dalam hidup saya. Begitu banyak orang yang ikut bergembira dalam momentum ini," papar Torres. "Ini bukan hanya pesta kemenangan Spanyol. Ini juga pesta dunia sepak bola."
 
Awal yang sulit

 

Gol Torres di partai final itu, yang disebut-sebut sebagai salah satu gol terbaik sepanjang Piala Eropa 2008 dari segi artistik dan keindahannya, menjadi klimaks dari seluruh penampilannya di turnamen ini. Melihat rekannya, Xavi Hernandez, akan menyodorkan umpan terobosan, ia melesat berlari kencang setengah zig-zag untuk melampui bek Jerman, Philipp Lahm.

Hanya dalam hitungan detik sebelum bola digapai kiper Jens Lehmann, Torres lebih cepat menyontek bola yang kemudian bergulir pelan ke gawang Jerman. Sebuah gol yang diciptakan hanya oleh pemain bola dengan insting gol dan kecepatan tinggi. Sebuah gol tipikal striker-striker kelas dunia.

Sebelum tampil di final, Torres dinilai kurang meyakinkan. Ia hanya mengoleksi satu gol. Namanya tenggelam dan tertutup oleh bomber-bomber lainnya seperti rekan setimnya, David Villa (top scorer dengan empat gol), Roman Pavlyuchenko (Rusia, tiga gol), Lukas Podolski (Jerman, tiga gol), Andrei Arshavin (Rusia, dua gol), bahkan juga oleh Semih Senturk (Turki, tiga gol).

Saat Spanyol melibas Rusia 4-1 di penyisihan grup, ia ditarik keluar dan diberitakan frustrasi sehingga menolak bersalaman dengan pelatihnya, Luis Aragones. "Dia (Aragones) figur seperti ayah. Dia sosok yang sangat penting bagi sukses kami. Berkat dia, tim ini bermain bagus. Dia pria yang fantastis dalam sejarah sepak bola Spanyol," tutur Torres saat ditanya peran Aragones.

Meski dinilai banyak kalangan tampil kurang meyakinkan, berbeda jauh dengan kehebatannya di Liverpool musim ini (33 gol pada musim pertamanya di klub itu), Torres pernah terlihat tidak patah arang. Beberapa kali ia gagal menuntaskan peluang yang dalam standar permainannya seharusnya membuahkan gol.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline