Perkenalkan, saya Samsul Bakri. Saat ini saya berusia 23 tahun. Usia emas. Usia manusia produktutif. Konon katanya, apabila masyarakat sebuah bangsa didominasi oleh struktur sepertiku, maka akan maju bangsa tersebut. Jika menggunakan pendekatan tematik yang saya pelajari dalam ilmu ekonomi, kurang lebih seperti ini kerangka logisnya:
Kemajuan sebuah bangsa di ukur oleh output yang diciptakan. Manusia adalah subjek dari output tersebut. Artinya banyak atau tidaknya output adalah tergantung pada manusianya. Dalam persamaan ini, manusia adalah variabel bebas yang mempengaruhi output sebagai variabel tidak bebas.
Pada persamaann yang saya sampaikan tadi, manusia memanglah sebagai variabel bebas. Akan tetapi, manusia sendiri sebagai suatu variabel bebas adalah variabel yang tidak bisa bersifat sama dan tidak terdapat persamaan umum untuk keseluruhan manusia.
Hukum atau teori yang bisa dijadikan patokan mengenai apa itu manusia tidak ada satu teori pun yang paten, karena sifatnya yang dinamis. Manusia tidak mengikuti hukum alam. Aliran air sungai, menurut sifat alamiahnya ---dengan asumsi cateris paribus, faktor lain dianggap konstan---sejak pertama kali kemunculanya di Bumi ia selalu mengalir ke wadah yang lebih rendah dari tempat awal ia berada.
Manusia tidak seperti itu. Dia mampu mengendalikan alam berkat kemampuan berpikirnya. Dengan segumpal daging dan sel-sel yang ada di balik tengkorak kepalanya, manusia mampu membuat baja raksasa dengan massa yang masif melawan kodrat hukum gravitasi.
Sifat alami air pun dapat diubah olehnya. Dengan merangkai baja sedemikian rupa dan dialiri energi listrik, manusia mampu membawa aliran air sungai ke puncak gunung yang tandus.
Kerja berpikir yang mampu mengubah hukum alam tersebutlah yang membawa manusia menuju kemajuan. Atau dalam bahasa ekonominya adalah output yang meningkat berkat pencampuran sumber daya alam dan kerja otak.
Jika kalian sebagai pembaca masih kesulitan untuk menangkap alur berpikir saya, maka maksud saya adalah seperti ini: Tidak bisa tidak, bahwa kecepatan pergerakan manusia dan barang adalah pendorong kemajuan perdagangan.
Baja raksasa yang kita kenal sebagai pesawat yang mampu melawan hukum gravitasi dengan melayang di udara---buah karya otak manusia---adalah alat untuk mengakslerasi peradagangan. Perputaran barang dan jasa yang dalam waktu cepat akan mempercepat penciptaan output-output baru.
Output yang bertambah akan melahirkan kemajuan ekonomi. Saya bisa memberikan ratusan rangakaian kalimat untuk memperjelas dari maksud premis saya. Tapi saya harap kalian sudah mebaca alur berpikir saya.
Kembali ke premis yang saya sebutkan tadi, bahwa tidak ada satu teori umum yang mampu dijadikan patokan untuk mendefinisikan manusia. Apa itu manusia? Jika saya mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki keinginan yang tidak terbatas, setidaknya begitu dalam salah satu asumsi teori ekonomi.