Lihat ke Halaman Asli

Samsul Bakri

Masih belajar menulis

Gagasan Bung Karno Berdikari di Bidang Ekonomi: Salah Tafsir dan Realita Hari Ini

Diperbarui: 29 Juni 2022   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam tulisan ini saya hendak sedikit mengulas satu dari tiga konsep besar Trisakti Bung Karno, yakni gagasan mengenai Indonesia yang berdikari dalam ekonomi. Bagi mereka yang belum membaca gagasan Bung Karno, biasanya akan terjebak dan salah mengartikan makna berdikari dalam ekonomi. Salah interpresatsi itu ada dikarenakan kesempitan berpikir yang hanya mengartikan diksi berdikari secara frasa akronimnya saja. 

Akibat dari cara pandang seperti itu, berdiri di kaki sendiri diartikan dalam kegiatan ekonomi, Indonesia cukup sendiri saja. Indonesia tidak perlu menjalin hubungan dengan negara lain dalam perihal kerjasama di bidang ekonomi. Tentu saja penarikan kesimpulan ini tidak benar dan berbeda dengan apa yang dikehendaki oleh Bung Karno.

 Mahzab ekonomi yang beranggapan bahwa suatu negara bisa makmur dengan kekuatan dalam negeri sudah lama ditinggalkan. Mahzab merkantilisme namanya. Aliran ini memandang dunia sebagai zero sum-game, artinya, keuntungan suatu negara pastilah datang dari kerugian negara lain. 

Sudah tentu asumsi tersebut tidak relevan saat ini, sebagaimana bantahan dari Adam Smith dan David Ricardo yang datang dengan teori keunggulan absolut dan keunggulan komparatif. Ringkasnya, dua teori ini melihat bahwa keuntungan suatu negara bisa mendatangkan kemakmuran bagi bangsa lain. 

Oleh karena itu, kerjasama antar negara adalah suatu hal yang postif dan mesti dilakukan. Cara pandang inilah yang diterima dalam berbagai teori ekonomi modern, sebab tidak ada satu bangsa pun yang mampu berdiri sendiri. 

Dan memang seperti itu pula yang dihendaki oleh Bung Karno dalam gagasanya mengenai Indonesia yang berdikari dalam ekonomi. Berdikari tidaklah diartikan menutup diri dari kerjasama ekonomi dengan negara lain. 

Justru sebaliknya, berdikari menghendaki adanya kerjasama dalam jangkauan yang luas diantara negara-negara yang baru merdeka. Berdirikari dalam ekonomi juga sejalan dengan gagasan ekonomi kerakyatan yang menempatkan kemakmuran rakyat sebagai asas tertingginya. 

Dengan alur berpikir seperti ini, saya kira jelaslah apa makna berdikari dalam ekonomi menurut Bung Karno. Keran kerja sama ekonomi internasinal tetap dibuka dengan rakyat Indonesia sebagai penerima mamfaat paling besar dari usaha-usaha tersebut (K. Gunadi, 1959). Dari literatur yang saya pelajari, itulah makna dari berdikari. 

Kemudian yang menjadi pertanyaanya adalah, sudahkan kita mengaplikasikan konsep berdikari dalam ekonomi menurut trisakti Bung Karno? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya menggunakan Indeks gini untuk mengetahui apakah pembanguan ekonomi sudah mengarah ke pemerataan atau sebaliknya. 

Saya tidak menggunakan variabel pertumbuhan ekonomi yang termanifesatsi dalam Produk Domestik Bruto (PDB) dan pendapatan perkapita karena dua alasan. 

Yang pertama, angka pertumbuhan ekonomi tidak mampu menjelaskan darimana dan siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi. Dan yang kedua, metode yang digunakan dalam menghitung pendapatan per kapita berangkat dengan asumsi 'one man, one dollar' (Raut, 1993). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline