Pondok Pesantren Al-Mawardi yang terletak di Dusun Sanggar 1, Desa Pasanggar, Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, baru berdiri empat tahun lalu. Meski masih tergolong baru, pesantren ini telah menonjol sebagai salah satu lembaga pendidikan yang modern dan berkomitmen untuk mempersiapkan santri menghadapi tantangan masa depan dengan pendekatan yang unik. Salah satu ciri khas dari Pondok Pesantren Al-Mawardi adalah penerapan bahasa Inggris dan bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi sehari-hari di lingkungan pesantren.
Sejak didirikan, Pondok Pesantren Al-Mawardi telah menerapkan kebijakan yang mewajibkan semua santri, baik yang masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah (setara SD) maupun yang sudah duduk di bangku SMA, untuk menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Arab dalam komunikasi sehari-hari. Penerapan dua bahasa ini bukan sekadar tambahan pelajaran, melainkan merupakan kewajiban yang harus dipatuhi oleh setiap santri. Tujuannya adalah agar santri memiliki keterampilan bahasa yang mumpuni, yang akan sangat berguna bagi mereka di masa depan.
Menurut K. Subairi Sya'roni, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mawardi, berdirinya pesantren ini didorong oleh keperihatinan terhadap banyaknya masyarakat di sekelilingnya yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dan Arab Saudi. Kondisi ini sering kali mengakibatkan banyak anak-anak usia sekolah yang tidak mendapatkan perhatian dan pengasuhan yang memadai.
"Sebenarnya berdirinya pesantren ini untuk menekan pergaulan bebas. Karena banyak orang tua yang jadi TKI, banyak anak usia sekolah yang tak terurus dengan baik," ungkap K. Subairi.
Penerapan bahasa Inggris dan bahasa Arab di pesantren ini dimaksudkan agar santri memiliki bekal kemampuan bahasa yang baik. Dengan keterampilan bahasa yang memadai, santri diharapkan bisa memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan tidak hanya mengikuti jejak orang tua mereka yang menjadi TKI. Selain itu, pesantren ini juga ingin memastikan bahwa santri memiliki pengetahuan agama yang kuat untuk menghadapi berbagai tantangan di masa depan.
Untuk memastikan penerapan program ini berjalan efektif, para santri diharuskan berbicara dalam bahasa Inggris dan bahasa Arab di bawah pengawasan pengurus pondok. Setiap pagi dan malam, mereka mendapatkan tambahan pelajaran bahasa Inggris, serta diharuskan menghafal kosa kata baru sebelum tidur. Keesokan harinya, santri harus menyetor hafalan kosa kata kepada pengurus dan mempraktikannya dengan teman sekelas, terutama setelah sholat subuh.
Selain pembelajaran bahasa Inggris, pesantren ini juga menekankan pentingnya ilmu agama. Santri menjalani kajian kitab setelah sholat lima waktu, sehingga mereka mendapatkan keseimbangan antara pengetahuan umum dan ilmu agama. Keseimbangan ini penting untuk membekali santri menghadapi tuntutan zaman yang semakin kompleks dan berkembang.
Dengan pendekatan yang komprehensif ini, Pondok Pesantren Al-Mawardi tidak hanya membekali santri dengan keterampilan bahasa yang berguna tetapi juga dengan pengetahuan agama yang mendalam. Ini adalah usaha yang berani dan inovatif untuk membentuk generasi masa depan yang lebih siap dan berdaya saing tinggi, meskipun berasal dari latar belakang yang mungkin kurang beruntung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H