Lihat ke Halaman Asli

Ganda Samson

Hidup Matinya Seorang Penulis

Teman Jadi Lawan

Diperbarui: 7 Maret 2022   07:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sutan Sjahrir adalah perdana menteri pertama Republik yang lahir 5 Maret 1909 di Padang Panjang. Meski terlahir sebagai orang berada, Sjahrir sejak awal menunjukkan simpati pada perjuangan menantang Belanda. Dan meskipun ayahnya seorang jaksa tinggi, "Dia menikmati setiap Pendidikan dasar yang diterimanya sebagai bumiputera". Selanjutnya dia berteman baik dengan Hatta dan bersedia balik dari Leiden ke Hindia demi perjuangan Republik.

Penolakannya terhadap Fasisme Jepang membuatnya diterima Belanda sebagai wakil Republik dalam Renville. Menurutnya, perundingan itu adalah siasat agar perjuangan Indonesia diakui internasional, meskipun banyak pihak menolaknya karena menganggap kemerdekaan Indonesia tidak tercapai sepenuhnya.

Akhirnya saya percaya, perseteruannya dengan Soekarno dimulai di sebuah kamar mandi di Prapat. Sjahrir menghardik dan Soekarno tersinggung. Sejak itu keduanya "berpisah jalan" meskipun mereka berdua seiring bersama di Banda Neira. "Sedangkan Hatta lebih mementingkan buku-bukunya", kata Rudolph Mrazek.

Sebuah ledakan bom di Makassar membuat Soekarno lebih percaya pada intelijennya tiimbang Hatta. Lebih dari 60 tahun kemudian, saya masih mendengar adanya "Bali Connection" yang terlibat dalam upaya pembunuhan Soekarno itu.

Tetapi pengaruh yang paling penting adalah keterlibatan PSI terhadap PRRI di berbagai propinsi.
Sjahrir akhirnya sakit. Darah tinggi yang menggerogotinya tidak dapat menahan sikap arogan Soekarno yang ambisius dalam politik.

Soekarno kemudian mengizinkannya berobat ke luar negeri. "Tetapi tidak boleh ke Belanda", ujarnya. Dan 1966 Bung kecil wafat sebagai tahanan politik, meski pada hari kematiannya Soekarno mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.
==========

Pada masa Orde Baru, perseteruan duo sahabat juga terjadi dalam diri LB Moerdani dan Jenderal Besar Soeharto. Sebagaimana diketahui, tidak sekalipun Moerdani menduduki posisi yang lebih tinggi dari Komandan Kompi, tetapi mampu menjabat Panglima ABRI, 1983.

Bahkan Moerdani sebelumnya adalah loyalis Soekarno dan sempat ditawari menikah dengan putri presiden. Tetapi dia menolak, sebagai bukti bahwa kesetiaan tertinggi itu sebetulnya kepada negara, dan bukan pada pejabatnya. Sempat lama menjadi pejabat intelijen di Seoul dan Bangkok, Moerdani akhirnya dipanggil sebagai wakil komandan intelijen yang berkuasa besar di Jakarta.

Berbeda dari Sjahrir dan Soekarno, perseteruan Moerdani dengan Soeharto justru berawal di meja bilyar, tatkala sang Pangab menasihati presiden agar mengatur tingkah-laku bisnis anak-anaknya. Sebagai lelaki Jawa Tengah, tentu saja presiden tersinggung.

Moerdani sependapat dengan Yoga Soegama bahwa Soeharto telah cukup lama berkuasa, dan seharusnya segera menyiapkan suatu kondisi yang baik untuk berdemokrasi.

Selain itu, seperti kata Jenderal Nasution, Soeharto tidak boleh menafsirkan Pancasila secara subyektif. Padahal Azaz Tunggal sedang digalakkan dan Indonesia menuju macan Asia soal pertumbuhan ekonomi.
Sejak itulah timbul oposisi dalam pemerintahan Orde Baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline