Malam semakin larut semakin sunyi
Suara jangkrik yang kian nyaring
Menambah suasana semakin mencekam
Hawa dingin yang menusuk sampai tulang
Entah mengapa mata ini tak mau terpejam
Suara yang terdengar sayup sayup itu
Kini semakin jelas di telinga suara bebek yang katanya tanda si kunti ada.
Bulu kuduk seketika tegak berdiri hembusan angin membuat hati tak menentu
Rasa kantuk hilang entah kemana
Berganti rasa takut juga penasaran
Ku langkahkan kaki menuju pintu depan
Mencari sesuatu yang tak kasat mata
Aroma melati tiba-tiba menusuk hidung
Kain jemuran jatuh berantakan
Bukannya ku masuk menutup pintu
Tapi ku mencari asal harum melati
Mengendus harum yang memang ku suka
Hingga ke luar halaman
Tak sengaja ku melihat di atas rumah pak Ali
Si dia bejubah putih berdiri menantang malam
Wajah rata tak berbentuk tertwa melengking "hi hiii hii......"
Juga tidak berani menatap ku
Dia hanya berdiri tegak dengan rambut pajang menjuntai
Mulutku hanya mampu beristighfar menyebut pemilik alam
Ingin melangkah tapi kaki terasa berat
Ingin teriak tapi suara tak kunjung keluar
Hingga suami mendekat berkata bunda sedang lihat apa?
Aku hanya menunjuk ke arah si kunti tanpa mampu bersuara suami menoleh tapi tak melihat apapun.
Kemanakah gerangan si kunti itu? "Aku... di siniiii..."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H