Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Prof. K. H. Saifuddin Zuhri Purwokerto (UIN SAIZU) angkatan 54 kelompok 166 melaksanakan program kerja unggulan dengan mengadakan kegiatan sosialisasi dan praktik pembuatan maggot kepada masyarakat desa. Kegiatan ini berlangsung pada Minggu (21/07/2024) yang dihadiri oleh masyarakat desa kalierang dan sekitarnya di Balai Desa Kalierang, Kelurahan Kalierang, Kecamatan Bumiayu, Brebes.
Sosialisasi dan praktik ini diadakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah di Desa Kalierang, khususnya masalah sampah organik yang masih menjadi problematik masyarakat setempat. Kegiatan dibuka dengan pemaparan mengenai pengertian sampah, jenis dan cara pemilahannya, kemudian sesi kedua membahas mengenai cara pengolahan dan pemanfaatannya. Pada sesi ini kami juga membahas mengenai pengolahan sampah organik dengan praktik pembuatan maggot.
Praktik diawali dengan memaparkan alat dan bahan dalam proses pembuatan maggot. Bahan pembuatan maggot diantaranya ada dedak, masako, gula pasir, yakult dan air. Praktik dimulai dengan mencampurkan air dan 1 botol yakult serta sedikit gula pasir. Kemudian campuran air tersebut dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam dedak yang sudah dicampur satu bungkus masako/royko, lalu diaduk sampai rata sehingga tekstur dedak tersebut tidak kering dan tidak terlalu basah. Setelah itu masukan adonan dedak yang sudah jadi ke dalam plastik lalu diikat, serta pastikan ikatan plastik kencang dan tidak ada angin di dalamnya. Adonan tersebut didiamkan sekitar 4-5 hari.
Setelah didiamkan selama 5 hari, plastik tersebut mengembung dan adonan dedaknya menimbulkan bau asam seperti hasil fermentasi tape (singkong), langkah selanjutnya yaitu adonan dedak di dalam plastik tersebut dibuka kemudian dipindahkan ke wadah terbuka seperti ember, baskom dan lain sebagainya. Adonan yang sudah diletakkan dalam ember harus ditutupi dengan daun atau kertas di atasnya, yang bertujuan untuk melindungi dedak dari kucing atau hewan lainnya. Kemudian ember ditaruh di tempat terbuka dengan suhu ruang yang lembap dan tidak terkena sinar matahari langsung. Setelah beberapa hari, lalat BSF akan datang dan bertelur di wadah tersebut. Pada hari ke 3 atau 4, telur tersebut akan menetas dan menjadi larva yang disebut maggot. Pada awal terbentuknya sekitar 1-2 minggu larva masih berukuran kecil, butuh waktu beberapa hari untuk membuat larva maggot menjadi besar. Maggot ini bisa tumbuh dengan menghabiskan atau memakan sampah sampah organik seperti makanan sisa/basi, kulit buah dan sampah organik lainnya. Selain untuk mengurangi limbah sampah organik, maggot bisa menghasilkan pundi-pundi uang dengan cara dijual untuk pakan unggas. Harga perkilo maggot basah sekitar Rp. 15.000-20.000 sedangkan untuk maggot kering sekitar Rp. 60.000-100.000.
Sosialisasi dan praktik ini disambut antusias oleh masyarakat Desa Kalierang, tetapi karena waktu yang terbatas ada beberapa warga yang meminta praktik lebih lanjut mengenai pembuatan maggot di dusunnya. Kegiatan tersebut sudah terlaksana dan sudah dilakukan monitoring lanjutan untuk melihat perkembangan budidaya maggot pada rumah-rumah warga.
Sosialisasi dan budidaya maggot ini diharapkan akan terus berlanjut serta memberikan dampak positif untuk masyarakat Desa Kalierang. Agar kegiatan ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa KKN umumnya dan warga Kalierang khususnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H