Untuk memahami etika dan etiket terhadap mantan pasangan (spouse) belajarlah dari Bung Karno dan Mandela. Sudah baca bukunya Bung Karno "Kuantar ke gerbang ?". Inggit Garnasih, bagi Bung Karno adalah isteri, mitra perjuangan, kekasih dan sekaligus ibu. Inggitlah yang menemani sepi dan gelora kelelakiannya ketika dibuang dari satu tempat ke tempat lain. Ketika di Ende bung Karno menggali Pancasila, Inggit ada di sisinya.
Ketika Bung Karno akan menikahi Fatmawati untuk mendapatkan keturunan, Bung Karno tidak mau menceraikan bu Inggit. Tapi bu Inggit yang tidak mau dimadu. Bung Karno tetap hormat kepada bu Inggit, mantan isterinya. Tidak secuilpun pernah terucap kata yang mendegradasi martabat kekasih di masa mudanya itu. Mereka bercerai 2 tahun sebelum Bung Karno menjadi Presiden Indonesia merdeka.
Kelak, puluhan tahun kemudian, Fatmawati menemui bu Inggit, meminta maaf. Jawaban bu Inggit ? Indung mah lautan hampura - seorang ibu adalah lautan maaf. Tidak lama setelah itu, Mei 1980 bu Fatmawati meninggal. Bu Inggit menyusul 4 tahun kemudian.
Nelson Mandela, pejuang anti apartheid itu menikah dengan Winnie Madikizela, gadis berusia 22 tahun pada tahun 1958. Sesudahnya, sejak 1963 Mandela lebih banyak menjalani kehidupannya di penjara. Namun, Winnie dengan tegar berjuang dari luar melalui partai ANC. Tahun 1990 Mandela keluar dari penjara. Disambut mesra oleh Winnie dan kedua putrinya.
Mandela, simbol perjuangan pembebasan anti apartheid. Sebentar lagi menjadi pemimpin dan presiden Afrika Selatan yang modern. Menjadi jangkar demokrasi sekaligus menara pembebasan.
Namun ironisnya, tahun 1992, hanya 2 tahun setelah bersatu di alam bebas, Mandela bercerai dari Winnie. Tetapi mereka tetap bersahabat. Dewasa. Winnie Mandela menjadi presiden Liga Wanita ANC tahun 1993. Nelson Mandela menjadi presiden Afrika Selatan tahun 1994. Dua tahun setelah bercerai. Sebuah kebetulan dengan kisah Bung Karno ya.
Mereka tidak saling menjelekkan, atau membuka aib. Tahu etika dan tata krama. They had good times in the past. Lamat lamat terngiang dikupingku syair lagunya Julio Iglesias. .... To all the girls I've loved before, who now are someone else's wives...
Sebetulnya, ada seorang lagi mau saya ceritakan. Beliau ini seorang pesohor juga. Politisi. Masuk penjara dengan tegar, dan keluar dengan bermartabat. Statusnya saat ini telah menjadi mantan. Mantan Pejabat. Mantan Suami.
Semoga beliau ini juga dapat menjadi mantan terhormat. Yang mampu dengan hikmat menguasai diri, ego dan perkataannya. Itu kalau mau naik kelas.
Saya malah lebih salut kepada mantan isterinya. Diam. Dewasa. Beliau menjaga harkat dan martabat ayah dari anak anaknya. Sekaligus harga dirinya, serta menjaga perasaan anak-anaknya yang kini mungkin bagaikan kaca retak.
Hidup, mati dan jodoh, adalah garis takdir. Jalani dan ambil hikmahnya. Saat-saat begini, terlintas di ingatan saya tuntunan bernas seorang bijak Mzm 141,3 "Awasilah mulutku ya Tuhan, berjagalah pada pintu bibirku".