PERDANA, kata yang tepat menggambarkan tertangkap tangannya (OTT), Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Edhy Prabowo oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tubuh Kabinet Indonesia Maju (KIM). Ini merupakan pukulan telak bagi Partai Gerindra, terlebih Prabowo Subianto selaku nahkoda partai.
Bukan hal aneh bila para pembantu presiden setingkat menteri terjebak kasus korupsi. Faktanya memang sudah cukup banyak korban yang tak perlu disebutkan satu per satu.
Tapi, tak ayal berita tertangkap tangannya Edhy Prabowo cukup mengagetkan. Pasalnya, dia baru bekerja setahun lebih dan berasal dari partai yang selama ini kerap berkoar soal busuknya para pejabat negara yang dikit-dikit berurusan dengan KPK.
Namun, dari kejadian tersebut kian menguatkan prasangka banyak pihak, bahwa kursi kekuasaan sangat rentan dengan prilaku-prilaku korup. Dan, bisa menyerang siapapun.
Tertangkapnya Edhy Prabowo jelas tidak hanya akan merugikan dirinya, melainkan seluruh yang terlibat langsung dengan Partai Gerindra. Terutama ketua umumnya, Prabowo Subianto.
Jangka pendeknya, OTT KPK pada Edhy Prabowo setidaknya akan terasa pada agenda politik terdekat. Pilkada serentak yang akan dihelat pada 9 Desember mendatang.
Sebab nila setitik rusak susu sebelanga. Dalam hal ini, akibat kesalahan Edhy Prabowo, calon-calon kepala daerah dari Partai Gerindra terkena imbasnya. Bukan mustahil, rakyat yang selama ini sudah siap-siap menjatuhkan pilihannya pada calon-calon dari partai kepala burung garuda, berpaling pada calon dari partai lain.
Bila lawan-lawan politiknya jeli, mereka tinggal menyiramkan sedikit bensin maka api akan membesar dan menghanguskan segala tatanan yang telah dibangun Partai Gerindra dengan susah payah. Istilahnya black campaign dan negatif campaign bakal merajalela di hampir setiap tempat penyelenggara Pilkada serentak.
Jangka panjangnya bisa jadi berimbas pada Prabowo Subianto. Dengan catatan, Partai Gerindra tidak segera mengambil langkah-langkah tegas dan malah menutupi kasus atau mengkambing hitamkan pihak lain.
Bila itu terjadi, siap-siap saja wassallam. Bukan tidak mungkin mereka tidak akan percaya lagi terhadap Partai Gerindra, termasuk pada Prabowo.
Peluang Prabowo untuk menduduki kursi kepemimpinan nasional terancam gagal. Pun, status mereka sebagai partai terbesar nomor dua bisa tergeser.