Pada air comberan sisa hujan semalam, ku merangkak tanya tentang segala duga yang kian mengeras. Lalu lalang insan manusia tanpa tegur sapa, merenggut setiap tanya.
Entahlah, aku pun tak kuasa menahan segala prasangka, tentang apa yang terjadi. Inikah buah karya penguasa, yang hanya bisa menitip duka dan nestapa anak manusia?
Pada angin yang sejuknya ditelan malam, kini hanya tinggal hembusan. Panas memanggang jiwa, berontak pun tak berdaya. Karena, di sana setiap insan tanpa tegur sapa, merenggut setiap tanya.
Entahlah, aku pun tak kuasa menahan segala murka tentang apa yang kuhadapi. Inikah buah karya sang penguasa, yang hanya mampu membuat mulut terkatup dan rintihan jiwa terbelenggu?
Pada air comberan sisa hujan semalam, ku coba menahan rasa. Aku hanya termangu tak mampu menagih janjimu yang keluar melalui setiap tetesan darah dan detik denyut nadi.
Entahlah. Yang kutahu Oktober telah di ujung senja. Tak ada lagi waktu untuk bertanya. Hanya bisa menunggu setiap jawaban dari lembar bosan persoalan.
Sumedang, 26 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H