HOOK ... Jab ... Upper cut, dan pukulan lurus adalah jenis-jenis pukulan dalam cabang olahraga tinju. Tentu, istilah-istlah ini tidak ada kaitannya dengan ranah pemerintahan tanah air atau di negara manapun.
Namun, jika boleh menganalogikan bahwa pemerintahan sebagai ring tinju dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai petinjunya. Maka, posisi Presiden ke-7 RI ini sekarang tengah dihadapkan pada situasi menahan segala gempuran dari variasi pukulan lawan, sehingga sementara ini harus terpojok di "sudut ring".
Maksudnya adalah saat ini Presiden Jokowi terus menuai kritik beruntun dari segala arah. Tidak hanya datang dari lawan politik atau pihak-pihak bersebrangan, tetapi juga datang dari pihak yang selama ini mendukungnya.
Pemantik datangnya serangan kritik dari segala arah itu adalah pemerintah atau Presiden Jokowi kekeuh dengan pendiriannya bahwa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2020 dilangsungkan sesuai jadwal, yaitu pada tanggal 9 Desember.
Tidak ada yang salah dengan Pilkada, karena hal ini merupakan agenda konstitusi yang memang harus dilakukan agar masing-masing daerah memiliki pemimpin yang memiliki legitimasi. Persoalannya, apabila merujuk pada masih merajalelanya wabah virus Korona atau Covid-19 di tanah air, maka cukup riskan Pilkada serentak ini tetap dilangsungkan.
Bukan mustahil jika Pilkada serentak tidak ditunda sesuai tuntutan sejumlah kalangan, akan menjadi klaster baru penyebaran virus asal Wuhan, China tersebut. Dan, ini akan berbanding terbalik dengan segala upaya pemerintah dalam memutus rantai penyebaran virus Korona.
Maka, cukup beralasan apabila publik bereaksi dan mengkritik pemerintah yang seolah tidak peduli dengan dampaknya, jika Pilkada serentak dilangsungkan sesuai jadwal. Sementara, belum ada regulasi yang jelas, tegas dan menjamin bahwa gelaran pesta demokrasi tersebut tidak akan jadi klaster penyebaran virus.
Adapun protokol kesehatan yang terus digaungkan pemerintah, hasilnya masih jauh dari harapan. Lonjakan kasus positif terus meningkat dari hari ke hari.
Kendati demikian pemerintah dan Presiden Jokowi bergeming. Rencananya Pilkada akan tetap dilakukan sesuai jadwal.
Ibarat dalam pertandingan tinju, Presiden Jokowi seolah mengolok-olok lawan dan menantangnya untuk melancarkan serangan. Gayung bersambut, pihak musuh pun terpancing.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 contohnya. Kelompok yang dipimpin Slamet Maarif ini dengan tegas meminta Presiden Jokowi mundur dari jabatannya sebagai konsekwensi atau tanggung jawab seandainya Pilkada 2020 di tengah pandemi memakan korban jiwa.