BARU-BARU ini cukup ramai pemberitaam di beberapa media massa tentang perdebatan panas antara salah seorang pemrakarsa Koalisi Aksi Menyemalamatkan Indonesia (KAMI), Rocky Gerung dengan Guru Besar Universitas Airlangga, Henry Subiakto.
Merasa penasaran dengan isi debat tersebut, penulis coba berselancar di akun youtube Talk Show TV One. Karena kebetulan tidak sempat menonton tayangan langsungnya saat disiarkan oleh salah satu televisi swasta nasional, TV One, pada acara "Dua Sisi
Setelah menyimak perjalanan debat yang penulis tonton di akun Youtube tersebut. Ternyata yang menjadi bahan perdebatan adalah soal besaran dana yang diguyurkan pemerintah kepada para influencer yang mencapai Rp. 90 milyar lebih.
Seperti biasanya dalam acara-acara talk show, gaya Rocky Gerung kerap memainkan retorikanya dan mengkritik pedas pemerintah.
Dalam hal ini, sang ahli filsuf tersebut menyinggung tentang adanya temuan Indonesian Corruption Watch (ICW) soal budjet para influencer pemerintah sebesar Rp. 90,45 miliar.
Menurut Rocky, penggunaan jasa influencer tersebut merupakan bukti ketidakmampuan pemerintah dalam mensosialisasikan setiap program yang ada.
Namun, asumsi yang dibangun Rocky ini langsung dibantah Henry Subiakto yang bertindak sebagai staf khusus Menkominfo. Dikatakan Henry, sama sekali tidak ada dana buat influencer di kementriannya.
Ditegaskannya juga, bahwa pihaknya tidak pernah membayar tokoh-tokoh influencer untuk melakukan komunikasi publik. Sekalinya pernah menggunakan jasa influencer, tetapi tidak diberikan bayaran.
"Saya pernah pakai Ustaz Abdul Somad, saya pakai Ustaz Haikal untuk menyuarakan kepentingan waktu itu adalah supaya Idul Fitri tidak perlu mudik," paparnya.
Bahkan, masih kata Henry, pihaknya pernah pula meminta seorang tokoh besar untuk mengajak para selebriti agar membantu mengkampayekan program pemerintah.
Jadi, menurut Henry, apa yang diucapkan Rocky Gerung hanya asumsi dan imajinasi semata.