Lihat ke Halaman Asli

Akhir Tragis Sutan Syahrir, Mati saat Jadi Tahanan Sobat Sendiri

Diperbarui: 15 Agustus 2020   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tribunnews.com

TIDAK terasa, sebentar lagi bangsa Indonesia akan memperingati HUT RI yang ke-75. Tentu saja, hal ini merupakan anugerah terindah bagi segenap warga masyarakat di tanah air. 

Betapa tidak, sekarang kita hanya tinggal menikmati dan mengisi kemerdekaan ini, tanpa harus bersusah payah maju ke medan laga melawan penjajah, atau perang urat sarap dengan delegasi negara asing, demi meraih kemerdekaan. 

Segenap warga negara Indonesia tentu saja yakin dan percaya, bahwa kemerdekaan bangsa ini diraih berkat kerja keras, cucuran darah serta api semangat para pejuang yang telah gugur di medan perang, atau Bung Karno yang dipercaya sebagai the founding father bangsa. Namun demikian, jangan lupakan pula peran besar Sutan Syahrir. 

Dalam beberapa sumber yang pernah penulis baca, pria yang oleh kalangan sahabatnya dipanggil "Bung Kecil" karena perawakannya yang memang kecil ini sangat berperan besar menjadikan Indonesia bisa merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 silam. 

Syahrir lah yang telah mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk segera menyatakan kemerdekaan RI, karena dia melihat posisi Jepang tengah rapuh. Ya, saat itu Jepang mengalami serangkaian kekalahan di perang pasifik melawan pasukan sekutu. Kondisi ini diperparah dengan hancur luluhnya Kota Hiroshima dan Nagasaki, lantaran di bom oleh pasukan sekutu, pada tanggal 7 dan 9 Agustus 1945. 

Dalam catatan sejarah, sejatinya kemerdekaan Indonesia itu sudah harus dinyatakan pada tanggal 15 Agustus 1945. Tapi karena kondisi keamanan tidak kondusif, mengingat Jepang baru saja menyerah sehari sebelumnya, Bung Karno memutuskan untuk menundanya. 

Parah, dalam situasi penundaan tersebut, tiba-tiba saja Bung Karno dan Bung Hatta diculik oleh sekelompok pemuda ke Rengasdengklok. 

Terang saja Syarir kaget dan marah. Bung Karno dan Bung Hatta akhirnya dijemput (paksa) kembali oleh Ahmad Subardjo, dan langsung di bawa ke rumah kediaman Laksamana Maeda. Di rumah inilah Bung Karno menyusun teks proklamasi, 16 Agustus 1945. Keesokan harinya, peristiwa bersejarah yang diimpikan oleh segenap warga masyarakat tanah air pun terwujud. 

Sayang, Syahrir sebagai tokoh arsitek gerakan underground yang selalu bergerak di belakang panggung, memutuskan untuk tidak hadir dalam momentum paling bersejarah itu. 

Akhir Kisah Tragis Syahrir 

Setelah Indonesia merdeka, berkat kepintarannya serta dikenal sebagai ahli diplomasi ulung, Syahrir didaulat menjadi Perdana Menteri pertama Indonesia. Bahkan berkat lobi-lobinya yang lihai, mampu menjadikan Indonesia sebagai negeri jajahan pertama di dunia yang masuk dalam agenda sidang Dewan Keamanan PBB. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline